Prolog

9K 464 5
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Kill The Assasin © Yue. Aoi

Rate : M

Genre : Romance/Crime

Character : Sasuke. U, Naruto. U

Note : OOC, TYPO, Yaoi. No lemon.

.

.

Sore itu langit berwarna jingga. Matahari baru saja akan terbenam sebentar lagi dan angin yang bertiup sepoi-sepoi membawa kesejukan, seolah menghapus jejak terik nya matahari.

Namun langit jingga itu tercemari dengan asap hitam dan api merah yang berkobar. Terdengar suara dentingan pedang yang bercampur dengan suara jeritan. Tanah dipenuhi dengan jasad-jasad dan cipratan darah.

Sore itu, keluarga daimyo Namikaze baru saja musnah. Seluruhnya, terkecuali seorang anak laki-laki berambut pirang dengan iris sapphire yang baru saja kembali dari latihan berpedang nya.

Iris sapphire nya terbelalak lebar menatap pemandangan di hadapan nya. Rumah nya telah terbakar dan mayat bergeletakan di atas tanah. Emosi anak laki-laki itu memuncak dan ia mengepalkan tangan nya. Seseorang telah menyerang rumah nya dan membunuh orang tua nya. Tanpa berpikir panjang ia melangkahkan kaki secepat mungkin ke arah rumah nya yang telah terbakar.

Tatapan anak laki-laki itu tertuju pada sesosok pria dengan yukata berwarna hitam dengan pedang berlumuran darah yang baru saja ditarik dari tubuh salah seorang pelayan wanita yang kini tergeletak di tanah. Pria itu terlihat sangat santai seolah apa yang dilakukan nya ialah hal yang biasa.

Darah anak laki-laki itu berdesir akibat kemarahan. Ia merasa ingin membunuh pria berambut hitam dengan tubuh tegap yang terlihat angkuh dan menatap sekeliling, memastikan bila tak ada seorangpun yang tersisa.

"Matilah kau, Brengsek!" teriak anak laki-laki itu sambil berlari menerjang pemuda berambut hitam. Tangan nya mengenggam pedang dan mata nya berkaca-kaca.

Pria berambut hitam itu dengan mudah menyadari keberadaan Naruto dan menangkis serangan anak laki-laki itu dengan pedang nya sendiri.

"Matilah kau!" Anak laki-laki itu kembali menjerit dan berusaha keras menyerang pemuda di hadapan nya. Dengan santai pemuda itu menangkis setiap serangan dengan gerakan pedang yang terlihat seperti bermain-main.

Pemuda itu jauh lebih berpengalaman dibandingkan anak laki-laki berambut pirang itu. Dengan cepat ia mulai kehabisan tenaga setelah segala serangan pedang nya berhasil ditangkis. Usia nya baru saja tiga belas tahun, namun ia bukanlah Miyamoto Musashi yang dapat membunuh seorang samurai yang jauh lebih berpengalaman di usia yang sama. Ia bahkan baru saja belajar berpedang tiga tahun yang lalu dan tak mengalami banyak kemajuan. Ia adalah putra daimyo dengan penghasilan lebih dari dua ratus ribu koku per tahun dan dapat menyewa banyak samurai. Ia tak perlu belajar untuk melindungi diri dengan pedang, begitulah yang dipikirkan nya.

Tatapan anak laki-laki itu terbelalak ketika ujung pedang milik pemuda di hadapan nya telah sedikit merobek yukata di bagian dada dan dingin nya besi mengenai leher nya.

"Kaulah yang harus mati, bocah Namikaze."

Rasa takut mulai menguasai benak anak laki-laki itu. Keringat dingin mulai mengalir di pelipis nya. Ia tidak mau mati saat ini ! Ia tidak boleh mati ! Setidaknya tidak hingga ia berhasil membalaskan dendam kedua orang tua nya terhadap pria di hadapan nya ini.

Ia memberanikan diri menyentuh mata pedang dan menyingkirkan benda itu. Pemuda dihadapan nya tak bergeming dan ia menguarkan cengkraman nya pada mata pedang itu dan mendorong nya untuk menjauh dari leher nya.

Beberapa tetes darah mengalir dari tangan nya dan tangan nya terasa nyeri seketika. Ia meringis, berusaha menahan sakit dari darah yang terus menetes.

"Hm? Kau merasa kesakitan hanya luka kecil seperti ini? Mustahil kau dapat membunuhku."

Terdengar suara tawa sinis yang menjijikan dan membangkitkan emosi anak laki-laki itu.

Sialan!

Sungguh sial, ia begitu emosi hingga tak sadar bila ia tengah melakukan kebodohan. Ia memegang mata pedang dengan tangan kanan, tangan dominan nya. Kini tangan nya terluka dan ia tak dapat menggunakan pedang dengan tangan kiri.

Mata pedang itu telah kembali ke leher nya. Ia terus mengepalkan tangan dan bersiap melakukan pertahanan terakhir. Ia mengarahkan kaki nya dan berusaha menendang pemuda di hadapan nya. Namun dengan cepat ujung pedang telah mengenai geta nya dan membelah geta itu menjadi dua bagian dengan ukuran simetris.

Potongan pedang itu begitu sempura. Pedang itu bahkan tidak menggores telapak kaki nya sedikitpun. Tatapan anak laki-laki itu berkliat-kilat, menunjukkan emosi tak terbendung. Ia marah karena begitu lemah hingga tak dapat melakukan apapun. Ia marah pada orang yang dengan tega membantai keluarga nya, juga dengan takdir.

Anak laki-laki itu tak juga menyerah. Ia berusaha mengesampingkan rasa takut dan berusaha menendang dan memukul sambil berusaha menangkis pedang dan membuat pemuda itu merasa cukup takjub. Anak laki-laki itu memiliki keberanian yang tinggi, berbeda dengan diri nya yang begitu pengecut beberapa tahun yang lalu.

"Pergilah, bocah Namikaze sialan. Kau target yang terlalu lemah."

"Aku bukan bocah Namikaze!" Ucap anak laki-laki itu dengan suara meninggi. Ia berusaha mengambil pedang yang terselip di pinggang nya dengan tangan kiri sambil menatap pemuda di hadapan nya.

Namun pemuda itu sangat peka. Ia mengarahkan pedang nya ke tangan anak laki-laki yang baru saja akan mengeluarkan pedang nya.

"Keluarkanlah pedang itu. Akan kupotong tanganmu."

Anak laki-laki itu terdiam. Ia tak ingin kehilangan anggota tubuh nya, namun ia sendiri tak tahu kemana ia harus pergi. Ia tak memiliki saudara dan tak yakin seorangpun mau menerima nya. Seluruh harta nya telah terbakar dan benda berharga yang ia miliki hanyalah yukata sutra mahal yang kini melekat di tubuhnya dan pedang berkualitas baik dengan hiasan emas di pegangan nya serta sebuah kalung emas dengan bandul berupa lambang clan Uzumaki dan Namikaze yang diberikan oleh orang tua nya.

Air mata mengalir di wajahnya. Tubuhnya terasa sakit setelah beberapa kali tergores oleh pedang pemuda di hadapannya.

Sedikit rasa iba muncul di hati sang pemuda. Ia pernah mengalami apa yang dialami anak laki-laki itu saat ini. Di suatu waktu dalam hidup nya, ia pernah berusaha untuk berdiri tegak dengan tubuh gemetar dan air mata yang mengalir di pipi nya. Ia berusaha mengangkat pedang dan melawan, namun pada akhirnya ia tetap kalah dan berhutang nyawa pada seseorang.yang kini menjadi musuh abadinya.

"Aku takkan membunuh mu, bocah Namikaze," ujar pria itu dengan tatapan tajam dan dingin.

Anak laki-laki itu terbelalak dengan apa yang diucapkan pemuda di hadapan nya. Namun hal terakhir yang diingat nya adalah sebuah pukulan keras benda tumpul di kepala nya dan selanjutnya ia kehilangan kesadaran nya, berharap bila apa yang terjadi saat ini hanyalah mimpi dan ia akan segera terbangun dari mimpi buruk.

-Bersambung-

Kill The AssassinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang