Sasuke membuka matanya dan mendapati Naruto masih tertidur di futon yang bersebelahan dengannya. Naruto tertidur dengan tubuh menghadap kearah Sasuke sambil mendengkur halus. Raut wajahnya terlihat sangat lelah.
Perlahan Sasuke mengambil ranselnya dan berjalan ke kamar mandi tanpa menimbulkan suara. Ia melepaskan seluruh pakaiannya dan membersihkan tubuhnya. Ia meringis saat tanpa sengaja menggosok lengan kanannya. Luka di tubuhnya masih terasa sakit dan kondisinya tubuhnya saat ini tidak terlalu sehat.
Sasuke menyiramkan air dingin membasahi tubuhnya dan dinginnya air terasa seolah menusuk tulangnya. Kemudian ia masuk ke dalam ofuro berisi air hangat dan hampir meringis ketika lengannya yang terluka mengenai permukaan bak.
Luka di lengan Sasuke terasa sangat sakit bahkan ketika tak digerakkan sekalipun dan tubuhnya lemas akibat kehilangan banyak darah. Wajahnya terlihat datar, namun ia benar-benar kesakitan.
Ia sedang sendirian saat ini dan tak perlu berusaha keras untuk terlihat kuat dengan menampilkan ekspresi datar di wajahnya. Tak ada seorangpun yang akan menghukumnya jika ia meringis, mengeluh kesakitan atau menjerit sekalipun. Namun ia telah terbiasa menutupi ekspresi kesakitan dengan wajah datar.
Terdengar suara air yang terdorong akibat gerakan tubuh dan membuyarkan lamunan Sasuke. Pria itu merasa siaga, khawatir bila seseorang menyerangnya saat ini. Ia tanpa sadar mengaktifkan sharingan dan memandang sekeliling. Ia menghembuskan napas lega saat ia menyadari jika suara itu ditimbulkan oleh gerakan tangannya sendiri yang bergerak di dalam ofuro tanpa sadar.
Langit malam perlahan mulai sirna dan digantikan dengan sinar terang dari matahari yang perlahan muncul dari arah timur. Terdengar suara ayam jantan yang berkokok dan Sasuke segera keluar dari ofuro dan mengelap tubuhnya serta berpakaian dengan cepat. Ia harus segera meninggalkan penginapan secepat mungkin .
.
.
Seorang pria duduk dengan santai di ranting pohon besar yang berada di dalam hutan rimbun. Ekspresi wajah pria itu terlihat datar dan menikmati angin yang bertiup di pagi hari. Fajar baru saja usai dan matahari perlahan merangkak menuju singgasana nya.
Iris onyx pria itu memandang langit dan mengamati awan putih bagaikan kapas yang bergerak perlahan. Mata itu terlihat memandang dengan tajam, namun apa yang dilihatnya terlihat kabur.
Terdengar suara gemerisik daun dan pria itu segera mengaktifkan sharingan untuk menajamkan penglihatannya, kebiasaan yang dimilikinya ketika ia merasa terancam tak peduli separah apapun kondisi matanya.
Terdengar suara daun yang bergemerisik dan seorang pria bertopeng telah duduk di atas pohon yang sama dengan pria bersurai raven itu, namun pada dahan pohon yang berbeda.
"Memikirkan adik kesayangamu lagi?" Pria bertopeng itu memulai percakapan. Ia melepaskan topengnya dan memperlihatkan wajahnya yang cacat di sebelah kiri serta ikut menatap kearah langit yang dipandang oleh pria bersurai raven itu.
Ekspresi wajah pria bersurai raven itu terlihat datar seolah tak pernah menampilkan raut wajah apapun. Senyum lembut yang dulu sering menghiasi wajahnya kini telah menghilang sejak malam ketika ia membantai keluarganya sendiri dan satu-satunya senyum yang ditampilkan di wajahnya ialah senyuman sinis.
Dalam hati pria itu merasa jengkel. Ia sedang ingin sendirian saat ini sekaligus mencari kesempatan untuk diam-diam mengganti mata nya dengan mata baru yang lebih baik. Ia harus melakukannya sendirian dan tak bisa mempercayai orang lain untuk meminta bantuan.
"Apa yang kau inginkan, Obito?"
Obito menyeringai sinis sambil melirik pria bersurai raven itu, "Kau tak menjawabku, Itachi? Maka dapat kuartikan reaksimu sebagai 'ya'."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill The Assassin
FanfictionUzumaki Naruto adalah putra seorang daimyo yang harus menyaksikan pembantaian keluarga nya sendiri di suatu sore. Pertemuan nya dengan Uchiha Sasuke yang merupakan pembunuh keluarga nya membuatnya hendak membunuh pria itu dan berakhir dengan mengiku...