Part 14

2.1K 219 14
                                    

Sasuke mengubah posisi tubuhnya meskipun tubuhnya masih terasa nyeri. Sejak tadi ia memaksakan diri untuk kembali tertidur, namun ia hanya dapat tertidur sebentar dan kembali terbangun saat mendengar suara-suara di dekat kamarnya.

Rasa khawatir membuat Sasuke sulit beristirahat. Ia membayangkan Naruto datang sendirian ke dunia bawah dan khawatir jika sesuatu terjadi pada lelaki itu. Bagaimana jika lelaki itu tak kembali ke penginapan dan ia tak akan pernah melihat Naruto selamanya? Membayangkannya saja membuatnya merasa ngeri.

Terdengar suara suara orang yang berbicara dan langkah kaki yang mendekati pintu kamar Sasuke. Ia segera berkonsentrasi dan berfokus mendengarkan suara orang itu. Ia merasa terkejut sekaligus lega saat mendengar suara Tsunade dan Naruto.

"Rekanmu ada di dalam. Masuk saja," terdengar suara Tsunade yang berbicara pada Naruto.

"Terima kasih, Nyonya."

Sasuke mendengar suara pintu yang terbuka dan suara langkah kaki. Kemudian pintu itu tertutup dan Sasuke berpura-pura tak menyadari Naruto yang berjalan mengendap-endap mendekati kepalanya.

Ide jahil muncul di benak Naruto saat Ia menyadari mata Sasuke tertutup perban. Ia berniat menarik rambut Sasuke yang biasanya mencuat bagaikan bokong ayam dan mendekati tangannya ke kepala Sasuke.

"Apa yang kau lakukan?" ucap Sasuke tepat ketika jari Naruto telah menyentuh rambutnya.

Naruto terperanjat seketika dan ia menjauhkan tangannya dari kepala Sasuke. Bahkan ia yang tadinya berseiza (duduk gaya tradisional jepang dimana bokong tidak mengenai lantai) seketika terduduk dengan bokong mengenai tatami.

"S-sasuke... k-kau menyadari aku di sini?!" ucap Naruto dengan suara agak keras hingga Sasuke meletakkan jari telunjuk di bibir.

Naruto segera tersadar dan ia berbisik dengan suara pelan, "Maaf."

"Apa tujuanmu datang ke tempat ini, hn? Sudah kubilang tempat ini berbahaya dan kau tidak seharusnya datang ke tempat seperti ini!" ujar Sasuke dengan emosi yang mulai menguasai dirinya.

Naruto kembali tertegun. Untuk sesaat ia terdiam dan tak bisa menjawab apapun. Ia tak pernah melihat Sasuke marah jika hal itu tak berkaitan dengan Itachi. Ketika Sasuke marah, kemarahan lelaki itu seolah mengunci bibir Naruto dan membuatnya tak bisa menjawab apapun.

"Apakah peringatanku padamu masih kurang jelas? Kau ingin mati lebih cepat?"

Naruto menggelengkan kepala. Sudah jelas ia bersalah karena membuat Sasuke khawatir, bahkan ketika lelaki itu sedang tidak baik-baik saja.

"Maaf," ucap Naruto dengan sangat pelan. "Aku khawatir karena kau tidak pulang. Maka aku pergi mencarimu."

Sasuke mengangkat tangannya dan menunjukkan kelingking kirinya, "Berjanjilah padaku. Kau harus mendengarkanku. Jangan mencariku jika aku tidak kembali. Jika sesuatu terjadi padaku ketika kita masih bersama, pergilah sejauh mungkin dan kau harus berpura-pura tak mengenalku."

Naruto kembali menggelengkan kepala meski ia tahu Sasuke tak bisa melihatnya. Ia tak ingin meninggalkan Sasuke. Ia ingin bersama lelaki itu, selamanya jika memungkinkan.

"Tidak mau," jawab Naruto dengan tegas meskipun ia tahu Sasuke tak akan senang dengan ucapannya. "Aku tidak mau berpisah denganmu."

Naruto teringat dengan sumpah yang ia buat pada dirinya sendiri untuk membalas pernyataan cinta Sasuke. Dengan wajah memerah dan jantung yang berdetak cepat, Naruto mengepalkan tangan dan berusaha memberanikan diri mengucapkan isi hatinya.

"A-aku... m-me-menyukaimu," ucap Naruto dengan gugup. Bibirnya bahkan bergetar dan bulu kuduknya sedikit meremang akibat debaran jantungnya yang berdetak cepat.

Kill The AssassinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang