Part 4

3.3K 270 12
                                    

Sasuke berjalan dengan langkah tenang menuju rumah nya setelah berlatih ninjutsu di bukit yang terletak tak jauh dari rumah nya. Ia merasa aneh karena rumah nya begitu sepi, tak seperti biasanya. Bahkan penjaga yang biasa menjaga gerbang rumah dan menyambutnya pun tidak ada. Seharusnya rumah nya tak sepi seperti ini.

Ia berusaha untuk tak menghiraukan segala probabilitas negatif yang muncul di benak nya, ia yakin bila hari ini semua orang sedang lelah setelah upacara minum teh yang diadakan di rumah nya kemarin malam dan dihadiri oleh para daimyo serta orang-orang berpengaruh di kerajaan.

Sasuke melepas geta nya ketika ia tiba di depan rumah dan membuka pintu. Sungguh aneh, ia bahkan tak bertemu dengan seorangpun sejak tadi. Padahal matahari baru saja terbenam dan seharusnya saat ini merupakan waktu makan malam, seluruh pelayan sedang sibuk menyiapkan makanan di rumah utama.

"Aku pulang!" Sasuke setengah berteriak dan berjalan menuju ruang makan. Namun ia tak mendengar suara apapun yang berasal dari ruang makan. Ia segera menggeser shoji dengan kasar hingga menimbulkan suara keras.

Iris onyx Sasuke membulat mendapati pemandangan yang tersaji dihadapan nya. Perasaan nya bercampur antara syok, sedih, marah dan benci. Ia menatap ke arah katana yang tertembus menusuk perut ibunya serta darah yang menetes membasahi tikar tatami.

Kepala ibu Sasuke telah terkulai dan mata nya terpejam. Di sudut ruangan terdapat ayahnya yang telah terbujur kaku dengan darah yang mengucur dari luka besar yang menganga di bagian dada. Ia melirik orang yang memegang pisau itu dan mendapati Itachi tengah memegang katana yang menembus perut ibunya.

Sasuke menjerit dalam hati. Namun tubuhnya seolah membeku bagaikan sebuah patung es. Ia hanya menatap dengan nanar tanpa bisa melakukan apapun, seolah seseorang membuat tubuh nya tak bisa bergerak. Hingga kemarin, ia masih berpikir bila Itachi adalah sosok kakak yang baik, menyayanginya dan selalu melindunginya. Namun segala nya berubah setelah apa yang ia lihat saat ini. Ini bukanlah ilusi, ia bahkan dapat mencium aroma darah yang amis.

"A-yah... ibu ...," ucap Sasuke dengan bibir bergetar.

Sasuke menjerit dan memejamkan mata nya. Ia kembali membuka mata nya dan mendapati Itachi tak lagi memegang katana dan jasad ibu serta ayahnya telah terbaring di lantai dengan mata terpejam dan darah mengucur. Katana milik Itachi masih menusuk di perut ibunya.

"Selamat datang, Sasuke."

Itachi tersenyum dan berbicara dengan nada lembut yang dibuat-buat. Senyum menjijikan yang ditampilkan Itachi membuat Sasuke merasa ingin membunuh nya. Pria itu bahkan tak merasa bersalah sedikitpun setelah membunuh kedua orang tua nya. Sungguh anak yang tak tahu diri.

"Kenapa... kenapa kau melakukan ini, Kak?" tanya Sasuke dengan mata berkaca-kaca, dada nya terasa sesak akan perasaan yang hendak dikeluarkan.

"Itu bukan urusanmu."

Sasuke menggeram kesal dan memberanikan diri menatap mata Itachi yang telah memerah, sharingan pria itu masih aktif.

"Ini jelas urusanku! Ibu dan ayah juga orangtuaku!" bentak Sasuke sambil menatap tajam. Air mata telah mengalir di pipi nya dan ia tak dapat menahan diri lebih lama lagi. Dadanya akan meledak akibat luapan perasaan nya sendiri.

Dengan cepat Itachi menghampiri Sasuke dan mengangkat tubuh Sasuke dengan satu tangan serta membanting nya ke dinding terdekat. Punggung Sasuke terasa sakit dan ia tak sempat menjerit ketika Itachi mencekik nya sambil mengangkat nya hingga kakinya tak lagi menapak lantai.

"L-le-lepaskan ...," ucap Sasuke dengan terbata-bata. Leher nya tercekik dan ia kesulitan bernafas.

"Aku hanya menjalankan permintaan siapapun yang telah membayarku."

Kill The AssassinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang