Sasuke berjalan mendekati dua orang penjaga yang biasa menjaga gerbang menuju dunia bawah. Ia dengan sengaja tak mengenakan topeng kali ini agar ia tak dikenali. Kedua orang yang menjaga gerbang itu segera menatapnya dengan tajam seraya meletakkan tangan di pinggang, bersiap mengeluarkan pedang mereka.
"Siapa kau? Kau tidak boleh masuk jika tidak berkepentingan."
Sasuke tak menjawab, ia segera mengaktifkan sharingan nya dan seketika kedua orang penjaga yang sedang menatapnya terjebak dalam ilusi. Kedua orang itu seketika melunakkan ekspresi wajah mereka pada Sasuke.
"Aku ingin bertemu dengan temanku di Sheida Bar."
"Silahkan masuk," ucap para penjaga itu seraya menyingkir. Mereka mempersilahkan Sasuke melewati gerbang itu.
Sasuke segera melewati gerbang dan mengikuti seorang lelaki berambut pirang yang berjalan menuju sebuah bar. Ia bahkan tak menoleh ke belakang dan sama sekali tak menyadari jika Sasuke mengikutinya sejak tadi.
Sasuke menghembuskan nafas dalam-dalam. Ia merasa ingin marah, namun ia berusaha mengendalikan emosinya. Ia tak boleh bertindak gegabah dalam situasi seperti ini.
Naruto masuk ke dalam bar dan menghampiri Ichiro dan Tetsu yang sedang memakan daging panggang serta meminum teh meskipun juga terdapat botol alkohol diatas meja.
Naruto menatap sekeliling untuk memastikan jika tak seorangpun mengikutinya. Entah kenapa ia merasa seolah seseorang sedang mengikutinya meskipun ia berkali-kali menatap dengan ekor mata dan tak menemukan apapun yang mencurigakan.
"Hei," sapa Naruto seraya duduk berhadapan dengan Ichiro dan Tetsu, "Dimana Ryo?"
"Bekerja," sahut Ichiro seraya melirik Naruto, "Ingin kupesankan daging panggang?"
"Boleh."
Ichiro segera mengangkat tangan dan seorang pelayan menghampirinya. Ia segera memesang seporsi daging panggang serta semangkuk nasi untuk Naruto.
Ichiro segera membuka mulut tepat setelah pelayan itu meninggalkan meja, "Aku memiliki beberapa informasi untuk kalian berdua."
Naruto dan Tetsu segera menatap Ichiro lekat-lekat begitu mereka mendengar ucapan lelaki itu. Tanpa berniat membuat kedua rekannya penasaran lebih lama, Ichiro segera berkata.
"Besok lusa Teru akan menjual dua puluh wanita ke pedagang Kerajaan Kai tepat pukul dua belas malam. Aku akan berjaga di pelabuhan sementara Ryo menjaga para wanita agar tidak kabur dalam perjalanan."
"Kira-kira akan ada berapa penjaga yang akan berjaga?" tanya Naruto. Ia teringat dengan salah satu ajaran Sasuke untuk mencari tahu sebanyak mungkin informasi mengenai lawan di pertarungan. Naruto merasa jika ia harus mengetahui jumlah musuh yang akan ia hadapi, setidaknya perkiraan pun lebih baik daripada tak mengetahui apapun.
Wajah Ichiro muram seketika. Ia berkata, "Terdapat sepuluh penjaga di pantai dan beberapa dari kerajaan Kai. Ryo sempat memberitahuku jika akan ada delapan penjaga yang menjaga agar para wanita itu tidak kabur. Kami tak tahu berapa penjaga yang akan menjaga Teru."
Tetsu mengepalkan tangan erat-erat. Wajahnya memerah dan ia dahinya berkerut menahan amarah.
"Sialan! Seharusnya kita mengajak lebih banyak orang. Kurasa akan ada setidaknya dua puluh lima orang atau lebih penjaga. Kita tak mungkin menyerang secara langsung."
Ichiro menghembuskan nafas panjang, "Menurut Ryo, untuk mendekati Teru juga tidak mudah. Ia selalu bersama setidaknya tiga penjaga kemanapun ia pergi. Kemampuan bela diri dan berpedangnya juga sangat baik. Ia adalah seorang samurai elit pengikut daimyo berpengaruh yang merupakan 'boss' nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill The Assassin
FanfictionUzumaki Naruto adalah putra seorang daimyo yang harus menyaksikan pembantaian keluarga nya sendiri di suatu sore. Pertemuan nya dengan Uchiha Sasuke yang merupakan pembunuh keluarga nya membuatnya hendak membunuh pria itu dan berakhir dengan mengiku...