Part 18

2.3K 211 17
                                    

Naruto meninggalkan kediaman Natsume bersama dengan Ryo, Ichiro dan Tetsu dengan membawa uang yang telah dijanjikan. Ryo, Ichiro dan Tetsu tampak sangat senang meskipun tubuh mereka luka-luka dan merasa sangat kelelahan setelah mengendarai kuda sepanjang malam hanya dengan satu kali berhenti utuk membersihkan luka di tubuh dengan asal.

Tetsu menatap sekeiling dan berbisik dengan suara pelan, "Bagaimana jika kita pergi ke 'markas' dan membagi uang?"

"Markas? Bolehkah aku pergi kesana?" tanya Naruto dengan perasaan tidak enak.

"Tentu saja. Taiko bahkan pernah pergi kesana," ucap Tetsu dengan suara pelan, "Kau harus merahasiakannya."

Naruto menganggukan kepala dan tersenyum, "Tenang saja. Jika kau bilang rahasia, maka berarti rahasia."

Tetsu menatap Ichiro dan Ryo yang kelihatannya tidak setuju. Tetsu sendiri khawatir, namun ia tak memiliki pilihan selain membagi uang di 'markas' yang menurutnya merupakan satu-satunya tempat yang paling aman. Ia berharap agar Ruki juga dapat dipercaya seperti rekannya.

Naruto menyadari Ichiro dan Ryo yang masih khawatir dan segera menepuk bahu mereka, "Kalau aku menyebarkannya, kalian bisa melakukan apapun padaku. Tak akan kubiarkan Taiko meghalangi kalian."

Ekspresi wajah Ichiro dan Ryo sedikit melunak, namun tetap saja masih menyimpan kecurigaan. Mereka berempat berjalan menuju sebuah kedai kecil yang baru saja akan tutup.

"Oi, Hiroki. Kau akan tutup?" seru Ichiro pada seorang lelaki yang tampak bersiap-siap menutup kedai kecil yang menjual robatayaki.

Hiroki, seorang lelaki berusia dua puluh akhir berkulit coklat itu menatap Ichiro dan tiga orang yang bersamanya. Tatapannya tertuju pada Naruto yang memakai topeng.

"Siapa dia?"

"Rekanku," sahut Ichiro. Ia menyadari Hiroki yang tampak curiga dengan Ruki yang wajahnya sendiri tak pernah ia lihat. Ia tak meghiraukannya dan malah menatap Hiroki dengan tajam. Toh sebetulnya kedai berukuran tiga kali empat meter ini miliknya. Ia tak menggunakan tempat itu selain sebagai 'markas' di hari-hari tertentu dan meminjamkannya pada Hiroki untuk berdagang.

Naruto menundukkan kepala dan tersenyum sopan dibalik topengnya, "Aku Ruki. Senang bertemu denganmu."

"Hiroki," ucap lelaki muda itu dengan nada yang tidak ramah.

Naruto mengangkat kepalanya dan berdiri di samping Tetsu. Ichiro tampak mendekati Hiroki dan membicarakan sesuatu dengan suara yang amat pelan. Keduanya saling menatap tajam, namun akhirnya ekspresi keduanya tampak melunak dan Hiroki segera meninggalkan kedai itu.

"Masuklah. Setelahnya kita yang akan menutup kedai," ujar Ichiro sambil melangkah memasuki kedai. Meja-meja sudah disusun dan kursi-kursi sudah ditumpuk, pertanda jika kedai siap ditutup.

Ryo, Tetsu dan Ichiro segera mengambil kayu-kayu yang biasa dipakai untuk menutup kedai. Naruto segera mengambil beberapa potong kayu besar dan membantu menutup kedai. Kayu-kayu sengaja disusun agar tidak terlalu rapat sehingga cahaya matahari masih bisa masuk ke dalam kedai.

Tetsu segera mengeluarkan sebuah kantung besar berisi koin yang telah ia hitung sebelumnya. Terdapat dua ratus lima puluh buah koin satu koban di dalam kantung.

"Satu orang mendapat enam puluh dua koban dan lima ratus sen," ujar Tetsu.

Koin-koin itu segera diletakkan di tanah dan Tetsu mulai membagi-bagi uang secara merata. Ichiro dan Tetsu mengambil enam puluh tiga koban dan memberikan uang lima ratus sen dari kantungnya, sementara Naruto dan Ryo mengambil sisanya.

"Apakah kalian akan mengambil pekerjaan lagi?" tanya Naruto pada Ichiro, Ryo dan Tetsu.

"Kurasa... aku akan beristirahat selama beberapa bulan dan pergi ke suatu tempat," ucap Ryo dengan wajah memucat. Ia masih tak bisa melupakan kepala yang dilemparkan kearah mereka oleh wanita bertubuh tinggi itu. Sejak awal ia sudah merasa curiga dengan fisik wanita itu yang agak tak biasa.

Kill The AssassinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang