Bunga-bunga sakura perlahan berguguran mengikuti arah gravitasi. Bulan purnama yang menampilkan sinar pucat dan lembut terkesan sendu entah mengapa, seolah bersedih atas gugurnya bunga-bunga sakura yang memang sudah seharusnya berguguran.
Pukul dua belas malam telah berlalu dan jalanan mulai sepi. Taman publik yang sebelumnya ramai dikunjungi pengunjung yang berkumpul bersama sambil memandang bunga sakura kini mulai sepi. Satu persatu pengunjung telah meninggalkan taman itu dan kembali ke kediamannya masing-masing.
Sasuke berjalan menuju salah satu meja kayu dengan dua kursi panjang yang terdapat dibawah pohon Sakura bersama dengan Naruto. Tangan mereka berdua tak bersentuhan meski Sasuke begitu ingin mengenggam tangan Naruto.
Besok pagi mereka berdua akan berangkat ke kerajaan Suna yang berjarak dua hari jika ditempuh dengan berkuda dari kota Saika yang merupakan kota terdekat dari perbatasan kerajaan Suna. Namun mereka berdua tak bisa tidur dan memilh untuk mengunjungi taman serta menikmati suasana hening. Mereka berdua ingin mengamati malam dimana bunga-bunga sakura berguguran dan menikmati angin malam yang bertiup sepoi-sepoi.
Bunga sakura jatuh tepat diatas kursi kayu yang baru saja akan diduduki Sasuke. Sasuke mengambil bunga itu dan meletakkannya diatas meja sebelum menark kursi dan mendudukkan dirinya.
"Ternyata melihat bunga sakura yang berguguran d jam seperti ini menyenangkan juga," Naruto membuka pembicaraan seraya menatap bunga-bunga sakura yang berjatuhan setiap beberapa detik sekali.
"Kau juga menyukainya, hn?"
Naruto mengangguk dan tersenyum tipis. Biasanya ia akan hanami bersama orang tua nya di taman pribadi yang berada di rumahnya hingga pukul sembilan malam sebelum orang tuanya menyuruhnya untuk tidur. Ini merupakan pertama kalinya melihat bunga sakura berguguran di tengah malam
"Ya. Ini pertama kalinya aku melihat bunga sakura berguguran di tengah malam Ternyata sepi dan nyaman."
"Aku selalu melihatnya setiap tahun," jawab Sasuke seraya menatap bunga sakura yang berguguran, mengenang saat-saat ketika ia melihat bunga sakura berguguran di malam yang sepi sendirian bertahun-tahun lalu.
Naruto tersenyum tipis. Ia tak pernah mengira jika Sasuke pun memiliki sisi melankolis seperti ini.
"Mulai sekarang kau tak perlu lagi melihat bunga sakura sendirian. Kau bisa melakukannya bersamaku, teme."
Sasuke mengangguk tanpa mengucapkan apapun. Perlahan ia mengulurkan tangannya dan meletakkan telapak tangannya diatas telapak tangan Naruto serta mengenggamnya.
Naruto terkejut ketika tiba-tiba saja ia merasakan telapak tangan yang besar dan hangat menyentuhnya. Ia segera balas mengenggam telapak tangan Sasuke dan menikmati kehangatan yang menghangatkan jiwa dan raganay di tengah angin malam nan dingin.
"Aku tak tahu apakah aku bisa menjagamu di perang ini. Aku bahkan tak yakin jika kita berada di pihak yang benar," ucap Sasuke dengan suara pelan. Ia menatap kearah bunga sakura dengan tatapan dan ekspresi wajah yang mencerminkan kebimbangan.
Naruto menatap mata sang kekasih dengan tatapan penuh kepercayaan. Ia mempercayai sang kekasih sepenuhnya dan yakin jika apapun yang dipilih kekasihnya adalah yang terbaik bagi dirinya. Meski Sasuke mengatakan tak bisa menjaganya, lelaki itu pasti akan berusaha menjaganya, entah secara sadar atau tidak.
"Tidak perlu menjagaku, teme. Selama ini kau selalu menjagaku, maka kali ini seharusnya kau menjag dirimu sendiri," ucap Naruto sambil tersenyum. Ia melanjutkan ucapannya dengan suara pelan, berharap agar Sasuke tak mendengarnya, "Aku akan sangat kehilangan seandainya kau meninggalkanku, teme."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kill The Assassin
FanfictionUzumaki Naruto adalah putra seorang daimyo yang harus menyaksikan pembantaian keluarga nya sendiri di suatu sore. Pertemuan nya dengan Uchiha Sasuke yang merupakan pembunuh keluarga nya membuatnya hendak membunuh pria itu dan berakhir dengan mengiku...