CHAPTER 21

455 31 0
                                    

KEIRA'S P.O.V

Sejak dua hari yang lalu aku sudah pulang ke rumahku, rumah asliku, rumahku istanaku. Oke, itu terlalu berlebihan.. Dan sekarang ini aku sedang mengemasi barang-barangku yang akan kubawa berlibur ke Hawai.

" Kau yakin ingin berlibur tanpa kami " Ucap Alec dari balik pintu sambil membawa sebuah nampan yang terdapat gelas diatasnya, yang kutebak isinya adalah susu coklat dingin. Hmm.. Yummy.

" Ya, sangat yakin. Lagipula aku bosan jika harus dirumah terus dan selalu menjadi bahan aksi jahilmu " Balasku sambil mengerucutkan bibirku ketika mengatakan 'Bahan Aksi Jahil' Alec adalah kakak yang paling jahil dari kedua kakakku, dan yang menjadi bahan jahilannya pasti selalu aku. omong-omong soal jahil, aku jadi ingat pesta ulangtahun ku yang ke-9. Waktu itu Alec membuka Dressku dan membuat celana dalamku terlihat, aku pun menangis dan menyuruh ayahku untuk mengusir semua tamu dan membatalkan pesta ulangtahunku. Itu sangat memalukan!! Dan itu baru satu dari beribu-ribu kejahilannya, jika kalian jadi aku dan mempunyai kakak sepertinya, pasti kalian akan berharap kakakmu menghilang dari hidupmu.

" Ugh.. Kau kan baru saja kembali dari asrama. Kau tahu, rumah ini begitu sepi tanpamu " Ucapnya lalu menaruh nampan dan segelas susu coklat dingin tersebut ke atas meja. Kemudian duduk dipinggir ranjangku.

" Sepi tidak ada aku? Pasti kau merindukanku? Ya kan? " Balasku sambil tersenyum jahil.

" Ak-aku tidak merindukanmu, aku hanya kesepian karena tidak ada yang bisa kujahili " Elaknya, tetapi aku tahu kalau dia merindukanku, Itu sangat terlihat dimatanya. Hihi..

" Yang benar? Ayo jujur saja jika kau merindukanku "

" Iya.. Iya.. Aku memang merindukanmu, jadi kumohon jangan pergi ke Hawai ya, atau kau boleh ke Hawai, tetapi kau ajak aku, Atau kau dirumah dan aku yang ke Hawai. Bagaimana? "

" Huh.. Apa-apaan itu? Masa kau yang ke Hawai? " Balasku lalu mengerucutkan bibirku. Dan ia pun hanya menyengir persis seperti cengiran kuda.

" Kei, kau tahu kan Fanny? Sahabatku. " Ucapnya yang memecahkan keheningan diantara kami.

" Hmm.. Memangnya kenapa? " Tanyaku sambil terus mengemasi barang-barangku.

" Dua hari lalu ia meninggal dunia, ia terkena kanker otak stadium akhir. Aku pun sebagai sahabatnya tidak tahu apa-apa tentang penyakitnya itu, ia tidak pernah bercerita apapun padaku. Tetapi aku sempat memergoki rambutnya yang terus rontok, setelah kutanya, dia bilang ia hanya salah menggunakan shampo. Aku benar-benar sahabat yang buruk, aku bodoh tidak menyadarinya sejak awal, dan aku sangat menyesal karena aku sering menjahilinya dan berbuat salah padanya " Jelasnya dan dapat kulihat raut wajahnya yang berubah menjadi sedih bercampur dengan rasa bersalah.

" Aku turut berduka ya Alec " Ucapku sambil mengelus punggungnya dan kembali mengemasi barang-barangku. Omong-omong soal rambut rontok, kemarin sekitar dua minggu yang lalu, saat Harry selesai menelpon ibunya. Aku mengelus kepalanya dan mendapati rambutnya yang rontok, rontoknya sangat banyak dan tidak wajar. Aku sempat berpikir sesuatu yang tidak-tidak tentang Harry, tetapi aku membuang jauh-jauh fikiran buruk tersebut.

" Aku menjadi merasa bersalah kepadanya, aku tidak berhasil menjadi sahabat yang baik untuknya " Lanjutnya lalu aku duduk disampingnya (Dipinggir ranjang). Oh tidak, Alec menangis..

" Ssttt.. Jangan menangis, menurutku kau sudah menjadi sahabat yang sangat baik untuknya, dan aku yakin Fanny sangat bahagia memiliki sahabat yang baik, tampan dan lucu sepertimu " Ucapku sambil menghapus air mata yang jatuh dipipinyaa dengan jari-jari tanganku.

" Terimakasih Kei, kau membuatku merasa lebih baik " Balasnya lalu memelukku dengan erat. Sejujurnya aku baru pertama kali melihat Alec menangis dan memelukku sangat erat seperti saat ini, biasanya ia selalu menjahiliku dan membuatku kesal. Tapi, baguslah, Mungkin setelah ini hubungan kami akan membaik.

"Keira!! Harry sudah datang menjemputmu!" Teriak Dad dari luar kamar, terkadang aku ingin tertawa jika mendengar Daddy berteriak-teriak memanggil anak-anaknya. Karena biasanya yang suka melakukan hal seperti itu kan Mom.

Alec melepas pelukannya dariku dan menghapus air matanya dengan tangannya. " Cepat, jangan buat kekasihmu menunggu " Ucapnya lalu tersenyum jahil denganku.

Aku tersenyum geli mendengarnya, aku pun mencium pipi kanannya dan mengambil ranselku lalu hendak turun kebawah.

" Eh, minum dulu susu coklatmu " Ucap Alec yang langsung menghentikan langkahku dan menoleh kearahnya lagi.

" Itu untukku? " Tanyaku lalu ia mengangguk cepat. " Kau tidak meracuninya kan? " Lanjutku sambil menyipitkan mataku curiga.

Alec memutar matanya lalu menatapku dengan malas. " Yasudah kalau tidak mau, aku buang saja " Lanjutnya lalu ingin membuang susu coklat tersebut ke tanaman yang berada diluar jendela kamarku.

" Eitss.. Iya.. Iya.. Aku mau " Balasku lalu merebutnya dan meneguknya dengan cepat.

Setelah berpamitan dengan Ayah, George, dan Alec, aku pun berjalan menghampiri Harry yang sudah menunggu di depan gerbang rumahku. Kulihat sebuah mobil Lamborgini berwarna merah terparkir didepan rumahku, dan mataku langsung tertuju pada seorang laki-laki keriting yang sangat aku cintai. That's Harry!!

" Hei Babe " Ucapnya lalu melebarkan tangannya, dan aku pun langsung memeluknya dengan sangat erat. " Aku merindukanmu " Lanjutnya.

Aku memutar bola mataku. " Baru saja tidak bertemu selama dua hari, kau sudah merindukanku " Ucapku, sebenarnya aku juga sangat merindukannya, tidak bertemu 2 hari seperti tidak bertemu 2 tahun.

" Memangnya kau tidak merindukanku, huh? "

" Tidak " Balasku sambil melipat tanganku didada.

" Katakan jika kau merindukanku, atau aku akan menciummu " Ucapnya kini aku bisa mendengar suaranya yang benar-benar serius, dan terkadang aku menyukai wajah Harry yang sedang serius. Itu membuatku ingin menjahilinya.

" Never, just in your wildest dreams " Balasku sambil terus melipat tanganku didada dan mengarahkan tatapanku ke arah lain, tetapi diam-diam aku memperhatikan wajahnya yang lucu.

Tiba-tiba aku merasakan bibir Harry melumat bibirku dengan lembut, aku merindukan ini, aku merindukan bibirnya yang lembut dan ciumannya yang hebat. Dengan cepat aku membalas ciuman Harry, Harry melingkarkan tangannya di pinggangku dan menarikku agar mendekat ketubuhnya, aku pun melingkarkan tanganku di lehernya. Menjalarkan tanganku kekepala Harry dan mendorong kepalanya seraya memperdalam ciuman kami.

" Aku tahu kau merindukanku " Ucapnya sambil terus melumat bibirku dengan ganasnya, seperti tidak pernah melumatnya selama beribu-ribu tahun.

" Aku sangat merindukanmu " Balasku lalu menciumnya lagi, aku bisa merasakan sebuah senyuman merekah di bibirnya.

" Ya tuhan! Kau ingin membuatkan cucu untukku? " Suara seseorang yang sangat familiar membuatku langsung melepas ciumanku, aku menoleh dan mendapati seseorang yang sangat kukenal, bahkan sangat familiar bagiku.

That's Daddy!

" Da-Dad " Ucapku tergagap. Gawat, bagaimana jika ayah memarahiku?.

" I'm sorry Mr. Watson, aku telah lancang menci-- " Ucap Harry yang langsung terpotong ketika daddy mengangkat tangannya seraya berkata 'Stop! Jangan Lanjutkan!'.

Deg!

Deg!

Deg!

1 Menit

2 Menit

3 Menit

" Cepat berangkat atau tidak sama sekali " Ucapnya dengan begitu datar.

Oh Thanks god!

Aku dan Harry pun berpamitan lagi pada ayah, wajah ayah terlihat kaget dan tidak percaya dengan apa yang aku dan Harry lakukan.

TO BE CONTINUED!

Haha! Ketahuan kan! Makannya jangan suka kissing sembarangan.. Wkwk..

MY DILEMMA [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang