CHAPTER 34

356 29 3
                                    

Yeay udh kelar UAS!! Udah bebas dari Remed! Yuhuuu... akhirnya bisa update lagi nihh...

Wihh kan.. udah nyampe 1,5K readers! #goyangitik #sujudsyukur

Thanks ya buat para readers yg udh nyempetin buat baca Fanfict Tia yg abal"lan bin amatiran ini... *kecupin-reader-atuatu* tapi coba dong.. tinggalin jejak jejak kaki kaliann biar Tia semangat nihh lanjutin Fanfictnya.. Hehehe..

Makasih juga buat yg udh tinggalin jejaknya alias ngasih Vote :D i love you so muchh.. :*

Udah deh sampe sini basa basinyaa... langsung aja.. cekidot!

★★★★★★

Malam ini begitu dingin, merasa bosan terus-menerus berada dikamar menemani pamanku, aku pun memutuskan untuk berjalan-jalan disekitar rumah sakit, seraya menghirup udara segar.

Mataku tertuju kepada seorang bocah berambut keriting yang sedang duduk di kursi roda dengan posisi membelakangiku. Bocah itu mengingatkanku pada seseorang, masa laluku. Aku pun mencoba berjalan mendekatinya dengan perlahan, lalu menepuk pundaknya. Dan bocah itu pun menoleh kearahku sambil menatapku bingung. Oh, dia begitu mirip masa laluku, hanya saja matanya yang berbeda, bocah ini bermata biru, sedangkan masa laluku bermata hijau.

" Hai, Aku Keira Watson. Siapa namamu? " sapaku sambil menampilkan cengiran khas ku.

Dia masih menatapku bingung.

Aku menggaruk tengkuk leherku yang sebenarnya tidak gatal. " Baiklah, maaf jika aku mengganggu waktumu "

Baru saja aku melangkahkan satu kakiku, tiba-tiba bocah itu menarik tanganku dan tersenyum senang, ada apa? Kenapa dia begitu senang?

" Hei, namaku William Hudson, kau bisa memanggilku Will " Ucapnya sambil tersenyum kepadaku, aku sungguh dibuat flashback olehnya.

" Umm.. Hai Will, sedang apa kau malam-malam diluar sini? Kau tau, udara malam tidak baik untuk kesehatanmu " Ucapku sambil mengelus kepalanya yang sudah botak.

" Tidak ada, aku hanya bosan berada dikamar dan tidak mempunyai teman " Balasnya dengan wajah datarnya sambil terus menatap kedepan, tanpa menoleh kearahku sedikitpun.

" Mengapa kau tidak memiliki teman? " Tanyaku.

" Teman-temanku sudah tidak ada, mereka sudah pergi meninggalkan dunia ini " Jawabnya dan aku tahu dia begitu sedih, karena ia meneteskan air mata lalu menghapusnya dengan jari-jari mungilnya.

" Sstt jangan menangis Will, masih ada aku disini, aku ingin menjadi temanmu " Ucapku sambil menangkup wajahnya dan mengusap tetes demi tetes air matanya yang terjatuh.

" Aku tidak menangis, dan apa benar kau ingin menjadi temanku? " Tanyanya dan aku pun mengangguk mengiyakan sambil tersenyum, lalu dia memeluk tubuhku dengan sangat erat.

" Terimakasih Keira " Ucapnya lagi dan dengan itu kami mengakhiri obrolan kami dan aku mengantar Will kekamarnya, karena hari sudah semakin malam.

⭐⭐⭐⭐⭐⭐

Sudah satu minggu aku mengenal Wiil dan aku sudah mendengar semua tentang Will dari ibunya, ternyata Will menderita kanker yang sudah stadium 3, sebelumnya aku tidak menyadarinya karena Wiil terlihat seperti anak yang sehat dan tidak terlihat seperti penderita kanker.

Hari ini aku akan berkunjung ke kamar Will dengan membawa buah-buahan kesukaan Will, setelah bibi datang aku pun langsung bergegas kekamar will dan tidak sabar untuk bermain dengannya.

Sesampainya aku di kamar Will, kamar tersebut kosong, aku terus mengucapkan kata 'Permisi' untuk memeriksa apakah ada orang disini. Tiba-tiba seseorang keluar dari kamar mandi, dia adalah ibu Will.

" Selamat siang Rebecca, apakah Will ada didalam? " Tanyaku pada ibu Will,Rebecca.

" Maaf Keira, Will sedang pergi mengunjungi temannya, jika kau ada pesan kau bisa menitipkannya padaku " Jawabnya sambil berjalan menghampiriku.

"Umm.. Maaf, kalau boleh aku tahu Will pergi kemana? Aku sedang sangat ingin menemuinya"

" Kau bisa menemuinya di lantai 3 kamar 502, disana ia sedang menjenguk temannya "

" Baiklah, terimakasih Rebecca " ucapku , setelah berpamitan dengan Rebecca aku pun bergegas menuju tujuanku yaitu bertemu dengan Will, terkadang aku sangat salut dengan Will, walaupun dirinya sendiri sedang sakit, ia tetap menjenguk teman-temannya.

Dengan cepat aku melangkahkan kakiku kearah lift, setelah masuk kedalam lift aku pun mengKlik tombol 3 yang menunjukkan bahwa aku akan kelantai tiga, lift berjalan dengan sangat cepat, dalam waktu dua menit aku sudah sampai di lantai 3, setelah menemukan kamar yang kucari, aku langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

Kulihat Will yang sedang duduk di kursi rodanya menoleh kearahku dan tersenyum bersama dengan seseorang yang sedang berbaring di kasur, tetapi aku tidak dapat melihat jelas wajahnya karena tubuh Will menutupinya.

" Hai! Kemarilah! Aku akan mengenalkanmu kepada temanku " Ucap Will, dan dengan perlahan aku melangkahkan kakiku kearah Will dan seseorang yang berada bersamanya.

Kakiku membeku, Jantungku berhenti berdegup, mataku tidak bisa berkedip, mulutku tidak dapat mengatakan apapun ketika aku melihat dia kembali.

" Harry "

" Keira "

Ucap kami bersamaan, aku menutup mulutku ketika melihat kondisinya yang terlihat sangat buruk, kepalanya yang sudah botak pelontos, bibirnya yang pucat, aku tidak bisa membendung air mataku lagi, air mataku melolos jatuh begitu saja, dengan cepat aku berlari meninggalkan mereka, aku berlari dan terus berlari, sampai akhirnya aku menemukan balkon yang berada di ujung lorong lantai 3 ini, aku pun menumpahkan semua air mataku, menangis sekeras-kerasnya, berharap jika yang kulihat tadi tidak benar-benar nyata.

TO BE CONTINUED!

VOTE sebanyak-banyaknya.. Wkwkwk

MY DILEMMA [H.S]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang