Pain

100K 3.8K 130
                                    

Hai aku lanjut. maaf kalo ga ngefeel, otakku segini adanya. haha. maaf ada typo yang entah dibagian mana. oh iya aku suka sama yang comment, banyak yang pro dan kontra. makasih loh buat yang comment. happy reading, jangan lupa vote and comment. ✌

***

Annika POV

Aku menangis terisak di dalam kamar mandi. awalnya aku memang menginginkan Refeno lebih baik menyentuhku saja dari pada keluyuran ke perempuan lain.

tapi setelah Refeno benar benar melakukannya, rasanya sakit. hatiku sakit. lantas apa yang sebenarnya aku inginkan? aku juga tak tahu.

Aku menatap tubuh polosku di depan cermin kamar mandi ini, badanku penuh oleh bekas ciuman ciuman Refeno, terlihat merah dibeberapa bagian.

astaga, apakah Refeno sebuas ini?

***

Aku berendam di bathup sudah hampir satu jam dengan keadaan masih terisak kecil.

"ANNIKA APA KATAKU, JANGAN NANGIS!" Refeno diluar sana berteriak. aku tak menghiraukannya.

"Cepatlah keluar! kau bisa sakit." lanjut Refeno lagi, tak ku hiraukan lagi.

"jangan mancing emosi aku Annika!"

tak kuhiraukan, lagi dan lagi.

dan aku merasa pintu ditendang oleh Refeno, karena Refeno tiba tiba saja ada di dalam kamar mandi ini, padahal sudah ku kunci.

"kamu!" tunjuk Refeno kepadaku

"apa mau kamu?" Refeno dengan hanya memakai boxernya, menghampiriku.

"kamu mau sesali? percuma saja. mau kamu sesali juga, kamu sekarang tetep gak perawan." kata Refeno, membuatku menangis kencang, menutup wajahku dengan kedua tanganku.

"udah sini. oke aku salah, aku minta maaf. kamu tenang aja, aku gak akan lari dari tanggung jawab." Refeno yang berdiri disamping bathup menarik kepalaku ke pelukannya, yang jatuh pada pahanya.

akhirnya dia meminta maaf. meskipun dia tidak menyesalinya, tetapi paling tidak dia minta maaf.

"tapi....ka..ta....kamu ba...dan aku gak... me..na..rik pas waktu liburan. lalu kenapa kamu perkosa aku, bahkan berkali kali." kataku terisak, sesenggukan yang membuat aku berbicara terbata.

"kamu kurang menarik apa lagi?" Refeno masuk kedalam bathup, menggeser tubuhku, dan memeluku.

dia mencium puncak kepalaku, keningku, mataku, hidungku, bibirku, daguku, leherku, lalu dia.....

lagi dan lagi.

***

Aku tertidur meringkuk di sofa kamar Refeno dan melihat film, dengan pandangan kosong.

Refeno meninggalkanku entah kemana dan dia mengunciku di apartemen ini, sendirian.

iPhone ku berbunyi, bertanda ada telfon masuk.

"Sayang, mama bakal temenin papa bisnis lagi ke luar kota, mungin bakalan sampai 2 minggu. kamu nginep aja ya dirumah Nabila?" kata mamaku disebrang telfon sana. mamaku memang selalu menempel kemanapun papa pergi. aku maklum.

"iya ma." kataku singkat

lalu menutup telfonnya.

"Annika nih makan bubur, aku tahu kamu suka bubur yang diperempatan." Refeno datang membawa bungkusan.

mau tak mau aku memakan bubur itu, karena aku lapar juga.

"aku mau pulang." kataku pada Refeno.

SlightedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang