Alasan

80.1K 3.7K 66
                                    

Hai aku lanjut nih. sorry kalo makin ngawur, gak nge feel. minta vote dan comment nya. happy reading.

Annika menghindandari kejaran Refeno, dengan cara berjalan ke tempat ramai orang, kantin!

lalu berkelit, dan ketika Refeno lengah Annika secepat kilat menuju belakang kampus.

hampir selalu seperti itu, selama Annika menghindari Refeno.

***

Annika menormalkan nafasnya yang tak beraturan.

"Hei." Annika milirik kearah belakang, ketika ada seseorang yang menepuk bahu Annika.

lantas Annika terkaget kaget, menemukan Risyad lah yang menepuk pundaknya.

Annika kaget, selama kejadian buruknya dengan Risyad, Annika tak pernah menemukan Risyad lagi di kampus. kata orang Risyad cuti, tapi entahlah yang benarnya Risyad kemana.

yang jelas Risyad sekarang ada di hadapan Annika.

Annika tersenyum kaku. jujur aku masih takut dengan Risyad.

"kenapa?" tanya Risyad lembut, pria ini memang pintar acting.

Annika menggeleng.

"apa kabar nik?" Risyad mengajak Annika berjalan ke dekat gudang, dan terduduk di lantai luar gudang.

"baik cad. icad gimana? kemana aja?" Annika yang sebenarnya takut, mencoba positive thinking.

"baik. aku belakangan ini cuti, di luar Negeri, nenangin diri."

"nenangin diri?" kening Annika menyerngit.

"buat bisa lupain kamu."

Annika sontak tertawa.

"jangan lebay cad ih." kata Annika mencoba memberhentikan tawanya.

"serius. hasilnya aku masih belum bisa melupakanmu." kata Risyad, serius.

"jangan konyol." Annika tersenyum, hambar.

"karena pada dasarnya, percuma saja aku melakukannya. kamu segalanya buat aku, kepingan hatiku, belahan jiwaku. bagaimanapun aku mencoba melupakanmu, hasilnya sama saja, nol besar." Risyad melihat kesamping kanan, kearah Annika.

"cad, please..."

"nggak Annika, ini memang benar adanya." Risyad menggenggam tangan Annika.

"jangan gitu."

"aku tahu kamu menjalin hubungan dengan Refeno akhir akhir ini. meskipun niatku melupakanmu, tetap saja aku selalu ingin mengetahui perkembangan hidupmu. dan ketika aku tahu kamu dan Refeno selesai, ketika itu pula aku tersadar bahwa aku gak akan pernah bisa lupain kamu." Risyad mengelus pipi Annika.

Annika diam.

"aku gak mau bertele tele. aku jauh jauh dari Dubai balik ke Indonesia cuma buat kamu. please, jadilah miliku lagi. aku janji ga akan nyakitin kamu lagi baik itu secara mental dan fisik. janji ku kali ini bukan cuman bualan, aku bakal buktiin. kamu liat aja sendiri nanti. please.." Risyad mencium tangan Annika yang ada di gengamannya.

"jangan gini cad.." kata Annika, bingung.

"Annika, please.." Annika tak tega melihatnya, Risyad berantakan sekali. jambangnya yang sungguh sangat lebat, mungkin tak dicukur beberapa bulan. Rambut yang sedikit gondrong, berantakan sekali. meskipun pakaiannya tetap rapi.

tapi Annika justru suka Risyad dengan gayanya yang berantakan ini, pada dasarnya Annika suka pria yang berantakan dalam arti dia harus memiliki kumis, jambang, dan rambut yang lebat.

Annika lebih suka Risyad seperti ini, daripada Risyad yang rapi dan selalu mencukur kumis dan jambangnya serta merapikan rambutnya.

entahlah, lelaki berantakan selalu memukau dihadapan Annika.

Lihatlah Refeno, dia tak pernah membiarkan dirinya tampil dengan tanpa kumis dan jambang. lihat penampilannya, amburadul. tapi tetap tampan dan sangat mempesona menurut Annika.

jadi jangan salahkan Annika jika Annika susah berpaling dari Refeno sejak dulu.

Karena semua yang aku inginkan dalam diri pacarku dan suamiku kelak ada pada dirinya.

"oke kalo kamu ga bisa jawab sekarang. aku bisa nunggu, sampai kapanpun." Risyad memegang pipi Annika, menyadarkan Annika dari lamunannya.

***

Nabila menyuruh Annika mampir ke rumahnya jika Annika pulang dari kampus.
ada yang ingin dia bicarakan, katanya, penting.

"bill.." Annika membuka pintu rumah Nabila, dan malah menemukan Dito diruang tengah rumah Nabila.

"si Mbil mana Dit? katanya ada yang mau diomongin." tanya Annika.

"sebenernya gue yang mau ngomong, Annika." Dito menyuruh Annika duduk disampingnya.

"apa? kalo soal Eno, males ah dit." Annika hendak pulang.

"Refeno pake." teriak Dito.

"pake baju?" Annika yang berada di ambang pintu, membalikan tubuhnya.

"Narkoba. jangan becanda disituasi kaya gini."

Annika terdiam. sungguh?

"sejak kapan?" Annika akhirnya menghampiri Dito yang berada di sofa, dan duduk disamping Dito.

"sebenernya udah lama. dari sebelum sama lo juga dia pake. cuman, pas semenjak sama lo dia tuh udah agak jarang, bahkan gak pernah lagi mungkin. tapi pas kemaren kemaren, dia makin parah pakenya." Dito menjelaskan dari awal.

Annika hanya mengangguk.

"kalo lo perhatiin, badan si eno tuh dulu ngisi tapi kering. pas sama lo dia gedeab, kaya yang kelihatan beda. terus sekarang lo coba perhatiin badannya kurusan lagi, kering lagi." jelas Dito, lagi.

"iya gitu? kok gue gak nyadar? abisan dia kalo gue peluk tetep aja bikin nyaman, gak ngaruh tuh badannya tetep aja sixpack mau kurus mau gendutan juga. dan akhir akhir ini gue focus ngehindarin dia bukan focus liat badannya." kata Annika jujur.

"iya. bahkan orang tuannya Eno nanyain ke gue pacar Eno siapa kenapa bisa bikin eno ngejauhin barang terlarang. yaudah gue jelasin aja tentang lo dan gue ceritain gimana hubungan lo sama eno. hasilnya mamanya eno kepo, pengen ketemu lo. tapi gue tahan. mending gue dulu yang ngomong sama lo."

Annika hanya diam mendengarkan penjelasan Dito.

"Eno tuh cowo baik. dia dari keluarga baik baik. dan keluarganya baik baik aja, ga broken sama sekali. Cuma, eno salah milih cinta pertama. Dia tuh pertama kali pacaran, waktu kelas 1 SMA, pacaran sama cewek yang gak bener. dan disinilah awal mula Refeno gak bener, dia terjerumus." Dito menghela nafasnya.

Annika menahan nafas.

"maksudnya gak bener gimana?" tanya Annika.

"Cinta pertama Refeno, cewek yang broken, cewek itu ngelampiasin nya ke obat obat terlarang, pergaulan bebas. ketika cewek itu pulang terlambat, dia disiksa sama mama dan abangnya. cewek itu mau kabur ke papanya, papanya justru lebih keras. dan tak jarang cewek itu selalu melukai dirinya sendiri, seperti membuat beberapa goresan di tangannya dengan silet yang membuat tangannya berdarah."

Annika menangis, merasa kasian sama cewek itu.

"ih anjrit kenapa nangis, cengeng. gak gue lanjutin nih." Dito meledek Annika

"ih kan gue kasian. lanjutin!" kata Annika kesal.

"nah sama, eno juga merasa kasian sama cewek itu. akhirnya eno deketin cewek itu, lama lama eno baper. jadianlah mereka. nah ini masalahnya, cewek itu gak cinta sama Refeno, dia malah ngejerumusin eno. awalnya cuma dikenali alkohol, lalu seks, lalu final nya narkoba. eno tahu ini salah, tapi terlanjur. meskipun eno mutusin cewek itu, tapi dia tetap susah berubah. karena bagaimanapun itu udah jadi candu buat eno, sampai sekarang sulit dihilangkan." Dito menatap Annika lekat.

ohh jadi ini alasan Refeno menjadi sangat bengal, nakal, dan menjengkelkan.

***
tbc

SlightedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang