maaf ya kalo ga nyambung dan nge feel, ini pendek. aku skip gapapa kan ya, hehe. tapi happy reading, tetep vote and comment ya.***
Annika POV
6 bulan berlalu, dan aku yakin di Bandung sana Refeno sedang wisuda.
aku disini sedang berkerja mencuci piring di sebuah Cafe. mau bagaimana lagi, kuliahku gantung, aku hanya lulusan SMA jadinya, hanya pekerjaan ini yang cocok dengan pendidikanku.
aku terpaksa harus bekerja karena persediaan uangku makin hari makin menipis, mana aku harus persiapan uang banyak untuk lahiran.
"udah Annika duduk dulu, kamu pasti cape. kasian bayi kamu." kata laras, teman baruku di kota ini. dia tetanggaku di kostan, dan dia juga yang menawarkanku bekerja disini. dia baik sekali.
aku duduk di sebuah kursi plastik, aku mengusap usap perutku yang memang sudah membuncit.
"kamu tuh udah 6 bulan, tapi kalo pake baju kegedean gak keliatan hamil. kecil hamil kamu, biasanya cowok tuh bayinya." kata laras.
"akunya aja ih yang kurus jadi gak keliatan. kamu sotoy ih kata siapa cowok?" kataku tertawa.
"iya, coba aja usg."
"nanti." ucapku sumringah.
***
Aku susah tertidur, aku membalikan badanku ke kanan dan kiri.
aku menginginkan rujak dimalam seperti ini, mana ada coba. aku ingin membuatnya, tapi aku tak punya persediaan apapun di kostan ini karena aku tak mempunyai kulkas. dulu pernah aku menyimpan buah, di dapur. besoknya langsung ilang dibawa umpet tikus. kostanku memang kecil, hanya 2 petak, dapur, kamar dan ruang tengah menyatu. maka dari itu terkadang suka ada tikus, namanya juga rumah kecil.
aku sebenernya sangat takut, tapi aku selalu mengontrol ketakutanku agar tak membahayakanku.
"sayang, jangan banyak mau yang aneh aneh. ngertiin bundanya dong. ini udah malem, mau cari dimana rujak semalem ini? lagian bunda takut kalo keluar malem malem." kataku pada bayiku, mengelus perutku yang menendang.
aku bahagia, dan aku menikmati masa kehamilanku. meskipun seperti ini keadaannya.
***
Aku tak sengaja menjatuhkan baki ketika aku selesai mengantarkan pesanan ke salah satu pelanggan, aku jongkok mengambil baki itu, dan aku bangkit dengan susah payah karena perutku menghalangi dan menghambat aktivitasku.
"haha si endut." pak Theo, pemilik Cafe ini meledekku. aku hanya mendengus.
dia pemilik Cafe ini, tapi dia ramah sekali. menganggap para pekerjanya seperti teman temannya sendiri. dia sering meledeki pegawainya, atau menggoda pegawainya yang terpesena olehnya.
sedangkan kepadaku, pak Theo selalu meledek ku siendut, iyalah gendut orang aku lagi hamil!!! dasar menyebalkan, aku punya boss.
"badan udah susah gerak aja masih aja kerja, dasar gendut." ledek pak Theo, mengikutiku kembali kedapur.
"yaelah pak kalo saya gak kerja, anak saya gimana. tau sendiri ga ada bapaknya, harus cari duit sendiri." kataku kesal.
"baper baper. siendut baperan. habis diajak kawin sama aku gamau si endut tuh." pak theo menggodaku, tentu saja. dia iseng sekali.
"berisik pak, nanti bu Felin denger loh." Bu Felin, kekasih pak Theo.
"ehh jangan sampai dong. inikan rahasia kita berdua." katanya, sungguh dia suka sekali bercanda.
Pak Theo yang nama aslinya Matheo A sebenarnya dari Bandung, hanya saja dia sedang stay di Surabaya karena ini cabang Cafe barunya yang perlu perhatian extra.
***
Refeno POV
6 bulan berlalu, bulan bulan yang kulewati sungguh sangat menyakitkan karena tak ada Annika disampingku.
6 bulan aku mencarinya, tapi tak kunjung aku menemukannya, entah dimana dia berada, dia pintar sekali bersembunyi.
6 bulan keadaanku makin kacau. makin mengerikan, jika kata teman temanku. tentu saja, tak ada yang kuhiraukan kecuali yang berhubungan dengan Annika dan kedua orang tuaku.
hidupku berantakan, tapi aku tak mengabaikan pendidikanku. karena aku tak sebodoh itu, lihatlah aku sudah wisuda, sudah mempunyai gelar.
Kalian yang melihatku wisuda dengan rambut agak gondrong dan jambang lebat, pasti berpikir aku lebih cocok jadi mahasiswa baru yang rambutnya menuju gondrong.
jangankan mengurus rambut dan jambang, mengurus hatiku saja aku tak bisa.
"wih selamet bro, kita wisuda tapi hidup lo gitu gitu aja." ledek Dito.
"sialan!" desisku.
***
Harusnya aku melanjutkan S2 ku, tapi aku malas. aku ingin meluapkan keterpurukanku, kehilanganku terhadap pekerjaan, agar aku bisa melupakannya sejenak. walau sulit, setidaknya sosoknya tidak terlalu membayang bayangi ku dengan sejuta rasa bersalahku.
Biarlah aku melampiaskannya terhadap pekerjaan dari pada aku melampiaskannya dengan main perempuan lagi, cukup.
bermain perempuan, membuatku merasakan akibatnya. perempuan yang benar benar kucintai pergi, mungkin ini balasan aku terlalu sering menyakiti banyak perempuan.
yang ku tahu setelah Annika pergi, Silmi mendatangiku, meminta pertanggung jawaban, dihadapan orang tuaku. yang membuat orang tuaku murka, karena orang tuaku terlebih dahulu mengetahui kejadian Annika. mungkin orang tuaku murka karena dalam waktu bersamaan aku menghamili 2 perempuan sekaligus, dan aku telah menyakiti Annika, tentu saja orang tuaku murka.
apa Silmi gila? aku melalakukan itu sudah lama! sudah bertahun tahun yang lalu! Silmi berfikir aku bodoh untuk dibodoh bodohi, padahal aku tak sebodoh itu.
aku memojokan Silmi, hingga kejujurannya terungkap pada akhirnya. dan memang bukan aku ayah dari anak yang dikandungnya! Silmi hanya ingin menyalahkan ku ayah kandung dari anak yang dikandungnya karena aku kaya. pada kenyataannya, ayah kandung bayi itu pria biasa biasa saja, mungkin Silmi malu dan enggan hidup biasa biasa saja.
dan kemungkinan besar Annika pergi gara gara Silmi, sepertinya yang telah memberikan minuman itu pun Silmi. karena sangat terlihat niat jahat Silmi.
sebejat bejatnya aku, aku tak pernah menanamkan benihku dirahim perempuan, kecuali Annika.
Aku akui jika aku berhubungan dengan Annika aku tak pernah memakai pengaman. tak seperti bersama perempuan lain, aku pasti memakainya. karena sekali lagi, aku tak sebodoh itu.
***
Annika POV
aku merintih kesakitan di ruang persalina. tidak ada yang menemaniku apalagi menguatiku.
aku melahirkan tanpa ada pendamping, kecuali suster dan dokter.
aku kesakitan sendiri, tanpa bisa mencurahkannya kepada orang lain.
Anakku laki laki. dia akan menjadi jagoanku, pelindungku, kebanggaanku.
Reno Putra A
belahan jiwaku, penguat hidupku. segalanya untukku. tak akan kubiarkan siapapun menyakiti jagoan ku.
***
bulan demi bulan berlalu Annika menikmati hidup barunya, membesarkan jagoan kecilnya seorang diri.
Refeno semakin sukses diusia mudanya, yang membuat namanya melejit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Slighted
RomanceAku terlanjur mencintai nya. Mencintai pria brengsek yang sering merusak wanita. Semua yang kuinginkan dalam diri suamiku kelak ada padanya, kecuali brengseknya. Akankah aku mendapatkannya? Akankah dia berubah ketika aku mendapatkannya. Bisakah aku...