hai aku lanjut. maaf kalo makin ngawur. tetep ya minta vote dan comment hehe. aku mau bikin cerita baru kalo ini udah end, tapi aku mau tanya kalian lebih suka cerita yang kaya apa?
***
Annika POV
sebulan berlalu, mama papaku, mertuaku sudah pulang ke jakarta.
hubunganku dengan Refeno semakin membaik, malah sepertinya Refeno terlihat lebih baik dan penuh kasih sayang tak seperti dulu yang emosional, sangat.
semakin hari Reno semakim menempel pada Refeno, tak ingin jauh sedikitpun. Anak dan Ayah sama saja.
Bahkan ketika Refeno berangkat ke kantor, tak jarang Reno menangis, bahkan membuat Refeno mengurungkan niatnya pergi ke kantor. aku marah pun percuma, dua orang itu sangat dekat.
akhir akhir ini Refeno sering mengerjakan tugas kantornya dirumah, tentu saja gara gara anak ku yang manja kepada ayahnya.
maka dari itu mulai pagi besok Refeno memutuskan akan membawa Reno ke kantor, ketika aku menentangnya karena alasan tak akan ada yang mengawasinya dengan full, Refeno malah mengambil keputusan aku dan Reno harus ikut ke kantor. kan makin parah.
***
"tidur!" kata Refeno tegas kepada Reno yang sedang berada di atas kasur kamar Reno, kamar yang dibikin beberapa hari setelah Reno tinggal dirumah ini, rumah Refeno. kamar yang bertema batman, dipenuhi dengan gambar gambar batman baik itu tembok ataupun kasur dan perabotannya.
"ayah bobo cinih (ayah bobo disini)" rengek Reno.
"dengerin ayah, Reno cowok. harus jadi cowok yang bener bener cowok. cowok gak ada yang tidurnya sama ayahnya, cowok harus tidur sendiri, harus berani, harus kuat, gaboleh cengeng, harus jagain bundanya." Refeno malah memceramahi Reno yang notabennya pasti belum terlalu mengerti apa maksud ayahnya.
dan bodohnya anakku malah mengangguk patuh.
"Ayah tungguin sampe kamu tidur. ayo tidur, jagoan!" Refeno menjatuhkan diri dikasur Reno, memeluk Reno.
aku hanya tersenyum diambang pintu. Refeno tak mempermasalahkan jika Reno tak bisa berjauhan dengannya, tapi jika waktu malam. Refeno mulai tegas, karena katanya dirinya juga membutuhkanku untuk membagi rasa kasih sayangnya agar aku tak merasa diabaikan oleh dua orang anak dan ayah itu dan tentu saja Refeno juga membutuhkan kebutuhan biologisnya, ya you know what i mean.
Meskipun Refeno banyak menghabiska waktunya dengan Reno, tetapi jika malam, waktunya habis olehku. Apakah Refeno tak lelah? seharian bekerja dan bermain dengan anaknya, semalaman mengajak ku begadang untuk melakukan sesuatu yang saling memuaskan, bahkan waktu tidurnya sangat sedikit, tapi dia tetap terlihat fress dan bahagia.
aku heran.
***
Refeno mencium leherku ketika aku sedang mencepol rambutku di meja rias.
"bentar dulu dong no." aku sedikit kesal karena dia tak sabaran.
Refeno malah menggendongku menuju kasur dan merebahkanku lalu sedikit menindihku.
Refeno mulai menciumi setiap inchi wajahku, percis seperti Reno. tapi bedanya Reno melakukannya dengan polos tak tahu apa apa, jika Refeno melakukannya dengan penuh nafsu.
"kamu gak lelah? seharian kerja dan bermain dengan Reno, malam harinya kamu ngajak aku kaya gini bahkan sering sampai pagi, tidur kamu sebentar tapi anehnya kamu seger seger aja." aku menangkup wajah Refeno dengan kedua tanganku agar dia berhenti nenciumiku.
"lebih baik kurang tidur tapi dua kebahagiaanku ada disisiku. kamu tidak tahu, bagaimana ngenesnya hidupku saat kamu meninggalkanku, rasanya aku tak pernah merasa tidur meskipun sudah tertidur lama, aku terus saja seperti orang putus asa. tapi ketika kedua kebahagiaanku ada disisiku, aku tidur sebentarpun rasanya tidur lama. aku bahagia kalian disisiku." lalu Refeno menyerangku dengan ciuman, menuju leherku, menghisapnya kuat, membuatku mengerang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slighted
DragosteAku terlanjur mencintai nya. Mencintai pria brengsek yang sering merusak wanita. Semua yang kuinginkan dalam diri suamiku kelak ada padanya, kecuali brengseknya. Akankah aku mendapatkannya? Akankah dia berubah ketika aku mendapatkannya. Bisakah aku...