maaf ya aku lama ngelanjutnya soalnya lagi UAS. sorry kalo makin ancur. yuk baca, keep comment and vote✌baca cerita baruku yang regret yu, siapa tau aja suka
***
Annika POV
Semenjak kejadian kemarin, jika aku datang ke kantor Refeno. orang orang menghormatiku, tapi tak sedikit juga yang mencemoohku.
sudah semenjak kejadian itu pula, aku maupun Reno sudah jarang pergi ke kantor Refeno. karena sekarang Refeno lebih tegas kepada Reno yang malah semakin manja jika dimanjakan, dan juga dengan keadaanku yang sedang hamil ini membuat Refeno menyuruhku untuk diam di rumah.
***
"Tidur Annika!" kata Refeno tegas.
"gamau. mau sama eno." aku semakin erat memeluk Refeno dari belakang.
"aku liatin, gaakan kenapa kenapa." kata Refeno, masih focus dengan pekerjaannya yang ada di laptop.
aku diam. dari tadi Refeno sibuk berkutat dengan pekerjaannya, sampai malampun tak beres beres, tak seperti biasanya. entah mengerjakan apa aku tak paham. awalnya aku mencoba tidur sendiri, tapi tak bisa! aku tak bisa tertidur hanya memeluk guling saja, harus memeluk Refeno.
akupun memutuskan menghampiri Refeno yang berada di karpet dan didepannya ada meja kecil, aku duduk di sofa tepat belakang Refeno yang terkadang dijadikan sandaran oleh Refeno dan memeluk Refeno dari belakang, menyenderkan wajahku dipunggungnya sesekali dibahunya. tapi Refeno sedari tadi menyuruhku tidur.
"Annika! jangan egois!" sentaknya.
"bukan kamu doang yang butuh istirahat, pikirin anak kita yang ada dikandungan!" sentak Refeno lagi.
"mau sama eno." kataku yang entah mengapa jadi keras kepala.
"TIDUR!" bentak Refeno keras, aku menengang.
aku dengan segala kekesalan dan kesedihanku melepaskan pelukanku dari Refeno dan berjalan gontai ke tempat tidur. merebahkan badanku, menutup tubuhku dengan selimut besar yang menenggelamkan tubuhku.
hatiku sakit, rasanya tak dihargai. Refeno tak mengerti, aku seperti tadi bukan hanya tidak bisa tidur tanpa memeluknya. aku pun ingin menemaninya bekerja, apa Refeno tak mengerti?
aku mencoba menahan airmata pun percuma air mataku malah keluar begitu saja. aku mati matian manahan isakanku, kubekap bibirku dengan tanganku bahkan kugigit bibirku agar isakanku tak lolos dari bibirku.
"Jangan Nangis!" kata Refeno keras. tetap saja Refeno tahu, padahal aku sudah memunggunginya, mungkin dia tahu bahuku bergetar.
aku mencoba meredakan tangisku, tapi isakanku malah lolos begitu saja.
"berhenti nangis Annika!" gertak Refeno lagi.
aku bangkit dari kasur, hendak pergi ke kamar anakku Reno.
BRUK
Selimut besar nan tebal membelit tubuhku ketika aku terburu buru bangkit dari kasur.
"AW!" Ringisku.
"Berisik! Berhenti rewel dan memusingkanku, cukup Reno saja yang rewel!" bentak Refeno ketika mendengar suara gaduh, tanpa melihatku sedikitpun matanya tetap focus dengan laptop.
kau tidak tahu? istrimu terjatuh dari kasur. perutku sakit, bego! aku meringis dan pergi meninggalkan kamar dengan membanting pintunya dengan keras.
***
aku membuka pintu kamar Reno pelan, aku menghampirinya dan berbaring memiringkan tubuhku dikasurnya, kasurnya tidak besar, tapi cukup cukup saja jika aku tidur berdua dengan Reno, tapi jika dengan Refeno, Reno tertidur di dada ayahnya karena tak cukup atau entah itu kemauan Reno, karena kasur ini dipikir pikir muat muat aja kalo dicukup cukupin, tapi salah satunya harus ya semacam tidurnya miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slighted
RomansaAku terlanjur mencintai nya. Mencintai pria brengsek yang sering merusak wanita. Semua yang kuinginkan dalam diri suamiku kelak ada padanya, kecuali brengseknya. Akankah aku mendapatkannya? Akankah dia berubah ketika aku mendapatkannya. Bisakah aku...