Chapter 14

15.1K 894 2
                                    

Deg!

Sial. Apa dia baru saja mengakui cintanya padaku? Tidak mungkin bukan..?

"Aku tak percaya kau tertipu." Ucap David sambil tertawa tiba-tiba yang membuatku sangat kesal.

"DAVID!!" Teriakku kepadanya dengan kesal.
Bagaimana tidak? Aku merasa dipermainkan jika seperti ini, huft!

"Kenapa? Sekarang kau ingin benar-benar aku sukai?" Ucapnya dengan seringaian jahil di wajahnya.

Huh! Vampire-vampire ini benar-benar ahli dalam mempermalukan orang sepertinya. Tidak Jacob, David juga sama saja.

Aku mendengus kesal dan langsung mendorongnya keluar. Aku terkejut ketika David langsung terlempar kearah dinding pintu karena aku yang belum sempat membuka pintu.

"Da-david? Kau baik-baik saja?" Sekarang aku menjadi cemas, bagaimana mungkin dengan dorongan lemah seperti itu, ia langsung terbentur ke pintu. Aku benar-benar bingung.

"Ya, tak apa. Kalau dorong itu jangan kuat-kuat dong, sakit tau." Ceramahnya kepadaku.

"Ya,ya.. Lagipula tadi aku hanya mendorongmu dengan pelan.." Ucapku sambil mengerucutkan bibirku kesal.

"Pelan? Masa kalau didorong pelan aku bisa terlempar gitu?" Tanya nya dengan sedikit kesal.

"Mungkin kau lemah." Ucapku dengan senyuman mengejek.

"Eh, kurang ajar kau-" ucapannya terpotong oleh kedatangan Jacob yang tiba-tiba membuka pintu kamarku.

"David, kau kusuruh kesini untuk memberi tahu Bella untuk bersiap-siap. Tapi, malahan bertengkar sama Bella, ckck.." Ucap Jacob sambil menggelengkan kepalanya pelan.

"Hmph.. Iya-iya kak. Bella siap-siap sana, pestanya sisa 3 jam lagi."

"Iya, kamu pergi saja." Jawabku dengan nada kesal kemudian aku langsung menutup pintu kamarku.

Huh! Dasar vampire-vampire ini. Aku tak percaya sosok idolaku ternyata seperti ini.
Aku pun menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri alias mandi. Aku mandi selama kurang lebih 30 menit. Setelah mandi, aku pun segera keluar dari kamar mandi dan mengenakan baju yang kuanggap nyaman. Setelah itu, aku mencari dress yang cocok untuk dipakai saat pesta dansa. Aku menemukan sebuah dress berwarna hitam selutut di dalam lemariku yang terlihat elegan.
'Hm.. Sempurna." Pikirku.
Aku segera mengambilnya dan mengenakannya di tubuhku.

Setelah menggunakan dress tersebut, aku mencari perhiasan yang sesuai dengan dress itu. Aku mengenakan sebuah gelang berwarna perak dengan banyak permata di sekelelilingnya yang menurutku cocok dengan dress itu.

Setelah itu, aku pun mulai berdandan. Wajahku kupolesi dengan bedak kemudian kuberi sedikit tambahan merah pipi. Kemudian, aku mengambil box eyeshadow diatas meja rias. Aku memilih warna silver yang sama dengan warna gelangku. Setelah menghiasi mataku dengan eyeshadow, aku pun menyelesaikan riasanku dengan menggunakan sedikit lipstik berwarna pink muda di bibirku.

Setelah selesai, aku menatap pantulan diriku di cermin.

'Apa ini benar-benar diriku? Dari mana aku tau cara berdandan seperti ini?' Pikirku sambil memutar tubuhku kekiri dan kekanan, memeriksa jika masih ada yang kurang.

Aku menatap jam dinding di kamarku. Ternyata sudah jam 5 lewat 10. Aku tak menyangka akan menghabiskan waktu selama ini hanya untuk berdandan.

Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka menampilkan sosok Jacob dalam setelan jas hitam dengan kemeja putih dan dasi kupu-kupu berwarna merah di dalamnya. Dia mengenakan celana berwarna hitam yang kontras dengan warna jasnya. Dia terlihat begitu tampan dalam setelan jas. Ah.. Vampire kenapa kalian semua harus semempesona ini?

"Bella?" Dia menatapku bingung yang sedang melirik dirinya dari ujung kepala hingga ujung kaki.

"Ah, ya?" Aku segera menjawabnya setelah lamunanku terbuyar.

"Ini topeng dan sepatu untukmu." Dia berjalan ke arahku sambil membawa sebuah topeng berwarna hitam yang benar-benar kontras dengan dressku. Darimana dia tau aku akan mengenakan dress hitam dan bisa membawakan topeng yang benar-benar pas untukku? Huh.. Dasar kalian vampire. Aku juga melihat dia membawa sebuah dos sepatu berukuran agak besar di tangannya.

Setelah ia meletakkan dos sepatu itu di lantai dan topengku diatas meja rias. Aku segera membuka dos sepatu tersebut dan mendapati sebuah high heels berwarna hitam yang lagi-lagi cocok dengan warna bajuku. Aku pun penasaran dan bertanya, "bagaimana kau bisa membawakanku topeng sekaligus sepatu yang benar-benar cocok dengan dressku?"

"Entahlah, hanya firasat saja." Ucapnya sambil tersenyum kearahku. "Aku kan tau segalanya tentangmu." Lanjutnya lagi sambil tersenyum jahil.

"Ya, tentu saja. Kan kau bisa membaca pikiranku!" Ucapku sambil mendelik kesal.

"Hah? Aku tidak bisa lagi membaca pikiranmu." Jawabnya polos.

"Kenapa?" Tanyaku penasaran.

"Karena kami tidak bisa membaca pikiran seorang half vampire jika sudah berubah menjadi vampire sepenuhnya." Jelasnya kepadaku.

🎀🎀

I am a Vampire?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang