Chapter 33

11.2K 611 3
                                    

Setelah sampai dibawah, aku melihat David yang sedang berbincang-bincang dengan Papaku. Setelah aku melangkah lebih dekat kearah mereka, mereka berdua langsung menatapku sambil tersenyum. Tampaknya, mereka sangat menyadari keberadaanku disini.

"Hai, Alena." Sapa David sambil tersenyum kepadaku.

"Hai juga." Sapaku kembali dengan sedikit kaku. Aku masih sedikit kaku walaupun sudah senang dengan keberadaan Mamaku disini. Bukannya tak senang, tetapi semuanya akan sempurna dengan keberadaan Jacob disini..

Mama sudah duduk disebelah Papa sedari tadi. Sedangkan, aku masih berdiri dengan kaku dihadapan mereka bertiga. Aku pun sadar dan segera duduk di sebelah David karena mereka memandangku bingung.

"Sudah siap, Alena?" Tanya David dengan lembut kepadaku. David sungguh lembut dan juga sopan kepadaku, tetapi.. mengapa sekedar menyukainya saja begitu sulit bagiku? Hatiku.. benar-benar telah dimenangkan oleh Jacob. Ini benar-benar membuatku khawatir, aku takut nantinya aku akan mengecewakan David.

"Iya." Jawabku dengan senyuman tipis.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita berangkat." Ajaknya sembari berdiri dari tempat duduknya.

"Apa? Aku baru saja duduk." Ucapku dengan sedikit cemberut.

"Dasar, kan kau sudah duduk daritadi di kamarmu." Ejeknya kepadaku dengan muka jahilnya.

Baiklah, aku tarik kembali perkataanku tentang dia yang lembut. Dia sangat datang-datangan, biasanya dia bersikap lembut, tetapi beberapa saat kemudian dia akan menjadi sangat jahil.

"Huh! Baiklah, ayo." Ajakku dengan ketus yang langsung berjalan keluar dari Kerajaanku.

"Hati-hati dijalan, Alena!" Teriak Mama kepadaku yang sudah berjarak agak jauh dari mereka bertiga.

Aku hanya menganggukkan kepalaku lalu kembali berjalan keluar. Tiba-tiba, aku teringat sesuatu..

"Ma, Pa. Kak Richard mana?" Tanyaku kepada orangtuaku sambil berhenti di tempatku dan berbalik menghadap mereka berdua. Eh, dimana David?

"Kau mencariku?" Tiba-tiba suara David terdengar dari sebelahku. Ia masih memasang mukanya yang jahil itu.

Mama dan Papaku terkekeh melihatnya. Aku hanya mendengus kesal sambil tetap menatap Mama dan Papa menunggu jawaban dari pertanyaanku.

"Dia sedang pergi berjalan-jalan disekitar Kerajaan Blanchard, Alena. Kau tau dia tak terlalu suka di rumah." Jawab Papa kepadaku.

Aku hanya ber'o' ria, walaupun sebenarnya aku sedikit heran dengan Kak Richard yang akhir-akhir ini suka sekali keluyuran. Apa yang ia lakukan diluar sana?

"Baik, kalau begitu aku pergi dulu, Ma, Pa." Ucapku kepada mereka sambil melambaikan tangan.

"Aku?" Tanya David tiba-tiba dengan muka sedihnya yang palsu itu.

"Kami!" Ucapku dengan kesal lalu langsung berjalan keluar dari Kerajaan Blanchard. Tak lama kemudian, David sudah terdengar berjalan dibelakangku dengan langkah besar untuk menyusulku.

Kami hanya berjalan tanpa berbicara menuju ke toko gaun pengantin di kota. Aku sebenarnya tak terlalu kesal lagi dengan David, tapi aku hanya tak tahu harus berkata apa. Suasana diantara kami benar-benar terasa canggung saat ini.

Setelah beberapa menit berjalan, kami sampai didepan sebuah toko pengantin bergaya victoria. Saat masuk, kami langsung disambut oleh pegawai disana dengan ramah. Aku menyuruh David untuk duduk disebuah sofa untuk menungguku memilih baju pengantin yang kusukai. Aku pun melihat-lihat baju pengantin didalam toko itu yang dominan berwarna putih.

Tiba-tiba, aku melihat sebuah gaun pengantin yang sungguh indah. Gaun itu berwarna putih dengan renda dibagian lengan dan dada bagian atas. Selain itu terdapat pula hiasan dibagian pinggang gaun itu dan juga beberapa hiasan lainnya yang membuat kesan elegant pada gaun itu.

Aku pun mencoba gaun itu dengan dibantu oleh pegawai di toko itu. Dia juga menyanggul rambutku dengan sederhana sehingga bagian belakang dari gaun itu dapat terlihat dengan jelas.

Setelah selesai mencoba gaun itu, tirai pun dibuka dan David sudah duduk di hadapanku sambil membaca majalah. Tak lama kemudian, ia melihat kearahku dan menyimpan majalahnya di meja sebelah sofa tersebut. Aku dapat melihat wajah terkejutnya dan kekaguman di matanya. Ia menatapku tanpa berkedip yang membuatku sedikit risih. Dapat kulihat, pegawai toko tadi sudah berjalan keluar dari ruangan ini. Mungkin untuk memberi moment bagi kami..?

"Ka-kau.. cantik sekali, Alena.." Pujinya kepadaku yang masih terkagum menatapku.

"Terima kasih." Ucapku sambil tersenyum tipis kearahnya. Mengapa aku tak merasa berbunga-bunga karena dipuji oleh calon suamiku yang rupawan itu? Ada apa denganku?

Dia berjalan mendekar kearahku lalu berhenti tepat dihadapanku. Aku harus mendongak sedikit karena tingginya yang melebihi tinggi badanku.

Dia mengusap pipiku pelan, benar-benar lembut. Tapi, aku.. tak dapat merasakan kenyamanan dari sentuhannya kepadaku.

"Aku mencintaimu, Alena.." Ucapnya tiba-tiba dengan sangat lembut kepadaku. Cinta.. dia mencintaiku? Maafkan aku, David. Bukannya aku tak mau, tapi aku masih belum dapat mencintaimu. Jadi, aku benar-benar tak bisa membalas perkataanmu, David, karena jika aku membalasnya itu sama saja dengan membohongi diriku sendiri.

Dia memandang tepat di mataku dan begitu pula denganku. Kemudian, dia semakin mendekatkan wajahnya ke wajahku, kini wajahnya hanya berada sekitar 15 cm dari wajahku. Apakah aku harus membiarkannya melakukan itu? Tapi.. aku tak mencintainya. Jika aku menolaknya.. dia pasti akan kecewa. Bagaimana ini?!

🎀🎀

I am a Vampire?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang