Chapter 31

10.5K 637 4
                                    

Aku menggelengkan kepalaku dan berusaha menjernihkan isi kepalaku untuk meyakinkan diriku dengan pemandangan di depanku ini. Seorang werewolf yang memiliki wajah sama persis dengan.. Kak Jacob sedang terkapar lemah di tanah. A-aku - bukankah aku harus membunuhnya?! Dia werewolf, musuh bubuyutan vampire!

Aku pun berjalan ragu mendekati tubuh werewolf itu dan mengambil ancang-ancang untuk menikam werewolf tersebut tepat di jantungnya.

Jacob's POV

Seperti biasanya, aku sedang mencari makan di hutan yang dipenuhi binatang buas sekaligus mengeyangkan ini. Tapi, setelah 20 menit berkeliling aku masih belum menemukan tanda-tanda hewan yang akan kujadikan santapan untuk makan siangku.

Tiba-tiba, aku mendengar suara langkah kaki dari dekat semak-semak tempatku sedang berjalan. Tanpa sadar, aku tersenyum licik. Akhirnya, aku menemukan mangsaku.

Aku pun mengendap-endap mendekati semak-semak itu, tetapi aku juga merasakan bahwa mangsaku berhenti berjalan. Aku pun semakin waspada, gawat jika ia sudah merasakan keberadaanku. Aku pun bersiap-siap keluar dari tempat persembunyianku dan langsung menyerangnya sehingga ia tak sanggup bergerak untuk melawan.

Setelah menyiapkan diriku selama beberapa detik, aku langsung menerobos semak-semak di hadapanku, tetapi..

Saat aku melihat apa yang ada dibaliknya, aku seperti tak dapat menyerangnya. Rasanya, semua anggota tubuhku menolak untuk diajak berkomptomi, padahal jelas-jelas sosok di hadapanku adalah musuh bubuyutanku.. vampire. Aku benar-benar terpaku di tempatku dan begitu juga dengan pria itu. Mata itu.. rasanya sangat familiar bagiku. Siapa orang itu? Tiba-tiba, badanku terasa lemas dan akhirnya kegelapan menyelimutiku.

Sebelum kegelapan benar-benar menyerangku, aku dapat mendengar suara pria itu memanggilku dengan samar-samar. Kalau tidak salah ia berkata 'Kak Jacob' dengan terbata-bata. Nama itu.. tak terdengar asing bagiku. Tapi, aku segera mengusir pemikiran itu, mengingat bahwa namaku adalah Alexander Playt Demetrix.

Setelah itu, aku tak merasakan apa-apa lagi. Apa pria itu telah membunuhku? Jika ia melakukan itu, aku tak dapat merasa geram karena jelas-jelas aku baru saja terjatuh pingsan di hadapan musuh bubuyutanku, yaitu vampire.

Author's POV

Alena masih berada di dunia manusia, daritadi ia hanya memperhatikan dua anak kecil yang sedang bermain dengan gembira tak jauh darinya. Ia benar-benar merasa iri dengan kedua anak tersebut, hal tersebut terpampang jelas di wajahnya yang hanya dapat tersenyum kecil melihat dua sosok anak di dekatnya itu. Tanpa sadar, ia telah menitikkan air matanya. Entah karena iri, atau karena rindu pada sosok Jacob.

Alena yang menyadari hal itu segera mengelus wajahnya untuk menghilangkan butiran bening di wajahnya yang cantik itu.

Tak lama setelahnya, ia tersenyum pahit dan akhirnya beranjak pergi dari taman itu dengan aura yang tegas dan mantap. Sepertinya, Alena sudah memutuskan pilihannya dengan mantap saat ini..

Alena berjalan - lebih tepatnya berlari - menuju Kerajaan Blanchard untuk makan malam. Tanpa disadari, ia sudah berada di taman tadi selama berjam-jam hanya untuk merenungkan seseorang.

Setelah tiba di hadapan Kerajaannya itu, ia langsung menghela nafas dan bergumam, "Dari suasana yang begitu dramatik berubah menjadi suasana misterius dan menyeramkan seperti ini." Ia kemudian hanya tersenyum tipis dan melangkah dengan anggun memasuki Kerajaan Blanchard.

Ia langsung berjalan menuju kamarnya karena sama sekali tak bertemu dengan kedua orangtuanya itu. Saat sudah nyaris sampai di kamarnya, ia dihadang oleh seorang lelaki. Tanpa melihat, Alena juga sudah dapat mengetahui siapa sosok di hadapannya.

"Dari mana saja kau, Alena?" Tanya sosok itu dengan khawatir kepada Alena.

"Aku hanya pergi ke taman, Kak Richard." Jawab Alena kepada kakaknya itu dengan malas. Ia sedang tidak didalam mood untuk berbicara saat ini, mengingat bahwa ia ingin segera kembali ke kamarnya untuk menjernihkan kembali pikirannya mengenai pernikahan dengan David minggu depan.

"Kenapa tidak bilang ke kakak lebih dulu, Alena?" Tanya kakaknya lagi kembali, kali ini terdengar lebih frustasi.

"Aku hanya refreshing, kakak. Tak perlu khawatir seperti itu. Seperti aku ini mau mati saja." Ujar Alena dengan sedikit senyuman tipis di wajahnya yang terkesan dipaksakan. Setelah itu, ia langsung beranjak pergi menuju ke kamarnya. Ia hanya dapat mendengar helaan nafas panjang dari kakaknya sebelum Alena masuk kedalam kamarnya.

Sementara itu di Kerajaan Barnave...

David pulang dengan wajah yang kusut dan penampilan yang dapat dikatakan 'ugal-ugalan'. Ia hanya dapat menghela nafas mengingat bahwa ia baru saja menemui sosok kakaknya itu dalam bentuk werewolf.

'Apa yang sebenarnya terjadi?!' Gumam David dengan frustasi kepada dirinya sendiri.

Sekarang, dia benar-benar merasa yakin bahwa sosok tadi itu merupakan kakaknya, karena ia memiliki warna mata dan bahkan wajah yang sama persis dengan Jacob. Ia bahkan merasa terkejut saat bertemu dengan David, apakah ini sebuah tanda.. bahwa Jacob belum mati?

Rasa bimbang sekarang menguasai perasaannya. Ia terlihat bimbang akan sesuatu.

'Maafkan aku Kak Jacob, tetapi aku sudah tidak bisa mengalah lagi kepadamu. Cinta ini benar-benar membuatku buta, maafkan aku sekali lagi Kak. Dengan memberikan Alena, sama saja aku telah menghancurkan hatiku sendiri.' Gumam David lagi kepada dirinya sendiri yang masih diselimuti oleh perasaan bersalah, walaupun ia tidak jadi membunuh kakaknya tadi. Ia tak sanggup menikam sosok kakaknya yang pengertian dan hangat kepadanya itu. Walaupun, itu dapat beresiko terhadap hubungannya dengan Alena. David sudah memikirkannya matang sebelum meninggalkan kakaknya terkapar tak berdaya di hutan itu. Ia tidak akan menganggu selama tidak bertemu dengan Alena, jadi aku akan memperketat pengawasanku terhadap Alena..

🎀🎀

I am a Vampire?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang