Chapter 27

11.5K 738 6
                                    

Aku langsung berteriak karena kaget. Kak Richard dan Rachel langsung menghampiri kami. Aku melihat semua werewolf itu sudah tergeletak tak berdaya di tanah.

"Ada.. apa?" Tanya Kak Richard dengan sedikit terengah-engah.

"Da-david.." Lirihku sambil menatap David.

"Astaga.. Ayo kita bawa dia ke Kerajaan Blanchard!" Jawab Kak Richard yang langsung dengan sigap mulai memapah David. Aku pun mengikutinya dan sekarang kami sudah bersiap untuk pulang, tetapi.. aku teringat pada Rachel yang tak berpindah seinchipun dari tempatnya tadi.

"Kau tidak ikut?" Tanyaku kepada Rachel.

"Tidak, aku harus menunggu temanku disini. Kalian pergilah dan hati-hati lah dijalan." Jawabnya dengan senyuman tipis di wajahnya.

"Baiklah, kami pergi dulu. Dan salam untuk temanmu ya." Ucapku. Setelah itu, aku dan Kak Richard mengeratkan pegangan pada David dan kami mulai berlari menyusuri hutan lebat ini menuju ke Kerajaan Blanchard.

Kami sampai didepan Kerajaan Blanchard selama kurang lebih 15 menit. Kami mulai memasuki Kerajaan ini dan kami langsung dibantu oleh beberapa pelayan disini.

Mereka pun memapah David menuju kamar tamu dan segera memberikan semacam.. salep? Kepada tubuh David. Tak lama kemudian, aku melihat luka itu berangsur-angsur menghilang.

"Kak, kenapa lukanya tak langsung sembuh?" Tanyaku kepada Kak Richard, memecah keheningan yang daritadi menyelimuti kami.

"Aku rasa pedang tadi mengandung unsur perak, Alena." Jawabnya dengan santai.

Aku hanya ber'o' ria dan aku pun mengangguk tanda mengerti.

"Sebaiknya kita membersihkan diri saja terlebih dahulu. Kita bisa diinterogasi oleh Mama dan Papa jika melihat kita dalam keadaan kumal begini." Ucap Kak Richard kepadaku.

Aku pun melihat penampilan kami yang memang terlihat sangat kumal dengan rambut yang acak-acakan dan baju yang berlumuran darah dan sedikit robek.

Aku hanya terkekeh pelan dan kemudian berkata, "Baiklah, ayo."

David's POV

Semua organ tubuhku serasa lumpuh, aku tak bisa merasakan apa-apa lagi. Hal terakhir yang kulihat sebelum kegelapan menyelimutiku adalah Alena yang telah mencabut pedang itu dari tubuhku.

Aku tak bisa merasakan apa-apa, aku benar-benar merasa seperti orang mati sekarang. Tak bisa mendengarkan apa-apa bagaikan tuli, tak bisa melihat bagaikan orang buta, tak bisa berbicara bagaikan orang bisu, tak bisa merasakan apa-apa seakan seluruh tubuhku telah mati rasa, dan yang paling parah badanku sama sekali tak dapat digerakkan bagaikan aku ini adalah orang stroke.

Hening..

Hening..

Hening..

Tiba-tiba, aku merasakan sakit di bagian perutku, tetapi lama-kelamaan rasa sakit itu berangsur-angsur menghilang dan tergantikan dengan rasa nyaman. Setidaknya, aku sudah tidak semengerikan tadi. Aku rasa aku sudah mulai bisa menggerakkan jari-jariku perlahan dan akhirnya aku berusaha untuk membuka mataku. Akhirnya mataku terbuka sempurna dan aku mulai menggerakkan kepalaku sedikit untuk melihat ruangan yang aku tempati.

Dimana ini? Aku tak dibawa oleh para werewolf itu kan? Aku harap tidak. Tapi, dimana ini? Ini jelas-jelas bukan kamarku di Kerajaan Barnave. Aku belum pernah melihat ruangan ini.

Saat aku sibuk dengan pikiranku sendiri, tiba-tiba pintu kamarku terbuka dengan pelan. Aku melihat kepala Alena menyembul masuk untuk melihat keadaanku. Aku hanya tersenyum tipis, berarti ini di Kerajaan Blanchard.

Alena berjalan pelan kearahku dan berdiri di samping tempat tidurku.

"Sudah baikan?" Tanyanya dengan raut khawatir di wajahnya.

"Iya." Jawabku sambil tersenyum manis kearahnya.
Aku dapat melihat raut wajahnya sudah berubah menjadi raut lega.

"Syukurlah.. Aku pikir kau akan mati." Jawabnya sambil mengelus dadanya perlahan.

"Heh! Kau ingin aku mati?" Ucapku dengan nada sedih dan marah yang dibuat-buat.

"Bu-bukan begitu maksudnya.." Aku dapat melihat wajah bersalahnya yang membuatku ingin tertawa, tetapi aku menahannya.

"Mukamu.. mukamu lucu sekali. Hahaha." Aku tak sanggup lagi menahan tawaku. Tawaku langsung pecah dan langsung terdengar nyaring di ruangan ini.

Aku hanya dapat melihat wajah cemberut Alena. Aku semakin tertawa dibuatnya. Tiba-tiba, muncul ide di pikiranku untuk menjahilinya.

"Aduh, aduh.. perutku sakit." Lirihku dengan wajah tak berdaya sambil memegangi perutku.

"Hah? Apa? Dimana yang sakit? Mau kupanggilkan pelayan?" Tanyanya bertubi-tubi dengan wajah khawatir. Aku pun tertawa sangat kencang dan dia kembali cemberut.

"Tidak lucu, David." Ucapnya dengan cemberut.

Aku hanya terkekeh pelan. Kau memang sungguh hebat untuk membuatku tertawa karena kau.. juga telah memenangkan hatiku, Al. Apa aku masih harus mengalah kepada kakakku sekarang? Tidak, aku tidak sanggup lagi. Mulai sekarang, aku juga akan mulai berusaha untuk memenangkan hatimu, Alena.

🎀🎀

I am a Vampire?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang