Chapter 29

11.2K 682 17
                                    

"Tidak! Dia tidak mungkin mati! Kalian.. tidak pokoknya ini tidak benar!" Teriak Alena dengan histeris. Alena pun mulai menitikkan air matanya sambil menangis histeris. Aku hanya dapat mengelus pelan rambutnya untuk menenangkannya.

"Maafkan kami, Alena.." Ucap Ibuku sambil sesenggukan. Ia juga terlihat sangat menyedihkan sekarang ini, dengan mata merah dan sembab. Sebenarnya, bukan hanya Ibu, Alena juga tak beda jauh dari Ibu.

Aku sendiri masih benar-benar tak percaya dengan ini. Kakak ku, Jacob meninggal..? Kakak ku satu-satunya sudah benar-benar pergi? Di satu sisi, aku merasa sedih, tetapi entah mengapa aku juga merasakan.. senang? Sekarang, Alena bisa mulai melupakan Jacob dan aku akan berusaha untuk membuatnya jatuh cinta denganku. Dengan meninggalnya kakak ku, aku.. dapat mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan Alena. Tetapi, kehilangan kakak ku satu-satunya, kakak ku yang selalu mengerti denganku, kakakku yang selalu menghiburku.. Tentu saja sangat membuatku sedih.

***

Author's POV

Siang itu, Alena sedang berada di Kerajaan Barnave, tepatnya di Kerajaan Barnave. Dia sedang berada di dalam kamar yang dulunya ditempati Jacob. Alena hanya berkeliling didalam kamar tersebut sambil memandangi setiap perabot yang ada dalam kamar tersebut dengan seksama.

"Jacob.. Setelah kau pergi.. Aku merasa benar-benar kosong, aku merasa kehilangan tujuan hidupku. Apakah kau.. tenang di alam sana? Kuharap ya, aku akan selalu mendoakanmu, Jacob. Walaupun, aku masih belum dapat merelakan kepergianmu.. Namun, aku harus bisa kan? Jika tidak, aku tau kau pasti akan sangat sedih melihatku seperti ini." Ucap Alena pada dirinya sendiri yang sudah mulai kembali berkaca-kaca.

Akhir-akhir ini, Alena sangat sering menangis karena kepergian Jacob dulu yang sangat membuatnya depresi. David bahkan selalu berusaha memberinya perhatian lebih, tetapi nampaknya hanya Jacob yang dapat membuat Alena sama seperti Alena yang dulu. Tak ada yang dapat meluluhkan hatinya, sekarang.. hatinya bagaikan es yang beku, tersenyum saja sangat sulit untuk Alena tampakkan. Yang bisa ia lakukan hanyalah menangis terus-menerus karena kepergian Jacob.

Flashback~

"Tidak! Aku tidak percaya! Hanya karena baju Jacob ditemukan berlumuran darah seperti itu, kalian menyatakan Jacob mati?!" Teriak Alena yang masih frustasi dengan keadaan. Matanya sudah merah karena menangis terus-menerus.

"Tenanglah dulu, Alena. Kita harus mendengarkan ceritanya terlebih dahulu. Kau juga bukan gadis seperti ini, kau adalah gadis yang kuat, Alena." Ucap David kepadaku dengan pelan, berusaha untuk menenangkan dan menguatkanku.

"Baiklah.. Hiks.. Ceritakan.. Hiks..hiks.." Ucap Alena sambil sesenggukan.

Akhirnya, mereka semua duduk di kursi ruang tamu. Alena masih sesenggukan sambil menunggu cerita kematian Jacob.

"Jadi.. Apakah anda sudah siap, Nyonya Alena?" Tanya seorang pengawal dengan sopan kepada Alena.

Alena hanya mengangguk sebagai jawabannya.

Pengawal tersebut menarik nafas panjang lalu ia kembali mendongakan kepala menghadap Alena.

Guard's POV (Flashback)

Saat itu, kami semua berjalan beriringan untuk mencari tanda-tanda keberadaan Tuan Jacob. Setelah mencari di seluruh daerah vampire, kami tak menemukan tanda apapun. Akhirnya, kami memutuskan untuk mulai mencari di daerah werewolf.

Kami mulai mencari Tuan Jacob di hutan werewolf yang sangat lebat. Hutan tersebut tak begitu jauh dari Kerajaan Werewolf, jadi kami mencarinya disana terlebih dahulu. Setelah berjalan semakin lama, kami pun juga semakin dalam memasuki hutan tersebut.

Tiba-tiba, kami melihat sebuah baju berlumuran darah tergeletak di tengah hutan. Kami pun mendekat untuk melihatnya. Betapa terkejutnya kami semua ketika menyadari bahwa ternyata, itu adalah baju Tuan Jacob. Kami pun melipatnya, lalu menyimpannya di dalam tas salah satu pengawal.

Kami berjalan semakin dalam untuk mencari lebih banyak petunjuk. Tiba-tiba, kami merasakan pergerakan dekat semak-semak yang berada di sekitar kami. Kami pun meningkatkan kewaspadaan kami.

Tak lama kemudian, muncullah 4 ekor wolf dari balik semak-semak itu. Tentu saja itu bukan masalah besar bagi kami karena saat iu kami sedang ber-10. Jadi, kami pun mulai saling menyerang dengan ganas. 3 ekor wolf sudah mati, sedangkan yang satunya sudah berubah menjadi manusia dalam keadaan sekarat. Saya pun mendekatinya untuk mencari lebih banyak petunjuk.

"Kau, werewolf." Panggilku kepadanya.

"Apa?" Jawabnya ketus.

"Kau.. Apakah kau pernah melihat vampire disekitar sini?" Tanyaku sambil menatap matanya yang mulai lemah.

"Vampire? Ah, maksudmu laki-laki tolol itu. Dia baru saja dibunuh oleh Raja kami, mungkin bajunya terletak tak jauh dari sini." Jawabnya dengan nada angkuh.

"Ja-jadi.. Dia telah.. mati?" Tanyaku dengan was-was.

"Ya, tentu saja. Aku.. Uhuk-uhuk.. Melihatnya mati dengan uhuk-uhuk.. mata kepalaku uhuk.. sendiri." Jawabnya lagi yang sudah sekarat. Tak lama kemudian, ia menampilkan senyuman angkuhnya kepadaku kemudian perlahan menutup matanya.

"Jadi.. Tuan Jacob telah mati..?" Batinku dengan sedih.

--Guard's POV end--

"Bagaimana jika dia berbohong? Kenapa kau percaya begitu saja kepadanya?!" Teriak Alena dengan kesal kepada pengawal itu.

Pengawal itu hanya tertunduk takut melihat amarah dan kesedihan calon ratunya sendiri. Bahkan Alena terlihat lebih sedih dibandingkan Raja Ethan dan Ratu Emily, orangtua Jacob sendiri.

"Sudahlah Alena.. Coba kau pikirkan, untuk apa dia berbohong? Bukankah baju ini juga sudah menjadi buktinya?" Ujar Ratu Emily yang terlihat pura-pura tegar, walaupun sebenarnya ia sangat rapuh saat ini.

Alena hanya dapat kembali menangis histeris mendengar hal itu, David pun hanya dapat menenangkan Alena dengan mengelus lembut punggungnya dan membisikkan kata-kata yang menenangkan dan menguatkan kepada Alena.

Flashback end~

Alena kembali menangis jika mengingat kenangan pahit itu. Ia sering berharap jika ini hanya mimpi buruk dan ia akan bangun dari semua kesedihan ini. Atau dia berharap bahwa Jacob masih hidup dan akan datang kepada Alena untuk membahagiakannya, tetapi nampaknya semua itu hanyalah ilusi semata Alena.

Tiba-tiba, pintu kamar Jacob terbuka dengan pelan dan memunculkan sosok David yang terlihat lelah. Ia memandang Alena dengan sendu lalu duduk di sebelah Alena sambil kembali menenangkannya. Ia pun menarik Alena kedalam pelukannya dan Alena membalasnya. Kemudian, Alena pun menangis sejadi-jadinya dalam pelukan itu.

"Teringat Jacob lagi, Alena?" Tanya David kepada Alena saat Alena sudah mulai tenang.

"Iya.." Jawab Alena dengan lesu kemudian kembali menangis.

David hanya menghela nafas panjang melihatnya.

"Bahkan ini sudah satu tahun, tetapi mengapa kau masih belum bisa melupakannya, Alena? Tak bisakah kau membuka hatimu itu bagiku yang selalu ada disini untukmu?" Gumam David dengan sedih yang tak terdengar oleh Alena.

🎀🎀

I am a Vampire?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang