Chapter 37

10.7K 642 25
                                    

Saat masih sibuk memperhatikan tingkah David yang aneh, suara Ratu Emily membuatku terlonjak kaget.

"Benarkah, Alena?! Dimana dia sekarang?!" Pekik Ratu Emily dengan kegirangan yang sudah menitikkan air mata kebahagiaan.

"Tenanglah, Emily. Biarkan Alena menjelaskannya lebih lanjut. Duduklah dulu, Alena." Ujar Raja Ethan menenangkan Ratu Emily yang sudah kegirangan.

Aku hanya tersenyum lalu duduk di sebelah Ratu Emily yang berhadapan dengan David dan Raja Ethan.

"Iya, tentu saja aku tidak bohong. Tidak ada gunanya juga aku bohong, Ma. Jacob sedang ada di Kerajaan Blanchard saat ini. Tapi, dia masih belum sadarkan diri.."

"Apa?! Ayo kesana sekarang! Mengapa dia bisa pingsan?!" Pekik Ratu Emily lagi dengan khawatir.

Raja Ethan lagi-lagi menenangkannya. Sedangkan, David hanya terdiam menatapku dengan dalam. Aku tak dapat mengartikan tatapannya kearahku.

Aku menghela nafas panjang sebelum melanjutkan kata-kataku.

"Tetapi, dia.. tidak mengingat apapun tentangku dan dia.. sekarang sangat membenci vampire." Lanjutku dengan sedih.

Semua orang terlihat kaget akan apa yang baru saja kukatakan dan berakhir menjadi tatapans sedih sama sepertiku. Tetapi, David sekali lagi memasang ekspresi datar, seakan ia sudah tahu akan hal ini. Ada apa denganmu sebenarnya, David?

***

Aku dan semua anggota keluarga Kerajaan Barnave sudah tiba di Kerajaan Blanchard sekitar 30 menit yang lalu. Tetapi, belum ada kabar kesadaran Jacob sama sekali. Hal ini membuat semua orang menjadi risih untuk menunggu. Belum ada tanda-tanda kesadaran dari Jacob. Kak Richard dan Kak Carla masih belum datang karena mungkin sibuk mengurusi pernikahan besok.

Ah, ya. Pernikahanku dengan David besok bagaimana? Apa akan dibatalkan karena Jacob ditemukan? Tapi, aku tahu bahwa ia pasti akan terluka jika itu terjadi. Di lain sisi, aku juga tak ingin menikah dengannya. Astaga, aku tak tahu! Mengapa hidupku benar-benar rumit?!

"Alena?" David tiba-tiba memanggilku membuat lamunanku buyar. Aku menatapnya, dia terlihat lesu, cahaya matanya meredup. Mengapa ia terlihat sangat sedih dan frustasi saat tau bahwa kakaknya masih hidup? Apa kau berharap dia mati, David?

"Ya?" Jawabku dengan lembut. Setidaknya, aku tidak ingin merusah moodnya dengan berbicara kasar kepadanya. Walaupun, aku tak tahu pasti penyebab David menjadi sedih.

"Bisa kita bicara sebentar?" Pintanya dengan lemah. Aku langsung mengangguk. Tentu saja, aku tak sekejam itu dengan menolak permintaannya saat keadaannya seperti itu. Setelah itu, ia menuntunku masuk kedalam kamarku dan setelah aku masuk, ia pun menutup pintu kamarku.

"Kau baik-baik saja, David?" Tanyaku dengan khawatir kepadanya saat ia duduk di sampingku. Saat ini, kami sedang duduk berdampingan diujung tempat tidurku. Ia menoleh dan menatapku tepat di manik mataku dan untuk beberapa saat kami saling bertatapan dengan instens. Tak lama kemudian, ia menghela nafas.

"Kau sudah mengetahui jawabannya." Ia menjawab lalu menunduk menatap lantai kamarku. Aku pun ikut mengalihkan tatapanku darinya dan menatap kearah jendela didalam kamarku.

"Kau.. tidak senang dengan kehadiran kakakmu? Kau tidak menyukai Jacob?" Tanyaku langsung to the point. Dia terlihat sedikit kaget namun langsung mengendalikan air mukanya menjadi tenang kembali.

"Tidak.. bukan begitu. Hanya saja.." Dia menggantungkan kalimatnya yang membuatku menaikkan alisku karena penasaran.

"Lupakan saja." Sambungnya lagi membuatku mendecak kesal.

I am a Vampire?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang