Chapter 26

11.1K 714 6
                                    

Kami pun mulai mengurangi kewaspadaan kami setelah melihat cincin wanita itu.

Tapi tunggu.. Rachel? Namanya sangat familiar, dimana aku pernah mendengar nama itu? Rachel.. Rachel,

"Alena?" Tanya seseorang tiba-tiba membuyarkan lamunanku.

"Hm, ada apa Dav?" Jawabku kepada David yang memanggilku.

"Tidak apa, hanya saja kau melamun terus." Akunya kepadaku.

Aku hanya ber'o' ria kemudian mengalihkan perhatianku kepada wanita didepanku ini. Dia masih tersenyum manis kearah kami, aku pun membalasnya juga.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Kak Richard tiba-tiba kepada wanita tersebut.

"Aku? Aku hanya menunggu temanku disini." Jawabnya dengan tenang.

Rachel.. Eh tunggu aku mengingatnya! Dia yang pernah aku mimpikan dulu bersama.. Eh,, siapa namanya? Lili? Lina? Ah, Liana!

"Tunggu kau!" Ucapku tiba-tiba dengan sedikit keras sambil menunjuk kearah wanita itu. Aku yang menyadarinya pun menurunkan tanganku tiba-tiba dan menunduk karena malu,

"Ada apa gadis manis?" Tanyanya dengan lembut kearahku.

"A-aku pernah memimpikanmu.." Jawabku dengan ragu kearahnya.

David dan Kak Richard hanya memberiku tatapan menyelidik.

"Hm, benarkah? Bagaimana isi mimpimu?" Tanyanya lagi.

"Wajahmu sama seperti ini. Kau mengenakan baju serba hitam sama seperti saat ini. Bedanya, di mimpiku kau tak membawa kelinci dan kau sedang berbincang dengan seseorang." Jelasku kepada Rachel, wanita itu terlihat sedikit bingung.

"Apa kau tau nama orang yang sedang kutemani berbincang?" Tanyanya kembali kepadaku dengan nada penasaran yang kentara.

"Ya, Liana." Jawabku dengan singkat.

"Wah.. Ternyata kau sudah mengenal temanku yang satu itu." Ucapnya dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.

"Maksudmu?" Kali ini giliran David yang bertanya kepadanya.

"Aku sedang menunggu Liana disini karena biasanya kami akan bertemu disini." Wanita itu menjawab lagi.

"Mengapa di hutan werewolf?" Tanya Kak Richard dengan bingung.

"Sebenarnya, kami biasa bertemu di sekitar Kerajaan Blanchard, tetapi kali ini kami memutuskan bertemu disini karena kami baru saja menemukan tempat yang nyaman ini kemarin." Terangnya kepada kami.

Kami hanya ber'o' ria sambil mengangguk-angguk.

"Boleh aku tau tujuan kalian kemari?" Wanita itu mengembalikan pertanyaan kami.

"Kami mencari teman kami, yang hilang.." Jawabku dengan sedih mengingat bahwa kami belum menemukan tanda-tanda dark Jacob sedikitpun. Dia.. belum mati kan? Aku harap tidak. Kau harus menungguku Jacob, aku akan membawamu pulang ke Kerajaan Barnave.

"Oh begitu.. Aku turut berduka cita ya." Ucapnya dengan nada sedih yang membuatku kesal seketika.

"Dia tidak meninggal!" Jawabku dengan sarkastik kepadanya. Dia hanya terkekeh pelan.

"Iya, iya. Jadi, kenapa dia bisa menghilang?" Tanya Rachel.

"Dia menghilang saat kami menyelamatkan Alena di Kerajaan werewolf." Jawab Kak Richard dengan santai.

"Werewolf? Kuharap temanmu baik-baik saja." Jawabnya dengan muka kasihan.

"A-apa mak-"

Ucapanku terpotong karena aku mendengar pergerakan dibalik semak-semak yang ada dibelakang kami. Aku rasa Kak Richard, David, dan juga Rachel mendengarnya karena kami semua langsung berbalik bersamaan. Kami segera meningkatkan kewaspadaan kami.

Tiba-tiba muncullah 7 ekor wolf dari balik semak-semak itu dan mereka berhenti 3 m dari hadapan kami. Mereka berubah menjadi manusia dan menyeringai kearah kami.

"Bagaimana mereka bisa masuk?" Gumam Rachel dengan pelan yang tiba-tiba sudah berada tepat di sebelahku.

"Maksudmu? Tentu saja, werewolf kan tidak buta." Ucapku dengan sedikit bingung.

"Tidak, kemarin Liana sudah memasang mantra pelindung sehingga hanya aku dan dia yang dapat masuk," Rachel terhenti sebentar namun aku dapat melihat raut terkejut di wajahnya. Ia menatapku dengan instens.

"Kau.. Half vampire?" Tanya nya dengan kaget.

"Ya.. Ada apa?" Tanyaku kembali dengan penasaran. Wanita ini benar-benar membingungkanku. Dari tadi, ia terus bebrbicara namun tak ada yang dapat kupahami.

"Oh tidak! Kau merusak mantranya!" Ucapnya dengan sedikit berteriak.

"Apa yang rusak?" Tanya salah satu werewolf di hadapan kami.

"Sial. Aku terlalu keras mengatakannya." Gumam Rachel pelan.

"Mukamu yang rusak! Terima ini!" Teriak David dengan keras lalu ia langsung maju dan menendang perut werewolf itu.

Werewolf itu terhuyung kebelakang, namun.. David juga terlihat kesakitan? Ada apa dengannya?

"Sial. Vanter.." Desis David dengan penuh amarah.

"Hah? Apa itu?" Tanyaku dengan bingung.

Apa? Vanter? Aku belum pernah mendengarnya. Apa itu?

Tiba-tiba, seorang werewolf sudah ada di hadapanku untuk menyerangku. Aku pun meninju perutnya lalu menendang perutnya sama seperti perbuatan David tadi. Tidak ada apa-apa yang terjadi. Hm, aneh.

"Serang mereka! Jangan sentuh tubuhnya! Kecuali Alena." Teriak Kak Richard yang langsung memulai pertarungan sengit diantara kami.

Aku menghadapi seorang werewolf laki-laki sekarang. Sedangkan David sedang duduk agak jauh dari pertarungan kami akibat kakinya yang terlihat sakit. Aku dapat mengalahkan werewolf di hadapanku dengan cepat. Sedangkan, Kak Richard dan Rachel terlihat sedikit kewalahan dalam menghadapi mereka. Aku menghitung jumlah werewolf di hadapan kami.

Yang sudah kubunuh, 1.

Yang sedang dihadapi Kak Richard, 2.

Yang dihadapi Rachel, 2 juga.

Yang tadi sudah David serang dan baru saja kubunuh, 1.

Hanya 6. Dimana yang satunya lagi?!

Aku mencari-cari keberadaannya dan tiba-tiba kulihat dia.. berada di belakang David.

"DAVID, AWAS DI BELAKANGMU!!" Teriakku dengan kencang kearah David.

Aku segera berlari kearah David, namun.. aku terlambat. Werewolf itu menghunuskan sebuah pedang ke perut David. Ia berteriak kesakitan. Aku pun segera menyerang werewolf itu dan langsung membunuhnya.

"David? Apa kau baik-baik saja?" Tanyaku dengan khawatir setelah membunuh werewolf itu.

"Pe-pedang.." Ucapnya dengan tergagap.

Oh ya! Hais bodoh. Aku segera menghampirinya dan menarik pedang yang menancap di perutnya dengan perlahan. Setelah pedang itu tercabut, ia langsung ambruk ke tanah.

🎀🎀

I am a Vampire?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang