Justin pun mulai mendekatkan wajahnya padaku. Seperti sihir, mataku tidak bisa berpaling dari mata nya. Aku seperti tersihir untuk tidak berhenti menatap matanya.
Semakin lama aku semakin bisa merasakan hembusan nafasnya yang menerpa wajahku. Sepertinya aku tau apa yang akan dia perbuat. Ingin rasanya menghentikan ini semua namun tetap tidak bisa. Ini seperti magic.
Aku pun menutup mataku, pasrah dengan apapun yang akan terjadi nantinya. Aku harap apa yang aku fikir tadi itu salah.
Tetapi akhirnya...
Aku merasa sesuatu telah menyentuh bibir ku.
Aku seperti menikmati setiap sentuhan sentuhan yang ia berikan. Aku tidak ingin waktu ini cepat berlalu, aku menganggap ini adalah ciuman terakhir yang ia berikan untukku.
Jepret.. jepret..
Aku mendengar suara kamera yang bersahutan, tetapi aku tidak menghiraukannya.
20 detik...
35 detik...
1 menit...
Aku menyudahi ciuman ini, karena aku sudah tidak sanggup untuk menahan air mata ku yang sudah aku bendung. Aku pun berlari masuk ke dalam dan melarikan diri dari paparazzi dan Justin di sana.
Aku menangis sejadi jadinya di toilet kamarku, ku nyalakan shower agar tidak ada yang mendengar suara tangisan ku sekarang.
Aku menangis karena aku takut, takut kalau tadi adalah terakhir kali nya aku dan Justin bersentuhan secara intens. Takut kalau aku tidak bisa menjalani hari-hariku tanpa senyuman, ocehan dan perilaku jahil nya lagi. Aku belum siap, dan tidak akan pernah siap..
"Selena, kau di dalam kah?" Ucap seseorang dibalik pintu toilet ku.
Shit! Aku lupa mengunci pintu kamarku.Aku hanya diam dan masih bergelimang air mata. Ingin aku sudahi tangisan ini tapi aku tidak bisa.
"Selena, maafkan aku, aku tau kau disana pasti sedang marah padaku karena aku melakukan itu. Sungguh, itu hanya..."
"Sudahlah Justin, tidak usah di jelaskan. Aku sudah tau. Sekarang keluarlah dari kamarku!" Ucap ku tersedu-sedu.
"Kau menangis disana? Kenapa? Hey jawab aku!"
"Aku bilang pergi ya pergi! Aku hanya pilek dan tidak usah pedulikan aku!"
Beberapa menit kemudian, setelah aku tidak mendengar lagi suara ataupun tanda-tanda Justin masih disana, aku pun menarik kesimpulan bahwa dia sudah keluar sekarang.
Dengan mata memerah dan air mata yang belum sepenuhnya berhenti mengalir, aku pun keluar dari toilet.
Aku merasakan tubuhku menumbur sesuatu, dan ternyata aku menumbur, Justin.
Ternyata dia masih berdiri disini, menunggu aku keluar dan masih penasaran dengan keadaan ku.
Tangan nya pun mulai melingkar di tubuhku, membuat sebuah pelukan hangat di tubuhku.
Aku takut tidak bisa merasakan pelukan sehangat ini lagi, Justin.
"Katakan padaku, ada apa dengan mu?" Ucap nya dengan suara lirih. Seperti ikut merasakan kesedihan sama seperti ku.
"Apa ini gara-gara aku mencium mu tanpa izin?" Lanjutnya lagi.
Aku menggelengkan kepalaku dengan air mata yang masih bercucuran.
"Jadi kenapa?" Tanya nya dengan suara lembut. Seperti seorang ayah yang membujuk anak nya yang sedang menangis.
"Aku... aku hanya takut.." ucap ku tersedu-sedu.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is My Enemy !
FanficSelena Gomez dan Justin Bieber yang dikenal sebagai murid ter-rusuh dan murid paling banyak membuat masalah waktu di sekolah ternyata di jodohkan dengan kedua orang tua mereka, bagaimana nasib mereka dan rumah tangga nya nanti? Berantakan kah karena...