Patience

3.2K 193 18
                                    


"Kami.. kami akan segera.." Justin tidak meneruskan pembicaraannya.
"Bercerai" ucap ku meneruskan pembicaraan Justin.

"APAA?!!!!

***
"Ini semua gara-gara kau!" Ucap Justin seenaknya menuduh ku.
"Gara-gara aku? Ini semua gara-gara kau, kenapa kau tidak berbicara langsung saja tadi!" Balas ku tak mau kalah.
"Diam!! Kalian tidak lihat sekarang kedua ibu kalian sedang pingsan huh?!" Ucap dad Jeremy menghentikan perdebatan ku dengan Justin.
"Maafkan kami" ucapku dan Justin.
Ya, mendengar perkataan ku tadi, kedua mom ku pingsan sekarang. Tapi ayolah, jangan menyalahkan ku dulu, ini semua tidak akan terjadi jika Justin tidak melanjutkan pembicaraannya tadi!. Tapi tunggu dulu, bukan kah itu sama saja? Mau aku ataupun Justin yang berbicara tadi, mereka pasti akan seperti ini juga kan? Ah aku tidak mau memikirkan hal itu lagi sekarang.

"Lebih baik kalian tunggu di luar sekarang, fikirkan lagi tentang keputusan kalian itu" ucap dad ku mulai berbicara.
"Baiklah dad" ucap Justin lalu menarik tangan ku menuju keluar kamar mereka.
"Sekarang bagaimana?" Tanya ku.
"Bagaimana apa nya?"
"Tentang keputusan ini. Apa ini akan benar-benar terjadi?"
Kringg.. kringg.
Belum sempat Justin menjawab pertanyaanku, handphone nya pun berbunyi, mirisnya lagi, dia lebih memilih telpon masuknya dibandingkan aku.

"Aku sedang sibuk sekarang, nanti saja aki telpon lagi, ya"
Aku mendengar percakapan Justin dengan lawan bicaranya di telpon itu. Syukurlah dia masih memilihku.

"Kau belum menjawab pertanyaan ku Justin" ucapku memaksa nya untuk memberikan tanggapan nya tentang keputusan gila ini.
"Aku sibuk sekarang, bicarakan nanti saja dirumah" ucap Justin lalu pergi meninggalkan ku.

WHAT THE HELL? Dia juga menghiraukan ku? Aku kira ia menolak telpon tadi karena ingin berbicara dengan ku, tapi ternyata aku juga di tinggal? Kejam.
"Justin! Lalu aku pulang dengan siapa?! Kau jangan seenaknya meninggalkan ku! Kau juga belum pamit dan belum minta maaf dengan mom" ucap ku sambil mengejar Justin yang sedang membuka pintu mobil.
Aku menggedor-gedor jendela mobil tersebut agar dia mau membuka nya dan mendengarkan pembicaraanku kali ini.
Sedetik kemudian, Justin pun menurunkan jendela mobilnya lalu mengeluarkan beberapa uang dari dompetnya.
"Kau bisa naik taksi atau mungkin meminjam mobil dad dan mom, aku benar-benar sibuk sekarang. Oh satu lagi, tolong bilang dengan mereka kalau aku ada keperluan sebentar. Ini uang untuk mu untuk naik taksi. Jika kau lebih memilih meminjam mobil dad dan mom, jangan lupa kembalikan uangku, ya. Aku pergi dulu" ucapnya lalu menutup kembali jendela mobilnya dan melaju begitu saja.
Aku hanya bisa mengaga mendengar ucapannya barusan. Apa dia Justin atau bukan? Sungguh pelit sekali dia!
"Aku tidak akan pulang sebelum dia kembali lagi kesini untuk menjemputku! Titik!" Ucapku kesal lalu kembali masuk ke dalam rumah untuk menemui mom dan dad.

"Selena, dimana Justin?" Tanya dad ku.
"Dia ada urusan sebentar, dia bilang ini sangat penting" ucapku dengan nada malas.
"Mom sudah sadar sekarang, masuk dan temuilah mereka" ucap dad, ada perasaan lega di hatiku sekarang.

Aku pun masuk ke kamar mom ku, aku melihat mereka terbaring lemah di atas kasur sekarang.
"Mom.." panggilku. Mereka seakan tidak mendengar panggilanku.
"Mungkin mom mu masih sedih dengan keputusan kalian" ucap dad Jeremy menenangkan ku. Aku tersenyum dan mengangguk.
"Kemana Justin?" Tanya mom Pattie.
"Dia sedang ada urusan sebentar mom, dia akan kesini secepatnya" ucap ku. Mereka pun diam.
"Selena, apa kalian tidak bisa membatalkan perceraian ini? Demi apapun mom tidak suka kalian berpisah. Mom sayang kalian" ucap mom ku dengan sedikit nada sedihnya. Aku harus jawab apa? Aku harus bilang apa ke mereka? Justin.. andaikan kau disini sekarang.
"Mom.. " ucapku setengah. "Mom benar-benar tidak rela kalian berpisah, bagaimanapun juga kalian harus tetap bersatu. Kalian tidak tau betapa besar keinginan kami untuk menjodohkan kalian berdua. Sehingga kami sepakat untuk menjodohkan kalian dari kecil." Ucap mom Pattie sambil sedikit meneteskan air mata. Sungguh, aku tak sanggup untuk melihat mereka bersedih. Ku mohon akhiri sekarang juga pembicaraan ini..
"Umur kami juga sudah tidak akan lama lagi, jadi yang hanya kami inginkan adalah kalian berdua bahagia. Yaitu dengan bersama." Ucap mom ku. Shit! Air mata yang aku bendung sedari tadi akhirnya turun juga.
Kalian salah, aku tidak bahagia, Justin juga tidak bahagia bersama ku. Kami sama sama tidak bisa saling membahagiakan, hari-hari kami hanya di penuhi dengan pertengkaran tidak jelas, bahkan saat saat romantis kami bisa di hitung dengan jari banyaknya. Kalian salah.
"Mom, jangan berkata seperti itu." Ucapku dengan nada lirih. Mereka hanya diam.
"Sekarang sebaiknya kau pulang. Jangan pernah kesini lagi sebelum kalian memutuskan hasil akhir keputusan kalian ini." Ucap mom Pattie. Okay, aku tahu ini kejam kedengarannya, aku diusir sekarang. Tapi, it's okay aku benar-benar tahu perasaan mereka sekarang dan mereka pantas melakukan ini kepadaku. Huft.
"Baiklah mom. Jaga kesahatan kalian, jangan pikirkan masalah ini, aku dan Justin akan berusaha untuk memberikan yang terbaik" ucapku lalu pergi meninggalkan mereka.
"Dad, aku pulang dulu. Jaga mom, ya!" Ucapku berpamitan dengan kedua daddy ku ini.
"Kau dengan siapa? Justin sudah pulang?" Tanya dad Jeremy.
"Aku bisa naik taksi saja."
"Jaga keselamatan mu ya sayang" ucap daddy ku. Aku hanya bisa tersenyum.

***

"Bagaimana bisa selebriti besar seperti ku harus berjalan kaki demi mendapatkan sebuah taksi untuk mengantarku pulang? It's so fucking sucks!" Ucap ku sambil terus berjalan untuk mencari taksi. Tapi, selama aku berjalan tidak ada satupun taksi yang lewat. Aku berusaha menutupi diriku agar tidak ketahuan oleh fans ku disini. Apa kata mereka jika melihat idola nya sedang seperti ini?

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di sampingku. Aku pun menoleh ke arah mobil itu dan ternyata itu adalah. Justin.
"Kau sudah pulang? Kenapa berjalan kaki? Uang yang aku beri masih ada kan? Kenapa tidak kau gunakan?" Segelintir pertanyaan ia lontarkan kepadaku. Aku hanya diam dan memikirkan perkataan mom tadi.

"Sekarang sebaiknya kau pulang. Jangan pernah kesini lagi sebelum kalian memutuskan hasil akhir keputusan kalian ini."- mom.

"Hey" ucap Justin menjentikkan tangannya di depan muka ku dan membuatku sedikit terkejut.
"Bukakan pintu sebelah, aku mau masuk" ucapku lalu berjalan pergi menuju sisi sebelah kiri mobil untuk masuk.
"Kau kenapa? Capek?" Tanya nya. Aku benar-benar bingung sekarang. Di saat seperti ini, dia masih bisa mengkhawatirkan ku? Tidak seperti pasangan yang ingin bercerai lainnya yang menjaga jarak satu sama lain.
"Mom bilang, kita tidak boleh kesana sampai kita memutuskan dengan keputusan kita ini" ucapku menjelaskan.
"Jadi, keputusannya bagaimana?" Tanya nya. Aku menoleh heran ke arahnya.
"Maksud mu?"
"Keputusan ada di tanganmu, mau lanjut atau selesai, itu terserah padamu" ucapnya sambil asik menyetir mobil nya.
"Justin, aku benar-benar binging dengan sifat mu ini. Kau berfikir seolah olah keputusan ini hanya main-main. Sebenarnya apa yang kau fikirkan sekarang ini, huh?" Ucapku sambil memarahinya. Ia hanya tersenyum.
Tersenyum?
Senyum?
Dia gila. Benar-benar gila.
"Kita bicarakan saja nanti dirumah. Sekarang, kita bicarakan yang lain saja" ucapnya.

****
Akupun masuk kedalam rumah lebih dulu dari Justin, berniat untuk beristirahat. Tetapi pada saat aku masuk kedalam rumah, aku menemukan...
"Barbara?" Ucapku kaget.
"Eh Selena? Kau sudah pulang ternyata, dimana Justin?" Tanya nya yang sudah duduk manis di ruang tamu ku. Aku benar-benar tidak percaya akan hal ini.
"Ada apa?" Tanya Justin yg berdiri di belakang ku.
"Barbara.." ucapku lemas.
"Oh dia. Aku yang mengundangnya. Ternyata dia sudah datang. Masuklah, tidak enak dengan Barbara jika kau masih berdiri di ambang pintu seperti ini" ucapnya.
"Untuk apa?" Tanya ku pelan.
"Untuk membicarakan rencana untuk pergi ke acara pertunangan Taylor dan Harry"
"Apa?! Kau mengundang nya?!" Aku menarik nafasku dalam lalu membuangnya dan mencoba untuk berfikir positif sekarang.
"Selena, kau kenapa? Kau tidak ingin aku datang ke pesta pertunangan sahabat mu? Lagi pula, mereka kan juga sahabatku" ucap Barbara dengan suara yang dibuat buat itu.
"Terserah" ucap ku lalu pergi meninggalkan mereka. Justin hanya melihati ku dari belakang sekarang. Aku benar-benar merasa sangat di rendahkan di rumah ku sendiri sekarang.

To be continued.
Haiii maaf banget ya update nya lama:( banyak tugas soalnya hehehe. Semoga suka dengan part ini yaaa. Walaupun gaje:"D
Happy Reading!!:)

My Husband Is My Enemy !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang