Cuddle?

3.8K 202 4
                                    

Sudah satu jam lebih Justin tidak mengembalikan ponsel Selena. Justin masih asik menelfon Barbara. Karena tidak bisa berbuat apa-apa, Selena hanya bisa menunggu sampai Justin benar-benar selesai dengan urusannya itu.

Tiba-tiba suara Justin dari kejauhan terdengar oleh Selena, sepertinya Justin akan menghampiri Selena dan memberikan ponselnya.

"Kau harus banyak istirahat, lagian ini sudah hampir larut malam. Apa kau tidak mengantuk?" Ucap Justin yang masih saja mengobrol dengan Barbara lewat telpon.

"Aku tidak mau menganggu waktu istirahatmu, istirahatlah yang banyak agar sakit mu segera sembuh. Aku tutup dulu ya, selamat malam"

"Kembalikan ponsel ku!" Ucap Selena yang sudah berdiri di belakang Justin sejak tadi.

"Ini, ambillah." Ucap Justin sambil memberikan ponsel Selena kepada pemilik sebenarnya. Lalu ia melenggang pergi meninggalkan Selena.

"Ishh! Sudah meminjam, tidak bilang terimakasih pula!" Gerutu Selena lalu kembali ke ruang TV.

Selena belum bisa menempati kamarnya sendiri karena AC di kamar Justin belum sempat di perbaiki.

***
Selena Gomez POV

Kringggg kringgg..

Ponsel ku tiba-tiba berdering, tanda panggilan masuk. Aku pun terbangun dan meraba-raba dimana aku meletakkan ponselku. Setelah mendapatkannya, aku pun mengangkat telpon tersebut.

"Hai Selena. Kau sudah tidur?" Ucap orang yang menelfon ku ini. Ternyata ia adalah Barbara.

Aku melirik ke arah jam, apa dia gila? Sekarang sudah jam 1 malam dan ia menelpon ku? Dasar tidak tau sopan santun, ini kan waktunya untuk tidur!

"Barbara? Kenapa menelpon ku malam-malam seperti ini?" Tanyaku dengan sedikit lesu.

"Memang nya kenapa? Tidak boleh?" Ucap Barbara dengan nada sok nya itu.

"Bukan begitu, ini kan waktunya untuk tidur sedangkan kau malah menelpon ku sekarang. Apa salahnya jika besok kau telpon aku?" Ucapku dengan hati-hati.

"Aku hanya ingin bilang terima kasih padamu" ucap Barbara. Apa dia bilang? Terima kasih? Apa maksudnya?

"Untuk apa?" Tanya ku heran.

"Karena kau, aku dan Justin bisa telfonan selama itu. Huh, setidaknya hal ini bisa mengurangi kemarahanku padamu soal tadi" ucap Barbara dengan nada senangnya. Dia tidak tau betapa kesal nya aku sekarang.

"Oh, jadi kau ingin mengucapkan terima kasih padaku untuk itu. Kan sesuai dengan perkataanmu kalau aku harus menjauhi Justin, jadi aku akan melakukannya" ucapku pelan. Aku harap ia langsung mematikan sambungannya sekarang lalu aku bisa melanjutkan tidurku lagi.

"Ya, sepertinya kau sudah takut dengan ku sekarang" ucapnya lagi. Apa dia bilang? Takut?

"Ya ya ya. Apa ada yang ingin di katakan lagi?" Tanyaku malas.

"Ya ada. Ceraikan Justin dan biarkan ia menjadi milikku" ucapnya sinis. Itu terus yang ia katakan, membuatku bosan.

"Ya aku tau" ucapku malas. Sedetik kemudian, ia memutuskan sambungan telponnya. Syukurlah.
"Dia menyuruhku agar cepat membuat Justin menceraikan ku lalu membiarkan Justin menjadi miliknya. Ia pikir itu mudah? Seenaknya saja menyuruh seperti itu tanpa memikirkan keadaanku sekarang!" Ucapku sambil menatap layar ponsel ku. Seketika aku langsung sedih ketika mengingat kejadian tadi.

"Maksud Justin tadi mengatakan itu di taman apa ya? Apa ia tau aku disitu makanya ia bilang seperti itu agar aku menjadi senang atau apa? Atau mungkin, ia memang benar-benar mencintaiku? Ahh aku penasaran sekali. Tapi, aku harus menepati janjiku dengan Barbara untuk menjauhinya. Ya Tuhan, kenapa ketika aku sudah mulai mencintainya, selalu ada halangannya. Huuftt" ucapku sedih. Tak mau larut dalam kesedihan, aku pun mencoba untuk tidur kembali.

My Husband Is My Enemy !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang