canceled

3.3K 184 5
                                    

Keluar
Tidak
Keluar
Tidak
Keluar...
Arggh aku bingung sekarang. Kalau aku tetap diam disini, aku tidak akan tau apa yang mereka katakan disana. Tapi jika aku keluar, aku pasti akan di rendahkan lagi oleh Justin. Lalu aku harus bagaimana sekarang???

Aku pun berjalan ke arah pintu kamarku yang sekarang tertup rapat. Dengan perlahan aku membuka pintu kamar ku sedikit lalu mengintip mereka.
"Sedang apa mereka?" Tanya ku sambil berusaha mengintip mereka.
Aku melihat mereka berdua seperti nya sedang membicarakan sesuatu. Sialnya, aku tidak bisa mendengar suara mereka dari sini. Aku hanya bisa melihat gerak gerik mereka dari sini. Huft.
"Justin kelihatannya sangat senang dengan Barbara" ucapku pelan. Aku melihat sedari tadi Justin banyak tersenyum jika bersama dengan Barbara.

Aku melihat Barbara berdiri dari tempat awalnya. Aku bisa mengambil kesimpulan bahwa Barbara akan segera meninggalakan rumah ku. Ini berarti Justin tidak akan bersama Barbara lagi.
But wait!
Mereka.berpelukan?
Okay, kali ini aku masih bisa memaklumi nya. Walaupun hati ku sedikit sakit sekarang.

Tiba-tiba Justin melihat ku yang sedang mengintipi nya.
"Astaga! Aku ketahuan" ucap ku panik, aku mencari cara agar Justin tidak curiga dengan ku. Tapi, aku harus apa?!
Justin pun melangkahkan kaki nya menuju kamar ku, aku semakin panik.
Dengan cepat aku meloncat ke arah kasur ku dan berpura-pura tidur. Beberapa detik kemudian, seseorang membuka pintu kamar ku.
"Tidak perlu mengintip seperti itu, aku dan Barbara tidak melakukan apa-apa" ucap nya seakan tahu kalau aku sekarang hanya berpura-pura tidur.
"Kalau kau memang benar-benar tidur sekarang, tidur lah yang nyenyak, mimpi lah yang indah" ucap nya lagi. Aku masih tetap dengan posisi ku sekarang. Walaupun hatiku sedikit berbunga-bunga dan ingin sekali berteriak, aku masih bisa menahannya.
Aku tidak mendengar lagi suara Justin di kamarku, atau mungkin dia sudah pergi? Huft, baguslah jika ia sudah pergi, sekarang aku bisa membuka mataku.

Aku pun membuka mataku dan ternyata benar, ia sudah tidak ada disini lagi. Aku bisa bernafas lega sekarang.

Aku bingung dengan sikap Justin sekarang, dia bisa membuat ku marah dan membuat hati ku berbunga di saat yang bersamaan, dia bisa membuat perasaan ku terombang-ambing seperti sekarang.

***
Night..

Aku menatap lekat-lekat televisi yang di depanku sekarang, sambil menikmati cemilan kesukaan ku.
Kringgg..kriingg
Suara dering ponsel ku berhasil membuyarkan konsentrasi ku dengan film yang aku tonton sekarang. Aku pun melihat ke arah ponsel ku dan melihat ada tulisan mom disana. Ya, mommy menelpon ku.

"Hallo mom?"
"Selena, mom Pattie sedang ada di rumah sakit sekarang, dad sudah menelpon Justin tapi tidak ada jawaban dari nya."
Aku tersontak ketika mendengar kata-kata yang baru saja aku dengar.
"Dirumah sakit mana mom? Aku dan Justin akan kesana sekarang"
"Nanti mom akan sms lokasi nya, sekarang beri tahu Justin dahulu!"
"Baik mom".
Tuutt.tuut.
Aku pun langsung menemui Justin yang sedang mengambil sesuatu di dapur.
"Justin, ayo kerumah sakit sekarang. Mom mu masuk rumah sakit sekarang" ucap ku dengan terengah-engah.
"Hah? Kau serius? Dimana? Ayo kita kesana sekarang!" Ucap Justin lalu menarik tangan ku menuju mobil nya.
"Dimana alamat nya?!" Tanya Justin sambil berusaha menghidupkan mobil nya yang tiba-tiba saja tidak bisa dihidupkan.
"Ini alamat nya" ucap ku memberi ponsel ku yang tertulis nama alamat rumah sakit tersebut.
"Argh! Sialan! Kenapa mobil bodoh ini tidak bisa hidup?!" Ucap Justin sambil memukul stir mobilnya. Aku hanya bisa terdiam sekarang melihat Justin semarah dan sepanik ini.
"Ini pasti gara-gara mom banyak memikirkan kejadian tadi siang! Kau tau sendiri kan? Diantara semua, mom ku yang paling excited dengan hubungan gila kita ini! Argh!!" Ucap Justin semakin kesal. Ia menjambak rambutnya dan wajah nya memerah. Baru kali ini aku melihat nya semarah dan sekesal ini. Aku takut sekarang.
"Kau harus tenang, jangan biarkan kau terbawa emosi, hidupkan sekali lagi mobilnya, siapa tau bisa hidup kembali" ucap ku mencoba menenangkam Justin. Ia menatapku tajam dan membuang muka setelahnya.
Ia pun mencoba menghidupkan kembali mobilnya dan sedetik kemudian, mesin mobil ini berfungsi sehingga bisa hidup kembali.
"Mobilnya hidup" ucapku tersenyum lega. Justin tidak membalas ucapan ku, ia langsung menancap gas mobilnya menuju rumah sakit.

Beberapa menit kemudian....
Justin pun memarkirkan mobil nya di tempat pemarkiran mobil. Setelah itu, ia langsung menggenggam tangan ku dan masuk ke dalam rumah sakit itu dengan cepat.
"Disana ada Paparazzi, jangan sampai mereka melihat kita" ucap Justin lalu merangkul bahuku untuk mendekat ke arahnya agar tidak ketahuan dengan paparazzi disana. Seperti nya ada salah satu artis yang sakit disini, sehingga ada paparazzi disini.
Setelah sekian lama berjalan, akhirnya kami menemukan ruangan mom Pattie.
Aku melihat dad Jeremy, daddy ku dan mom ku, aku segera menghampiri mereka.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Tanya ku kepada mereka.
"Mom Pattie terlalu banyak memikirkan kalian, sehingga kondisinya memburuk sekarang" ucap mom ku.
"Jika terjadi apa-apa dengan mom Pattie. Dad tidak akan memaafkan kalian. Terutama kau, Justin" ucap dad Jeremy dengan mata yang berkaca-kaca. Aku dan Justin hanya bisa menunduk sekarang.
Tiba-tiba dokter keluar dari ruangan mom Patt.
"Bagaimana keadaan ibu saya dok?" Ucap Justin khawatir.
"Ibu mu hanya terlalu banyak fikiran, tolong jangan bebani fikirannya dengan perkataan yang bisa membuatnya kefikiran seperti sekarang. Karena ini bisa berbahaya bagi nya" ucap dokter tersebut. "Baiklah kalau begitu, saya mau menangani pasien yang lain dulu" ucap dokter itu lagi lalu pergi meninggalkan kami.
"Terima kasih dok" ucap dad Jeremy. Kami pun menghampiri mom Pattie yang masih terbaring di ranjangnya.
"Kau baik-baik saja kan sayang?" Ucap dad Jeremmy.
"Selena, mom ingin berbicara dengan mu. Ayo ikut mom" ucap mom ku, aku pun mengikuti mom dari belakang.

"Ada apa mom?" Tanya ku memulai pembicaraan.
"Kamu benar-benar yakin dengan keputusan mu itu?" Ucap mom sambil memasang wajah sedih.
"Mom, aku mengambil keputusan ini karena ada alasan nya dan alasan itu belum bisa aku jelaskan sekarang" ucap ku sambil memegang tangan mom ku.
"Tapi apa tidak bisa di pertimbangkan dulu? Kami semua benar benar tidak rela jika kalian pisah" ucap mom lagi. Aku bingung harus berkata apa lagi sekarang.
"Mom, jika tiba saat nya, aku pasti akan membicarakan nya kepada mom. Mom jangan sedih ya" ucap ku lagi. Mom hanya terdiam setelah mendengar perkataan ku tadi.
"Lebih baik kita masuk saja ke ruangan mom Pattie, kasihan Justin dan yang lain" ucap ku dan di respon baik dengan mom ku.

*****
Setelah lebih dari satu jam kami menjenguk mom Pattie, Justin dan aku pun memutuskan untuk pulang karena sudah semaik larut. Aku benar-benar masih ingin menemani mom Pattie sekarang. Tetapi percuma, mom pasti kesal dengan ku.
"Ayo masuk" ucap Justin dan membukakan pintu mobil nya untukku. Aku pun menuruti permintaannya.
Aku melihat wajah Justin yang seperti nya sedang bersedih sekarang.
"Kau kenapa?" Tanya ku memberanikan diri.
"Tidak apa-apa" jawabnya singkat.
"Sudah lah, jangan terlalu di fikirkan kejadian ini" ucap ku lagi. Tiba-tiba ia memberhentikan mobilnya.
"Tidak usah di fikirkan? Semudah itukah? Anak mana yang tidak sedih jika di perlakukan seperti ini dengan ibu nya? Jika kau di posisi aku, kau akan merasakan betapa bingungnya aku sekarang, Selena" ucap Justin sedikit kasar. Aku hanya bisa tertunduk.
"Kita tidak bisa melanjutkan perceraian ini, kita harus tetap bersama. Ini bukan waktu yang tepat. Aku benar-benar minta maaf jika perceraian ini gagal" ucap Justin tertunduk.
Apa dia bilang? Batal? Dia serius? Syukurlah kalau begitu, aku masih bisa bersama nya lagi. Tapi bagaimana dengan perjanjian ku dengan Barbara? Apa yang akan ia lakukan nantinya jika ia tahu perceraian ku dan Justin tidak jadi? Aku benar-benar tidak mau Justin kesusahan karenanya. Aku harus apa?
"Aku rasa benar, ini belum saatnya. Kau tak perlu minta maaf" ucap ku sambil berusaha menyembunyikan perasaan senangku.

Kringgg kringgg
Suara ponsel Justin mengejutkan kami berdua, Justin pun mengangkat telpon nya dengan tangan kiri dan tangan yang lain masih berada di stir mobil nya.

"Hallo Barbara?"

What? Barbara lagi?!

"Aku sedang di jalan, ada apa?... oh, aku juga merindukan mu. Tidur lah, ini sudah malam, kau pasti sangat capek seharian ini"

"Sudahlah jangan fikirkan aku"

"Iya, aku bersama Selena."

"Okay, bye"

Dia Justin, orang yang berhasil membuat aku senang dan murka dalam satu waktu yang bersamaan. Hebat bukan?

To be continued

My Husband Is My Enemy !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang