5. Tempat yang Salah

3.2K 256 3
                                        

1...2..3

"Lebih kencang lagi soldier!"

36...37...38...

"Stop!"
Pria berbadan kekar berdiri diantara puluhan pria yang sedang telungkup. Oh maksudnya dalam posisi push up.

Intruksinya sungguh otoriter dengan suaranya yang menggelegar dan decitan peluitnya. Benar-benar memecahkan gendang telinga.

"Bangun Owen!" Teriak pria berpeluit itu.

Seolah akan terjadi hal buruk, puluhan anak itu terdiam. Tak ada yang bergerak satupun. Bahkan untuk melirik pun tak ada yang berani. Nafas mereka tersendat, seperti takut satu gerakan saja dapat mengaktifkan ranjau.

"Oh sungguh pengecutnya kau!" Lalu pria berpeluit berjalan ke tengah pasukan posisi push up, menarik seorang pria hingga tubuhnya berdiri, lalu menggiringnya kedepan.

"Apa yang tadi kau katakan Owen?" Tanya pria berpeluit.

Yang diberi pertanyaan hanya menatap mata pria itu tanpa mengeluarkan perkataan apapun. Dadanya kembang-kempis dengan cepat mengatur nafas menggebu.

Plak

Tamparan keras mengenai pipi yang di sebut Owen itu hingga terhempas.

"Bangun prajurit! Jadilah gentle." Teriak pria berpeluit.

Dengan tertatih Owen berdiri kembali. Tapi masih tak berkutik sama sekali.

Sisanya masih menahan tubuhnya dalam posisi push up dan pantang mengenai tanah. Otot-otot mereka meregang jika seharian dalam posisi diam seperti ini.

"Lakukan lagi dari awal!" Perintah si peluit.

1...2...3

Belum sempat tangan Owen menyentuh tanah untuk mengambil posisi push up, tubuhnya sudah ditarik bangkit.

"Oh tidak Owen, tidak dengan mu bocah nakal."

"look, lihat teman-teman mu, lihat saudara seperjuanganmu. Tiap hari menanggung hukuman akibat ulahmu. Tidak merasa bersalah?" Si peluit mencoba menyiksa batin Owen.

Dug

Pukulan keras hingga Owen tersungkur di lontarkan oleh si peluit.

"Ayo semuanya 20 seri! Dan Owen, tak ada rutukan lagi setelah ini, mengerti?"

Mengerti Sir! semuanya bersuara.

"Maaf, sir." Seorang anak buah dengan berhati-hati mendatangi si peluit. "Ini-"

"Angeline Pierce, tentu saja." Sang Peluit melirik gadis di sebelah anak buahnya.

"Kau mencoba lari hm? Tidak Pierce, tidak dengan anak buah kepercayaanku." Sambungnya.

Angeline mengernyitkan dahinya. Lari? Bukankah sudah mengikuti prosedure dengan benar?

"Aku Joe, disini aku yang bertugas. Tapi untukmu, sebentar." Si peluit yang diketahui bernama Joe itu memanggil rekannya yang lain.

Tidak seperti manusia kekar lainnya disini, yang datang malah wanita cantik berusia sekitar 30 tahunan dengan pakaian tentaranya.

"Ini Floerin, yang terbaik disini. Flo yang akan mendampingimu." Ucap Joe memperkenalkan asistennya yang lain.

Angeline tersenyum formal dan menjulurkan tangannya. Mencoba tetap beretika dan bertingkah sehat meskipun banyak hal yang gila menurutnya.

Tapi Flo tidak membalasnya, jabatan tangan maupun senyumnya. Dengan muka tegas dan teriakannya kecantikannya luntur seketika.

PIERCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang