17. Sang Penyusup

2.6K 198 20
                                    

  Waltz of the Beautiful Blue milik Johann Strauss Jr melantun di Ballroom Dominique's Castle. Lagu klasik yang pantas dijlabeli sebagai musik dansa kerajaan itu beradu senada dengan ketukan sepatu.

Angeline menutup matanya. Membayangkan seorang pangeran menggenggam tangannya yang melayang hampa diudara. Membayangkan pemburu perkasa merangkulnya dengan tarian senada, ketukan kaki seirama.

Kian lama kian larut dirinya dalam dansa solonya itu. Kian lama kian nyata rasanya pemburu perkasa langit didekatnya. Menyaut tangan-tangannya, mengisi ruang hampa disela jari-jarinya. Lalu rangkulannya semakin terasa.

"Aww!"

Angeline tersadar setelah dirinya merasa sangat nyata menginjak kaki sang pemburu dari kerajaan seberang. Bahkan teriakan itu terlalu nista untuk diabaikan.

"Leon!"

"Oh maaf, aku akan buka lagi heels-"

"Gausah!" Leon menghentikan Angeline yang membungkukan badannya hendak membuka kedua sepatunya.

"Sejauh tadi udah membaik ko, kamu pasti bisa. Ayo lanjutin?" Sambung Leon.

"Iya kamu benar, sejauh tadi baik sampai kamu datang membuyarkan lamunan tentang pemburu perkasaku." Angeline mendumal.

"Apa?"

"A-apa tadi? Kita lanjutin pakai heels aja? Kamu yakin?"

Leon hanya tersenyum menyadari Angeline memalingkan pikirannya tadi.

***

"Seems your prince flirting the self-styled princess" Cassandra berbisik ditelinga Irish yang membuat gejolak didadanya semakin membara, dirinya terbakar.

Keempatnya, Irish, Cassandra, Geovani dan Rebecca sedang mengintip dari sela-sela pintu ballroom Dominique's Castle. Melihat Angeline yang lihai berdansa, ditemani oleh sang pangeran pujaan setiap siswa Dominique, Leon.

Mereka sudah rutin melihat latihan Angeline. Mereka memahami perkembangan Angeline yang sangat pesat. Dan mereka melihat dengan jelas bahwa Angeline sangat siap untuk Test Akhir lusa.

"You lose girl." Bisik Geovani yang membuat gejolak itu membludak keluar.

"STOP being stupid gays! Aku gaakan pernah kalah dari self-styled princess itu. You're just kidding me, fucking kidding me."

"You're just afraid, girl." Timpal Rebecca.

"Lihat saja! Aku akan memenangkan Test Akhir itu. Dan aku akan memenangkan Leon ku!" Irish tersenyum jahat, Geovani dengan tampang tak bersemangatnya hanya memutarkan bola matanya.

"Caranya?" Tanya Cassandra.

"All means."

***

"Mau minum?" Tanya Angeline memberikan botol minumnya pada Leon yang duduk disampingnya.

Leon menerimanya dan menegaknya hingga tetes terakhir bersamaan dengan tetes keringat yang jatuh dari pelipisnya. 

"Gerah juga ya disini." Ucap Leon sembari mengelap keringat dengan punggung tangannya.

"Iya tumben banget gerah, eh gimana kalau kita ketemu sama Dewa-Dewa?" Ajak Angeline.

Matanya berbinar, sudah lama dirinya tidak pergi ke atap menara melihat hamparan bintang itu. Selama ini dirinya sibuk berlatih dan memikirkan test akhir.

"Sekarang?"

"Iyalah, mumpung gerah. Kan enak kena angin malam sepoy sepoy."

Leon malah tertawa. Gemas dengan Angeline yang mengibaskan tangannya sambil memejamkan matanya membayangkan angin diatap.

PIERCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang