Angeline merintih, pergelangan tangannya terasa nyeri diikat oleh tambang dengan kencang. Jalannya terseret-seret, para pengawal yang biasa ramah padanya itu berubah menjadi sangar, jangankan senyum pada Angeline, untuk istirahat sebentar saja Angeline tidak bisa.
Dirinya diseret untuk menyusuri lorong, ada gerbang terbuat dari batu, butuh beberapa kata sandi, sidik jari, lalu gerbang itu terbuka, menyisakan debu debu, memberikan tangga melingkar kebawah, entar berapa anak tangga karena terlihat curam dan tak berujung.
"Sebentar, please serius aku bisa mati kehausan ini, tolong, aku gaakan kabur, aku cuman ingin istirahat sebentar."
Dug!
Pinggul Angeline terasa nyeri saat tendangan dari pengawal itu mengenainya, membuat tubuhnya tersungkur ke anak tangga itu. Sudah tertendang, tersungkur beberapa anak tangga pula.
Angeline menarik nafas, mencoba tenang. Perlahan ia coba bangkit meski nyeri dan tubuhnya tak tertahan. Ingin rasanya menangis, ini bukan sekedar lelucon lagi.
Padahal, selama ini kebenciannya pada Ethan hanya sebatas candaan semata, dia tidak pernah benar-benar ingin membunuhnya. Angeline ikut khawatir saat Ethan masuk rumah sakit dan tidak bisa berbicara untuk beberapa saat. Tapi yang Ethan balas kepadanya benar-benar keterlaluan. Ini sudah menyangkut nyawanya, Ethan benar-benar ingin membunuh Angeline.
"Perlu saya tendang lagi?!" Pertanyaan pengawal itu menyentak dengan keras, Angeline bergetar dibuatnya. Padahal sebelumnya dia sangat ramah, memperlakukan Angeline bagai tuan rumah.
"Biasa aja kali, aku juga bakal jalan lagi ini!" Angeline balik menyentak.
"Benar-benar bedebah." Ucap penjaga satunya.
"Harus saya tendang lagi memang." Ucap penjaga tadi.
"Tendang saja! Biar menggelinding aja sekalian ke bawah, capek aku daritadi jalan mulu, castle elite ko masih pake tangga? gak ada lift gitu? kuno! primitif!" Balas Angeline sembari melanjutkan menuruni anak tangga itu.
Pengawal pertama benarf-benar tersulut emosi, siap menendang Angeline untuk kedua kalinya. Kakinya sudah berancang-ancang bagai pemain bola di kotak penalti.
"Ingat! Dominique bilang jangan terkecoh, jangan ikuti maunya anak ini." Pengawal kedua mencoba menenangkan
***
Entah anak tangga keberapa yang ia turuni, dirinya pun tidak yakin jalan ini menuju pada sesuatu. Pemandanganya tetap begitu, lorong-lorong dengan lampu warm menghiasi lorong itu. Tangganya terasa memutar dan menuju kebawah tapi tetap tidak menemukan apapun, begitu terus hingga Angeline ngantuk dibuatnya.
Cahaya warm itu pun menghilang, didepan sana gelap tak terlihat apa apa, Angeline pun menghentikan langkahnya. Neraka kah itu?
salah satu dari penjaga yang berjalan di belakang Angeline mendahuluinya, memasuki kegelapan itu. Terdengar bunyi bip bip beberapa kali. Kemudia terdengar dinding bergeser, berdebu kembali, menghasilka secercah cahaya, semakin lama semakin terbuka dan cahaya itu semakin besar. Pintu gerbang lainya.
Angeline dan para pengawal itu melalui gerbang itu, seketika gerbang batu itu menutup rapat kembali, menyerupai dinding dinding. Sekilas bahkan tak terlihat ada jalan disitu.
Angeline benar-benar lelah dibuatnya, ia kira anak tangga sialan itu sudah cukup menyiksa perjalanannya, ternyata tidak, ini belum berakhir. Dihadapannya terdapat lorong dengan persimpangan yang banyak, ada dua persimpangan. Setelah memilih salah satu, mereka dihadapkan kembali pada persimpangan. Kiranya jalan kali ini mirip dengan labirin.
KAMU SEDANG MEMBACA
PIERCE
AdventureAngeline Pierce. Dua kepribadian yang berbeda. Angeline Pierce Andromeda adalah gadis yang dibesarkan keras oleh seorang Ayah Agen Intelejen yang dulunya seorang Jendral prajurit perang. Membuat dirinya menjadi pemberontak karena tidak nyaman dengan...