18. Test Akhir

1.8K 182 18
                                    

Bunting Flag penuh mengisi selasar selasa Dominique's Castle. Karpet merah tergelar panjang dari pintu ballroom hingga panggung. Semua bernuansa emas disini, begitu elegan. Kesunyian Dominique's Castle disulap menjadi bazar akbar dalam sekejap.

Sorak sorai para soldier memenuhi ballroom. Mereka bersiap menyambut pembukaan test akhir. Ada yang memanjatkan doa tak yakin akan lulus. Ada yang percaya diri akan lulus. Ada yang tak memikirkan hal itu, pikirannya melayang jauh pada nasib setelah itu.

Itulah Angeline Pierce Andromeda, masih mematung didepan pintu dengan berjuta pikirannya. Bagaimana kalau semua ini berakhir? Penyusup? Aku bahkan tidak ada niat ingin berdiam diri ditempat ini.

"Kamu pasti bisa, kamu pasti lolos." Bisik Leon membuyarkan lamunan Angeline. Dirinya melirik sekejap.

Bukan itu yang aku takutkan.

"Kenapa masih diam diam disini?" Tanya Leon.

Angeline menggeleng mengaburkan pikirannya. Leon tak boleh tau kegelisahanku ini.
"Bukan urusanmu."

Angeline lalu melangkah menjauh memasuki ruang ballroom. Dilihatnya sekali lagi ekspresi muka Leon yang ia tinggalkan begitu saja. Tanpa ia sangka Leon juga sedang menatapnya, menatap punggungnya yang kian menjauh. Dengan wajah kecewa. Namun Angeline membalikan badannya kembali. Tak peduli, atau seolah tak peduli.

"Baiklah, 6 bulan sudah kalian diterpa dalam pendidikan Dominique's Castle. Tangis, tawa, kegundahan, semua tak terasa menginjak puncaknya."

Suara Dominique terdengar dari pengeras suara, sementara fisiknya terlihat berdiri diatas panggung ballroom.

Namun Angeline tetap tak memperdulikan itu. Basa basi pembukaan acara tak pernah menduduki posisi penting dalam kehidupan Angeline. Ditambah nasibnya kini sedang diujung tanduk.

Bagaimana bila momentum mengarahkan pada petunjuk-petunjuk bahwa Angeline Pierce Andromeda bukanlah Angeline Pierce yang seharusnya berada disini, berlatih menjadi model. Bagaimana jika dirinya dikira penyusup? Padahal dia baru saja tau hal itu kemarin.

Ah sial, mengapa juga aku mengorek berkas Dominique. Coba kalau aku tidak tau tentang hal ini. Aku akan mengikuti test dengan damai, lolos dengan hasil memuaskan, lalu pulang dengan selamat.

"Pierce, aku ingin bicara."

Pikiran Angeline benar-benar menyita dunianya. Ia bahkan tak menyadari Leon yang sudah berdiri disampingnya lalu berbisik padanya.

"Kau sedang melakukannya barusan." Balas Angeline tanpa menatapnya. Pandangannya lurus pada Dominique yang masih bercuap, padahal tak sekata pun ia mendengarkannya.

"Aku serius, aku ingin bicara denganmu."

"Sepenting apa tepatnya?" Kali ini Angeline mengalihkan pandangannya pada Leon, ditatapnya bola mata Leon.

"Mungkin ini tak penting untukmu-"

"That's why-"

"Aku tidak peduli!" Leon sedikit kesal dengan Angeline yang memotong perkataannya.

Hari ini Angeline benar-benar berubah. Leon melihat Angeline menangis di kamar mandi umum wanita sebelum ia memasuki ballroom. Angeline tak pernah ia lihat menangis, bahkan tak terbayang hal apa yang dapat membuat gadis itu menangis. Angeline hari ini benar-benar mengabaikannya, padahal kemarin mereka baik-baik saja. Leon yakin tak ada kata yang salah yang ia ucapkan kemarin. Angeline banyak terdiam dengan pandangan kosongnya.

"Kita diijinkan meninggalkan ballroom untuk ke kamar mandi, aku akan menunggumu di luar, terserah kamu mau atau tidak, aku tak akan kembali sebelum kamu datang." Leon lalu berjalan menjauh menuju pintu, berbicara dengan penjaga pintu lalu keluar.

PIERCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang