langit biru dan awan yang saling berkejaran, mengingatkan Orion pada pencariannya. Semua usahanya selama ini tidak sia-sia karena akhirnya dia bisa bertemu dengan Andromeda, mempertemukannya dengan Ellen dan bertemu dengan Ares juga.
Ahh dream comes true.
Kemudian Orion merasakan kepala menyentuh pundaknya. Andromeda yang duduk disebelahnya sudah terlelap sementara pesawat melaju dengan konstan. Di lengan Andromeda, buku berwarna senada dengan langit tergenggam erat. Orion tidak lagi penasaran dengan apa yang ada didalamnya karena dia sudah hatam membaca semuanya.
Setelah itu ia paham. Semua kebencian yang Andromeda utarakan adalah ketidak mengertiannya. Andromeda hanya merasa semesta membencinya dan mengutuknya sehingga membuatnya hidup bersama monster yang ia sebut Ares.
Semua kenakalan yang Andromeda lakukan hanyalah keinginan ia dimengerti. Layaknya dia mencoba mengerti semesta yang tak pernah memberinya sosok ibu peri, Andromeda ingin Ares mengerti akan keinginannya, mengerti akan pandangan Andromeda tentang dunia yang terkadang berbeda dengan Ares.
Setidaknya hanya itu yang Orion pahami. Maka saat Andromeda berteriak kepadanya, dan bertingkah seolah ia membencinya, Orion hanya ingin mencoba memahami Andromeda. Terus begitu yang Orion lakukan bahkan ia lupa untuk mencoba memahami dirinya dan keinginannya.
Bahkan ia lupa bahwa pesawat sudah landing.
"Masih belum tidur juga?" Andromeda membuyarkan lamun Orion, dan entah mengapa yang bisa dilakukan Orion hanyalah tersenyum.
Andromeda bergegas keluar, tak sabar ingin menjatuhkan badannya di kasur kesayangannya. Bertemu dengan Lappie-laptop biru laut yang berisi seluruh hidupnya, tak sabar bertemu dengan Ares.
"Kita berpisah disini, dah!" Ucap Andromeda setelah mereka dipintu bandara. Dengan ringan Andromeda hanya berpamitan seperti itu.
"Eh? Ellen memerintahkanku untuk ikut denganmu, katanya dia jemput dirumahmu." Sanggah Orion menahan langkah Andromeda.
"Apa-apaan?" Muka Andromeda seolah kesal, tapi Orion tau dalam hatinya, dalam buku biru lautnya Andromeda menuliskan ingin sekali bertemu ibunya.
"Aku sedang tidak ingin menerima tamu, kamu dijemput disini aja!" Sambung Andromeda.
"Ann-"
"Jangan panggil Ann!" Sentaknya.
"Kamu tidak perlu menjamu aku dan mamah, kita ini bukan tamu, kita keluarga." Ucap Orion, sementara Andromeda tidak bergeming dalam beberapa detik.
"Kalau gitu, kamu yang bayar taxinya." Ucap Andromeda yang berjalan keluar disusul dengan Orion.
***
rintik hujan menemani perjalanan keduanya. Andromeda membuka kaca jendela pelan, lalu menciumi bau tanah yang basah terkena air hujan. Dedaunan berjatuhan diatas taxi yang melaju dengan kencang karena jalanan sangat sepi.
"Aku suka tempat ini, sejuk, sepi, begitu tenang." Orion memecah keheningan.
"Tapi kau sulit mendapatkan apapun disini." Ucap Andromeda.
"Itulah mengapa di Kota begitu ramai bukan? karena mereka pikir tidak bisa mendapatkan apapun ditempat ini."
"Sort of."
"Kau bisa tinggal bersama kami di kota." Ucapan Orion ini membuat Andromeda megalihkan pandangannya pada Orion.
Orion menelan ludah, takut perkataannya salah. Tapi yang dilakukan Andromeda justru sebaliknya, dia tersenyum, sangat manis dengan matanya yang menjadi sayu.
"Meski demikian aku suka tempat ini, disini aku merasa... pulang." Ucap Andromeda, memelan saat mengatakan kata pulang.
kemudian matanya memadar, memandang jauh entah kemana. Orion menatapnya menduga-duga, ia simpulkan Andromeda sedang melakukan perjalanan masa lalu. Lalu mata Andromeda berbinar, menatapi pepohonan disepanjang jalan dengan senyum diwajahnya.
Kemudian pepohonan itu mengantarkan mereka menuju sebuah pos, Andromeda turun sebentar melihatkan identitasnya lalu mereka dipersilahkan masuk. Memasuki perumahan dengan bentuk rumah seragam, komplek militer.
Dan senyum Andromeda memudar saat mereka sampai dirumah terpojok, dimana rumah itu tak lagi damai seperti dulu. Kerutan dihalisnya tampak saat melihat banyak orang dihalaman luar rumahnya. Segera Andromeda berlari keluar dari taxi dan menghampiri Edlyn , satu-satunya orang yang ia kenal disana.
Setelah membayar taxi Orion menyusul Andromeda yang sudah lari terburu-buru. Sebelum sampai tubuhnya lebih dulu dirangkul, dipeluk dengan sangat erat dengan isak tangis. Orion mengadahkan kepalanya, melirik siapa yang memeluknya.
"Ma, ada apa?" Tanya Orion mengetahui Ellen yang memeluknya.
"Maafin mamah Oin, Mama benar-benar menyesal belum sempat buat kamu bertemu dengan Ayah kamu."
Lalu semuanya menjad gamang.
Orion tak dapat lagi mendengar tangis siapapun.
Pandangannya kabur, semuanya bias.
Lalu dadanya terhimpit, sangat sesak hingga dia sulit berkata kata.
Sesuatu mencekatnya sangat dahsyat.
Dia mengingat rasanya jantung itu berhenti berdetak oleh pedangnya,
Begitu pula si Boss tukang jagal yang tak lagi bernafas.
Kemudian rintik hujan yang tak kunjung mereda.
Semuanya jelas, sedari tadi mereka hanya mengantarkan Ares pada kematian.Mata Orion memanas, lalu airmata itu menderai dengan deras menyaingi rintik hujan.
Pencarianku sia-sia
Aku menghabiskan seumur hidupku untuk ini, untuk bertemu Ares.
Dan rasanya sangat sesak, semua ini terlalu menyakitkan. Teriakannya tak terdengar, Orion merasa sia-sia dan hampa. Dirinya belum sempat merasakan kasih sayang seorang Ayah.
Lalu kenyataan menamparnya, semua kini terlihat jelas. Semua airmata itu, semua rintik hujan yang jatuh. Pecah tangisan kini terdengar, dan Orion meringis, seegois itukah dia?
dan diambang realita dan fantasi ini Orion berlari mencari keberadaan Andromeda. Memadarkan pandangannya kesetiap halaman, sudut-sudut rumah, setiap celah ruang. Dan dia menemukan Andromeda di atap yang buat menjadi sebuah kamar. Menatap jendela yang mengantarkannya langsung pada halaman rumah dimana orang-orang berkumpul.
"Ini semua omong kosong." Andromeda mengadahkan pandangannya pada Orion yang masih di ambang pintu, ragu untuk masuk.
Orion menatap mata itu kini tak tau apa maksudnya. Seperti kemarahan, kerinduan, kesedihan, bahagia, semua campur aduk. Tidak ada airmata sedikitpun keluar dari matanya, Orion tak bisa mengartikan ekspresi muka Andromeda kali ini.
"Ann-"
"Jangan menatapku penuh iba." Ucap Andromeda masih tenang, tapi ketenangan itu justru yang Orion takutkan.
Orion menggigit bibirnya menahan isak tangisnya, rasanya tabu memeluk Andromeda kali ini.
"Dia akan segera pulang." Sambung Andromeda.
"Dia sudah pulang Ann, meninggalkan kita." Ucap Orion
dan Andromeda tersenyum lalu menggeleng, "Semua ini omong kosong, dia akan segera pulang."
Lalu Andromeda kembali menatap jendela, menyalakan pematiknya, mengeluarkan rokok dari laci meja belajarnya dan membakarnya dengan tenang, menghisapnya perlahan, menyalakan lagu dari tapenya, lalu bergumam sembari menggoyang-goyangkan badannya.
Semua dilakukannya dengan tenang, dan itu membuat Orion paham bahwa ada badai dibalik ketenangannya. Saudaranya itu sangat kacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
PIERCE
AdventureAngeline Pierce. Dua kepribadian yang berbeda. Angeline Pierce Andromeda adalah gadis yang dibesarkan keras oleh seorang Ayah Agen Intelejen yang dulunya seorang Jendral prajurit perang. Membuat dirinya menjadi pemberontak karena tidak nyaman dengan...