13. Pemburu Perkasa di Langit Malam

2.5K 202 9
                                    

Bulatan-bulatan papan berwarna warni itu penuh ditancapi anak panah ditengahnya dengan point 100. Si Kembar Max dan Greg memang senang pamer keahlian dalam memanahnya.

Sret.
Kebasan kilat anak panah itu menyambar disela-sela rambut Angeline yang sedang berlatih pedang dipinggir arena panah. Angeline mendelik kesal, sedari awal Angeline masuk kedalam tim memang mereka berdualah yang paling sering menjahilinya.

Bahkan pernah sekali saat makan malam mereka dengan tega menaburi mesiu di teh hangat milik Angeline. Entah dengan kecerdasan mereka dalam waktu beberapa detik teh yang berada digenggaman Angeline itu meledak dan membuat wajah Angeline merah padam tersiram teh panas.

Disitulah Angeline pertama kali melihat Owen marah. Dia menembakan senapannya bebas. Dor! Pelurunya melesat bebas kelangit-langit ruangan. Dengan cara itulah Sikembar bisa berhenti tertawa. Lalu mereka dihukum dengan tidur diluar pohon apel dengan kaki mereka digantung semalaman penuh.

Tapi bukan sikembar namanya jika masih berulah.

"Hahaha Jackpot Greg!" Tawa menyebalkan keduanya menyumbat kuping Angeline. Angeline mendelik sabar dengan tersenyum.

"Sorry Piercess, rambut hasil ditata oleh penata rambut kelas dunia mu itu harus terkotori oleh anak panahku yang nakal." Ucap Greg dengan Max disebelahnya yang pura-pura menahan tawa. Lalu keduanya kembali tertawa terbahak-bahak.

srek... Brug!

Papan panah mereka terpintal, dengan pedang Angeline menancap tepat ditengah-tengah point 100 membelah dua anak panah Greg yang tertancap disitu. Membuat keduanya berhenti tertawa dengan mulut menganga.

"Sorry twins, papan pamermu itu terpintal. Akan aku ganti dengan yang baru okay? Maafkan pedangku memang ambisius, padahal aku sama sekali tak pernah mengajarkannya untuk jadi pendendam." Ucap Angeline membalas ejekan sikembar.

Mereka masih menganga. Tak percaya ada seseorang yang mampu memecahkan rekornya bahkan tanpa posisi kuda-kuda, dari keadaan miring dengan papan panahnya. Dan orang itu Angeline, atau lebih dikenal Pierce atau mungkin Piercess jika di sini.

"Eat That!" Daniel yang baru datang menyaksikan kejadian tadi tertawa renyah membuat sikembar kembali menekuk mukanya.

***

Waktu berlalu secepat anak panah sikembar yang tiap sore menjelang malam diarahkan pada papan panah dengan lagaknya. Tapi ada yang berubah dari keduanya, mereka tak lagi mengusik Angeline. Bahkan untuk berkata Piercess saja mereka sungkan.

Angeline sedang duduk dipadang rumput saat keduanya datang menghampiri Angeline.

"Hay. Pierc....e!" Ucap Max duduk disebelah kanan Angeline dan Greg duduk disebelah kirinya.

"Okay, Twins permainan bodoh apalagi ini? Aku sedang malas bermain." Ucap Angeline mendengus.

Keduanya tersenyum lebar menyaingi bulan sabit dilangit malam itu. Lalu keduanya masih saling membalas tatap.

"Kita mau berdamai." Ucap Greg dan Max mengangguk mengiyakan.

"Tak ada tipuan?" Tanya Angeline berjaga-jaga untuk serangan sikembar yang sewaktu-waktu bisa mematikan itu.

"Haha Pierce ayolah! Kita mengaku kalah." Ucap Max.

"Kita selalu menganggumu karena kita tak mau kau berada di tim kami, kau sebuah kelemahan. Tapi aksimu itu sangat memukau saat kau menjatuhkan papan panah kami." Ucap Greg,

mereka terlihat lucu saat berkata bergantian dan saling melengkapi kalimat-kalimat seolah sudah direncanakan sebelumnya.

"Kita bertahun-tahun belajar memanah tak satupun papan yang bisa kami jatuhkan." Ucap Max.

PIERCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang