4. Pencobaan Melarikan Diri

3K 281 7
                                    

"Nanti disana akan ada ajudan Ayah yang menjemputmu."

"Bagaimana aku akan tau Yah?"

"Bagaimana kamu akan tau? Tentu kau akan mengenali seseorang yang memakai pakaian tentara sembari membawa papan nama Angeline."

Angeline perlahan memasuki pintu keluar. Pakaian tentara dan papan nama itu? Tentu saja Angeline dapat melihatnya dari sela-sela kerumunan orang.

Tentu tak ada pikiran bagi Angeline untuk menghampirinya kan? Otak cerdiknya itu berputar cukup keras. Untuk orang ranking 28 dari 30 siswa dikelasnya itu Angeline butuh seluruh waktu penerbangan untuk memikirkan caranya menghindari pencucian otak militer itu.

Aha! Bohlam lampu keluar diatas kepala Angeline. Pencerahan, tentu Ia baru bisa mendapat pencerahan.

Kabur! Aku harus kabur!

Dengan lihai Angeline memakai kembali penutup kepala hoodie kesayangannya itu. Untuk kabur dan bersembunyi? Angeline jagonya, dia tak perlu gugup susah payah melakukannya.

Dengan lihai Angeline berjalan santai melewati Ajudan Ayahnya itu. Hoodienya memang sempurna menutupi wajah dan fisiknya, sempurna.

brug.

Kayu berukuran 100x30 cm jatuh tepat dikakinya. Ada tulisan Angeline Pierce disitu.

Shit. Seolah peramal Olympus sudah meramalkan Andromeda yang masuk sekolah militer, dan hari ini langit mengabulkannya.

"Maaf Nona, saya tidak sengaja." Ajudan itu menurunkan badannya untuk mengambil Papan Namanya. Bukankah tidak sopan jika Angeline tidak membantunya?

Angeline dengan sumpah serapahnya ikut membungkuk mengambil lebih dulu papan nama di kakinya itu.

"Iya tak apa-apa." Ucapnya memberikan papan nama itu. Tangannya sibuk menarik-narik penutup kepalanya agar Ajudan tak mengenalinya.

"Angeline? Angeline Pierce?" Tanya seorang Ajudan lainnya yang berada di sisi lain Angeline. Dia menarik tutup kepala Angeline sehingga yang lain pun dapat mengenali Angeline.

Shit.

"Ah? Angeline Pierce? Saya yakin muka seperti ini memang pasaran hehe."

Tanpa aba-aba pasukan berseragam tentara itu langsung mengambil carrier yang di gendong Angeline, yang lainya mengunci tangan Angeline di belakang agar dia tak bisa kemana-mana.

Ares sudah mengingatkan pada para bawahannya itu kalau Angeline mungkin saja akan kabur, dan dia pasti memberontak. Maka mereka sudah mempersiapkan untuk ulah-ulah Angeline. Pengawasan ketat di setiap pintu keluar, setiap mata-mata yang mengikutinya dari awal. Semua di persiapkan untuk hal paling kecil. Tak ada celah setitik jarum pun.

Tapi Angeline sering berkelahi disekolah, keadaan seperti ini biasa di hadapinya. Dengan lihai Angeline menjuruskan tendangannya. Saat tangannya sudah tak terkunci pukulan dilayangkannya. Dan secepat mungkin dia berlari.

Angeline dengan lihai meliuk-liuk ditengah keramaian. Memasuki celah-celah kecil dianrtara kerumunan. Teriakan prajurit dan decitan sepatunya terdengar dimana-mana.

"Angeline berhenti disitu! Ini perintah." Teriak prajurit.

Tawa Angeline menggelegar, dia terus berlari mencari kebebasan. Perintah? Sejak kapan Angeline mematuhinya?

***

Bandara sore itu menjadi kacau. Banyak tentara berlarian, entah untuk apa tapi Angeline Pierce Orion memilih untuk tidak peduli.

Dor!

Tembakan melesat kelangit, tembakan peringatan. Angeline bergidik, pastilah penjahat itu sangat berbahaya. Bahkan puluhan tentara dibuat repot olehnya.

Angeline sedikit panik, ingin segera dia bertemu utusan Dominique yang membawa papan nama atas namanya. Utusan Dominique yang disuruh menjemputnya.

Tiba-tiba seseorang menarik tangannya kebelakang lalu memborgolnya. Angeline benar-benar terkejut.

"Angeline, cukup cerdik untuk mengganti pakaianmu. Tapi kami dididik dengan intelegensi tinggi."

Angeline menoleh, seorang prajurit yang tadi berlari sekarang ada dibelakang, memborgol tanganya.

"Hey apa-apaan? Lepaskan tangan mu." Angeline coba memberontak.

Seseorang lagi datang padanya, sama menggunakan seragam lengkap tentara.

"Angeline Pierce, ini perintah. Kamu harus ikut kami."

Mereka tidak bercanda tentang kekerasan Dominique.

***

Bersembunyi, Angeline lelah berlari. Kini yang Ia lakukan hanyalah bersembunyi dibalik limousine putih.

Jantungnya berdegup kencang seraya decitan sepatu ceko semakin lama semakin mendekat.
Tidak, ini tak boleh berakhir tragis!

Tapi Angeline sudah lelah berlari. Sia-sia saja usahanya, pasukan militer itu dilatih untuk menang apalagi melawan kutu kecil sepertinya.

Fiuh. Angeline pasrah, memang tak ada kesempatan baginya untuk menikmati masa mudanya.

ckrek. Pintu mobil terbuka, seolah menawarkan surga baginya.

"Angeline Pierce? Aku menunggumu di pintu keluar tadi."

Bahkan Ajudan ayahnya bisa menyamar memakai jas putih dan limousine. Sungguh tak ada kesempatan baginya.

PIERCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang