3. Mitos

3.8K 315 5
                                    

Polusi udara, asap knalpot semua berubah menjadi pepohonan hijau. Daun rindang sejauh mata memandang.

Untuk menuju bandara memang harus hijrah kekota sebelah dan melewati pedesaan. Begitu setidaknya jalan yang di tempuh Ares untuk mengantarkan anaknya sekolah militer.

"Apa Ayah tak pernah berfikir kalau aku akan mengacau disana?" Pepohonan rindang itu teralihkan oleh wajah Ayahnya.

Sebisa mungkin Angeline harus membatalkan keberangkatannya. Sebisa mungkin dia harus kabur dari neraka tak berujung itu. Sekolah militer? Tak ada tempat untuk pemberontak sepertinya disana. Akan ada ribuan Ayahnya yang berceramah ala militer dan hukuman-hukuman fisik lainya.

Menghadapi Ares saja Angeline sungguh tak sanggup. Baginya kodratnya sebagai wanita bukan disana.

"Mereka punya Tank, Machine gun, berbagai senapan laras panjang hingga pendek, jarak jauh hingga dekat, granat, rudal yang siap di bidik padamu bila kamu mengacau. Apa yang harus Ayah takutkan?" Balas Ares singkat. Cukup membuat tubuh Angeline bergetar dan menelan ludah susah payah.

"Mereka... mereka tidak akan melakukan itu pada anak mantan Jendral kan Ayah?" Ucap Angeline ngeri membayangkannya.

"Bisa saja jika Ayah yang memerintahkan."

Angeline lagi-lagi kesusahan menelan ludah. "Ayah tidak akan melakukan itu kan?"

"Haha kamu ketakutan Angeline? Pemberontak ini ketakutan?" Ares menggoda yang membuat Angeline panas.

Tidak, Ayahnya tidak boleh menebak ketakutannya. Ayahnya tidak boleh menemukan ancaman yang dapat menghentikan ulahnya. Itu jelas mimpi buruk bagi Angeline.

"Harusnya Ayah yang ketakutan akan kehilangan bocah mungilnya ini." Angeline meninggikan dagunya sembari membuang muka. Meninggikan harga dirinya yang terancam jatuh.

"Haha satu-satunya yang Ayah khawatirkan adalah kerinduan akan panggilan BK atas ulah-ulahmu. Kau akan benar-benar kehilangan jiwa liar mu Angeline."

***

Mudah bagi Ellen untuk mengantarkan puterinya menuju bandara. Karena memang, rumah mereka berada di kota dimana Bandara sudah di bangun.

Tapi tetap saja, sama halnya seperti Andromeda, ketakutan juga melanda Orion.

Sekolah Model Dominique terkenal keras dalam mendidik siswa-siswanya. Dominique dikenal tak segan-segan menghukum siswa yang melanggar dengan tidur diluar atau bahkan dengan hukuman kerjaan Rumah yang akan merusak kuku-kuku para model.

Kedisiplinan menjadi no.1 diatas kecantikan disana. Segala aturan melebihi aturan-aturan yang dibuat oleh mamahnya, Ellen.

Hih. Angeline bergidig membayangkannya.

"Jangan buat malu mamah ya sayang."

Mereka sudah sampai di Bandara. Sepanjang jalan Ellen menyemangati anaknya yang dia tau sangat ketakutan itu.

"Dominique itu hanya manusia, yang harus kamu takutkan adalah membuat Mamah kecewa." Ucap Ellen lagi.

Angeline menarik nafas dalam. Semua ucapan mamahnya malah menambah ketakutannya.

"Mah boleh aku minta satu hal ke Mamah?" Tanya Angeline.

"Apapun itu sayang."

Bisakah Mamah terima aku sebagai diri aku sendiri?

Tidak, tidak mungkin Angeline mengucapkan itu pada Mamahnya. Itu benar-benar akan mengecewakannya bukan?

"Bisa Mamah jemput aku di Bandara lagi saat pulang?" Ucap Angeline manis.

PIERCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang