2. Angelina Pierce Orion.

4.2K 316 6
                                        

Fashion Show yang di gelar di tengah kota itu sangat meriah. Bendera warna warni menghiasi sepanjang jalan. Banyak Model Dunia yang mendatanginya.

Seorang gadis jalan melenggok diatas Catwalk. Gaun biru dengan jubah panjangnya sangat pas dibadannya.

"Anak itu sangat cantik."

"Dia lebih suka dibilang tangguh ketimbang cantik."

Seorang pemuji menoleh pada si sok tahu itu. Ternyata.. orang disebelahnya memang lebih tau segala hal.

"Ellen? Ellen Pierce. Senang bertemu denganmu." Si pemuji menjulurkan tangannya.

Ellen tersenyum manis menerima jabatan tangan. Usianya yang tak lagi muda tak berhasil mengeluarkan kerut diwajahnya. Ellen masih sangat cantik seperti dulu.

"Ellen Winona, Sudah 16 tahun aku tak lagi menggunakan nama Pierce." Ucap Ellen.

"Oh iya tentu saja, Maafkan aku sungguh. Sangat terhormat dapat melihat puterimu tampil Ellen."

"Tidak, tapi kehormatan bagiku dapat dipuji oleh Dominique Feery. Pemilik sekaligus Kepala Sekolah Model University yang mengeluarkan banyak Model Top Dunia. Aku sungguh ingat muka itu." Ucap Ellen lalu keduanua tertawa. Sungguh mereka saling menghormati satu sama lain.

"Ellen, suatu kehormatan bagiku jika Pierce mau ikut sekolah model summer break ini."

"Haha pasti aku butuh merogeh kocek yang banyak untuk itu right?"

"Tidak, Ellen tentu saja tidak. Aku sangat senang jika bisa memberikan yang terbaik untuk anakmu. Tanpa membicarakan nominal Ellen, anakmu sungguh berbakat."

Ellen tersenyum arogan, model manapun tau betapa arogannya sifat Ellen. "Tentu, seperti Ibunya."

Dominique lalu memberi kartu namanya pada Ellen, berharap besar si Arogan ini mau menurunkan sedikit gengsinya untuk menyekolahkan Anaknya di Sekolah Modelnya.

"Aku juga punya anak lelaki seumurnya, aku sangat senang jika mereka berkenalan." Ucap Dominique.

"Aku tak bisa bayangkan jika kita menjadi besan Dominique." Balas Ellen tersenyum lagi.

"Kita tak perlu banyak membayangkannya."

Ellen tersenyum lebar. Ke aroganannya luluh seketika. Orang-orang benar, Dominique punya tatapan tajam yang mengendalikan. Tapi orang tak benar tentang pernyataan Dominique yang sangat keras dalam mengkritisi.

"Senang berbicara denganmu Dominique, aku pastikan anakku mendarat tepat di kotamu Summer Break ini."

"Senang berbicara denganmu juga Ellen, Aku pastikan aku sendiri yang menjemput anakmu. Maksudku jika aku tidak sibuk okay."

Haha.

Keduanya tertawa akrab. Dominique senang dapat mencuri hati Ellen, ada kesempatan baginya untuk menjodohkan anaknya.

"Aku harus mengunjungi Fashion Show lain di ujung kota." Dominique pamit.

"Okay, sampai jumpa lagi."

"Okay. Ellen, kamu tak searogan yang mereka bicarakan."

Keduanya lalu melambaikan tangan. Dan Dominique menghilang ditelan kerumunan orang.

***

"Model University? Mah tapi-"

Mobil itu melaju pulang. Ellen selalu menjadi Asisten, supir, pelindung, Ayah sekaligus Ibu bagi Angeline Pierce.

"Mamah sudah mengiyakan Angeline, kamu tau kan kalau Mamah selalu memegang omongan?"

"Tapi Mamah sendiri tau kan kalau Dominique mendidik siswanya sangat keras? Aku hanya tak yakin-"

"Angeline, kau selalu bilang bahwa kamu tak ingin orang lain menyukaimu karena kamu cantik kan? Kamu juga selalu ingin dikagumi sebagai gadis tangguh kan? Ini jalan untuk kamu mewujudkan impianmu."

Angeline membuang nafas keras hingga terdengar. Percuma, Angeline selalu merasa sia-sia jika mengungkapkan keinginannya.

Liburan ini teman sekolahnya sepakat akan pergi ke pantai, dan Angeline sudah mengiyakannya.

Tapi Angeline Pierce Orion berbeda jauh dengan Andromeda. Dirinya bukan pemberontak, bahkan saat dirinya tak ingin menjadi modelpun dia tak pernah mengutarakannya.

Hingga Ellen selalu berpikir ini kemauannya. Mamahnya selalu berpikir Angeline bahagia dengan kehidupannya. Padahal Angeline hanya ingin bebas, pergi bermain bersama sahabat menggunakan jeans dan snikers.

Mobil berhenti sesampainya didepan rumah. Angeline perlahan membuka pintu mobil hendak keluar.

"Lagipula Dominique punya anak cowok seusiamu. Kamu pasti menyukainya." Ucap Ellen sebelum Angeline keluar.

Angeline menoleh wajah Mamahnya sebentar, kemudian tersenyum dan mengangguk. Begitu, cukup untuk tidak melukai hati Mamahnya yang dengan amat tangguh membesarkannya sendiri. Sekaligus menjadi tulang punggungnya.

"Jangan lupa jam 7 malam ada acara dinner sama rekan Mamah, pakai baju yang kemarin diambil di butik. Setengah Jam lagi mandi, dan rambutmu-"

"Ya Mah, ini waktunya untuk facial- eh perawatan rambut ya? Tentu aku tak lupa."

Ellen mengusap rambut lembut Angeline. "Sejam lagi penata kukumu datang."

Angeline tersenyum manis. "Tentu Mah, aku ingat semua jadwal hari ini."

Angeline lalu berjalan keatas menuju kamarnya. Mencopot hills yang sangat mengganggu jalannya sedari tadi. Membuka resleting baju ketatnya.

Fiuh. Akhirnya dia bisa bernafas lega. Mungkin hanya dikamar ini dia bisa bernafas lega. Mendapatkan semua kehidupannya.

Andai membahagiakan Mamahnya tak sesulit ini.

Angeline Pierce Orion, hidup penuh aturan dan Jadwal. Tak satupun yang ia ingkari, meski hatinya sungguh letih menjalani kehidupan yang bukan dirinya.

Mau bagaimana lagi? Mengecewakan hati Ellen adalah hal paling pantang dilakukan olehnya.

Cukup Ayah yang melukai Mamah, Tak boleh ada lagi luka yang dirasakannya!

PIERCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang