35. Teman

1.5K 155 16
                                    

Matahari belum berada diatas kepala. Hangat-hangat terasa sedikit menyengat. Dilihatnya lagi jalan panjang tak berujung, lalu pundaknya terasa sangat pegal. Detik kemudian Orion merebahkan badannya dijalan.

"Ah sumpah aku tidak kuat!" Rengeknya.

Karena mobil Roya mogok parah dan harus di perbaiki ke bengkel, mau tak mau Andromeda dan Orion harus menempuh 7km perjalanan menuju bandara dengan berjalan kaki.

Sebenarnya Roya meminta mereka menunggu sebentar dan dia mencarikan mobil yang bisa dipinjam untuk mengantar mereka, namun Andromeda menolak. Ingin olahraga, pintanya. Kemudian Orion menekukan wajahnya, perjanjian membawa carrier ke bandara olehnya belum berakhir.

"Tuhkan, kamu menyusahkan saja." Balas Andromeda, menarik Orion untuk kembali berjalan.

"5 menit." Pinta Orion, Andromeda melirik jam tangannya.

"Setengah menit, atau kita ketinggalan pesawat."

Maka waktu itu Orion manfaatkan untuk meneguk air minumnya, melepaskan carriernya dan berteduh dibawah pepohonan rindang. Dan saat Andromeda memberitahu bahwa waktunya habis, Orion bergegas bangkit menggendong kembali carriernya dan berjalan.

"Boleh pinjam handphonemu?" Tanya Andromeda.

"Sejak kapan meminta izin dahulu?" Timpal Orion, mengingat sebelum-sebelumnya Andromeda selalu seenaknya mengambil handphonenya itu.

Tapi ketimbang membalas pertanyaan Orion, Andromeda yang sudah menerima handphone Orion sibuk mengetik no. tlp lalu menempelkan handphone itu di telinga kanannya.

"Telpon siapa?" Tanya Orion, sementara mereka masih berjalan dengan lambat.

"Ares." Balas Andromeda singkat, sementara Orion langsung berbinar, bola matanya membulat. Dia lalu berjalan cepat dihadapan Andromeda dan berhenti, membuat langkah Andromeda ikut terhenti.

"Boleh aku ikut dengar suaranya?" Tanya Orion antusias.

Andromeda mematung seketika sekonyol itukah dia mau mendengar suara Ares? Dan yang Andromeda lihat masih wajah antusias Orion. Dengan polesan make-up seperti orang dewasanya, namun tingkahnya sangat kekanak-kanakan, dan Andromeda merasa Orion sangat menggemaskan. Andromeda menahan tawanya, tidak mau terlihat dia peduli dengan wajah antusias saudaranya itu.

Tapi tanpa disangka, Andromeda menekan tombol handsfree.

tutt..tutt..tutt..

kemudian mati.

Disebrang sana tidak ada yang mengangkat telponnya.

Andromeda kembali menelpon telpon rumah mereka, berharap ada yang mengangkatnya. Namun lagi-lagi seperti tadi. Dan ini bukan hal yang biasa.

"Aneh, Ares ga biasanya mengabaikan telpon rumah." Ucap Andromeda.

"Mungkin Ayah lagi ga dirumah?"

"Aku sudah mencoba menelponnya malam kemarin, lalu subuh tadi, dan sekarang, tetap tidak diangkat. Dia tidak pulang berarti." Ucap Andromeda

Orion memicingkan matanya, benar kan? sebelumnya menggunakan  handphoneku tanpa izin.

Lalu Andromeda kembali memijit no. telepon, kali ini bukan telepon rumah, melainkan telepon pribadi.

"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi atau berada di luar..tutt" Andromeda langsung menutupnya. Dan masih tidak aktif.

"Kamu rindu dia ya?" Tanya Orion.

Andromeda yang menutup telpon yang tak diangkatnya itu langsung memberikan kembali handphone milik Orion. Langkahnya terhenti, matanya menatap tajam Orion. Kepalanya sedikit mengangguk, namun ucapannya tidak.

PIERCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang