20. Pengakuan Andromeda

1.9K 185 34
                                    

Jantungnya berdegup kencang. Ketakutannya kini melahapnya perlahan demi-perlahan. Setetes demi setetes peluh mengucur dari pelipisnya.

"Kamu? Ngapain kamu disini?" Ethan masih memerhatikan wanita dengan gaun merah muda dihadapannya. Meskipun wajahnya di poles dengan make up, rambutnya di tata rapi, Ethan tetap saja tidak bisa melupakan wajah musuh bebuyutannya itu.

Angeline mencoba tenang, menarik nafas dalam, mencoba berpikir jernih.

"Tunggu, anda siapa? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" Kata itu terucap dari hasil pemikiran susah payah Angeline Pierce Andromeda.

"Halah, sosoan baku ucapanmu! Apa yang kau lakukan disini? Ah aku tau.." Ucap Ethan memberikan jeda dalam ucapannya. Dan Angeline bagai tawanan yang sudah berdiri di papan lompat bajak laut, siap dihempaskan ke lautan luas bila saja dia salah bertindak.

"Kamu pasti menyusup ya?" Ucap Ethan.

Susah payah Angeline menelan air liurnya. Mati sudah aku Mati!

"Apa yang kau bicarakan Ethan? Kau mengenalnya?" Tanya Dominique mengakhiri perdebatan ini.

sementara para soldier masih menerka-nerka apa yang dimaksud oleh Ethan ini. Mengapa Ethan bersikap tidak sopan pada Angeline? Mengapa mereka seolah sudah kenal sangat dekat? Dan dari sekian yang penasaran, Leon lah yang paling menautkan kedua halisnya tak mengerti.

"Ini rencanamu?" Bisik Geovani pada Irish.

"Tidak, tapi ini luar biasa." Ucap Irish tertawa menang.

Ethan melihat wajah Angeline lebih jeli. Sementara Angeline membuang muka berharap bedebah satu ini cepat-cepat musnah dari muka bumi.

"Kenal? Jelas aku mengenalnya. Dia.." Ethan menunjuk Angeline dengan lantang.

"Dia adalah kunyuk berandalan sekolahku dimana dia selalu berbuat ulah padaku, dia sialan itu yang membuat pita suaraku radang sehingga aku tidak bisa berbicara beberapa minggu."

Angeline hampir saja terpancing emosi sampai akhirnya ia ingat bahwa ia masih harus bersandiwara. Kunyuk berandalan dan sialan itu bukan dirinya. Dirinya hanyalan model lemah lembut anak Ellen Winona disini.

"Aku tak mengerti apa yang kau bicarakan, aku bahkan tidak mengenalmu." Balas Angeline.

"Cukup, Ethan! Kau harusnya tau siapa yang sedang kau hadapi ini. Dia, model dunia anak Ellen Wino-"

"Model Dunia? Haha kau bercanda Dominique?"

"Meskipun memang sekilas mirip, tidak kah kalian semua menyadari? Dia bukan Angeline Anak Ellen Winona yang di gembor-gemborkan model muda nan cantik itu. Dia hanyalah bedebah kecil anak seorang pengangguran yang tidak bisa mendidik gadis-"

"Cukup!" Angeline tersulut emosi saat Ethan mencoba menghina Ayahnya.

"Dia mungkin pengangguran, tapi dia jauh lebih baik dari Ibumu dalam mendidikku. Dia tak pernah mengajarkanku untuk menghina orang tua siapapun!"

Semua tercengang. Perkataan itu cukup untuk sebuah pengakuan. Bodoh! Dumbshit Angeline stupid!

Leon benar-benar tercengang. "Jadi.. selama ini kamu?"

"Oh tidak, maksudku.. dia sudah keterlaluan bukan? Siapapun itu.. gadis itu yang dia katakan bedebah kecil, kunyuk, atau apapun itu bukankah dia sudah keterlaluan?" Ucap Angeline.

"Begini saja, kenapa kita tidak coba akses sidik jari? Munkin dia mirip dengan Angeline anak Ellen, tapi kembar identik sendiri pun memiliki sidik jari yang berbeda, bagaimana kalau dia coba mengakses data Angeline Pierce menggunakan sidik jarinya?" Kali ini Irish bersuara. Tidak ada lagi jalan keluar untuk Angeline.

Lalu seketika ballroom menjadi riuh. Ada yang menyangkut pautkan dengan kejadian-kejadian Aneh yang dilakukan oleh Angeline Pierce. Ada yang setuju dengan ucapan Irish. Namun tak ada satupun yang berpihak pada Angeline. Sekalipun itu Leon, dirinya hanya berdiam diri memandangi wajah Angeline. Tanpa Angeline mengerti ekspresi apa yang ia berikan.

"Cukup!" Dominique bersuara mengehentikan kebisingan di ballroom itu.

"Aku tak suka penipu, aku tak suka penyusup. Apa kau mau mengakuinya?" Tanya Dominique menatap tajam Angeline.

"Tanpa test pun menurutku semuanya sudah sangat jelas." Ucap Dominique.

"Jika kau mau mengakuinya itu akan lebih baik, kau bisa mengikuti pembelajaran Model University taun depan. Kalau kau tidak mau mengaku, kita bisa melakukan test, jika membuktikan kau penipu, tiada ampun bagimu." Ucap Dominique.

Angeline menelan ludah susah payah. Tidak ada jalan keluar lagi baginya. Dia harus mengubur dalam-dalam kerinduannya pada Ayah.

Seketika wajah itu hadir dalam lamunannya. Wajah Ayahnya yang tersenyum saat membacakan cerita pengantar tidur saat Angeline masih kecil. Saat Ayahnya tertawa mendengar sendawanya saat makan eskrim bersama. Saat Ayahnya kecewa ketika Angeline berulah disekolah, ketika Angeline mendapat peringkat ke 3 dari belakang dikelas, ketika Angeline harus naik bersyarat.

Angeline terlalu banyak memberikan kenangan buruk pada Ayahnya, Angeline terlalu sering mengecewakan Ares.

Terlebih perkataan terakhirnya pada Ares. I hate you.

Angeline belum sempat mengatakan bahwa ia sangat bangga memiliki Ayah seperti Ares, bahwa ia sangat bahagia bisa tumbuh bersama Ares, bahwa ia sangat mencintai Ayahnya itu.

"Sudah kau ambil keputusannya Angeline?" Tanya Dominique.

Angeline membuka mulutnya sedikit. Semua peserta tertuju pada Angeline, menunggu celah mulut itu melontarkan sepatah duapatah kata. Mereka penasaran apa yang akan Angeline lakukan. Mereka juga penasaran apakah semua ini benar? Bahwa Angeline bukanlah anak Ellen? Bahwa Angeline hanyalah penyusup?

"Itu semua percuma bukan? Tidak pernah ada pengulangan tahun depan." Ucap Angeline.

Semuanya jelas kini. Para peserta menarik nafas dalam sebab terlalu lama menahan nafas menantikan jawaban Angeline. Kemudian kebisingan kembali terjadi. Cuap-cuap ocehan tentang Angeline kembali terlontar. Ethan tersenyum pada saat itu. Namun Irish tersenyum lebih lebar. Sementara Leon pergi meninggalkan ruang ballroom.

Ini semua cukup untuk sebuah pengakuan.

***
Pengakuan author,
Penjinakbom aka gingegana,

Yang pertama, aku senang.
Beberapa dari kalian masih antusias menunggu cerita ini. Komen komen kalian membuat rasa bersalahku membludak yang akhirnya memutuskan untuk melanjutkan cerita ini kembali.

Memutuskan? Ya, sebenarnya ada niat untuk menghentikan cerita ini karena aku sedang benar-benar bermasalah dalam menulis, bermasalah dengan membaca, entah apa yang terjadi sekarang. Namun setelah membaca komen kalian, dirasa sangat kejam jika aku menghentikannya tanpa menyelesaikan apa yang sudah aku mulai.

Yang kedua, akhir-akhir ini semangat menulisku kembali. Dan aku rasa aku akan menyelesaikan cerita ini.

Yang ketiga, aku masih sangat sedih, ada yang memanggilku dengan thor, oh plz baca bio ku terlebih dahulu:( atau ada yang memanggilku min, oh plz aku bukan OA gosip pemuas rasa penasaran kalian.

Aku akan senang kalian memanggilku dengan mons, untuk alasan yang tidak ingin aku jelaskan:).

Tapi terimakasih untuk tetap membaca, meninggalkan jejak untuk memberiku semangat. Memberitahuku bahwa kalian tetap ada disini, menanti, membuatku harus menyelesaikan cerita ini dan menebus rasa penasaran kalian.

PIERCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang