31. Takut

1.5K 144 0
                                    

Andromeda merobek selembar kertas dari buku biru lautnya, kemudian mengeluarkan pena dari pinggir carrier nya, lalu dirinya asik menulis list. Dengan tangan kiri yang menyumbat lubang hidung yang masih mengeluarkan darah, dan lengan kanan yang juga mengeluarkan darah akibat luka sobek, Andromeda sesekali berpikir, kemudian kembali menulis sesuatu.

"Ann, kita harus ke rumah sakit dulu, tangan kamu juga sepertinya luka serius."

Andromeda malah menyodorkan kertas yang tadi ditulisnya, lalu mengeluarkan sisa-sisa lembaran uang didompetnya.

"Kamu ke apotek di sebrang sana, berikan ini pada apotekkernya. Lalu ke penjual jus di pinggirnya, minta beberapa es batu masukan kedalam plastik." Ucap Andromeda mengerti kerutan yang ada sekitar haris Orion.

Orion memicingkan matanya, mencoba mengerti tulisan Andromeda yang lebih mirip dengan hujan itu. Mungkin apotekker tidak akan kesulitan karena tulisan dokter pun kiranya seperti ini.

"Povidone iodine, kasa steril, kapas-"

Andromeda memberikan kertas itu ke genggaman Orion dengan wajah kesalnya. "Lama! Pergi saja ke apotek di sebrang itu dan berikan ini pada apotekkernya."

***

Matahari sedang diambang horizontal dengan bumi, memancarkan jingga yang menciptakan suasana hangat. Semilir angin meniupkan dedaunan pohon mahoni. Dan dibawahnya Andromeda sedang bersandar, sembari tangan kirinya sibuk membersihkan luka sobek di lengan tangannya, dan mulutnya menggigit bandana untuk meredam rasa nyeri.

Orion ngeri dibuatnya, saat lengan baju yang sudah bersimbuh darah itu dibuka, luka Andromeda menganga sepanjang 7cm. Pasti terbaret oleh pisau yang digunakan salah satu tukang pukul tadi.

Orion membuang mukanya seketika, rasa nyeri ikut dirasakan padahal lengannya tidak terkena apa-apa. Mendengar Andromeda merintih walau teredam oleh gigitan pada bandananya, Orion merasakan air yodium mengenai luka itu, kemudian perutnya mual, dadanya ikut berdegup.

Ah ini sama seperti yang dirasakan waktu Owen membersihkan luka tembaknya sendiri.

Ah Andromeda memang mengingatkanku pada Owen.

Andromeda sudah melilit lukanya dengan bandana yang tadi ia gigit, lalu mengompres hidungnya dengan es batu. Kemudian dirinya merebahkan badannya dibawah pohon mahoni itu, memejamkan matanya, membiarkan semilir angin meniup-niup rambutnya.

"Ann lukamu bisa saja infeksi, sepertinya harus dijahit-"

"Aku baik-baik saja Orion." Andromeda menyanggah, tubuhnya masih terbaring, matanya masih terpejam.

Orion tersenyum kecil. Andromeda benar-benar keras kepala seperti Owen. Mereka pasti akan serasi jika bertemu, saling bertukar pikiran, bertukar pengalaman.

"Jadi sekarang kita bagaimana?" Tanya Orion membuat Andromeda membuka matanya, tapi tubuhnya masih terbaring.

"Istirahat sebentar," Lalu Andromeda melirik jam pemberian Troy, "5 menit lagi lalu kita berangkat."

"Kemana?" Tanya Orion.

"Pulang."

***

Matahari sudah tenggelam dengan sempurna, menampakkan kerlip bintang dan cahaya bulan yang samar-samar redup. Orion masih tidak mengerti apa yang sedang mereka lakukan. Alih-alih kembali menuju pelabuhan, mereka berdua malah berdiri di pinggir jalan seolah menunggu sesuatu.

"Ehm."

"Apa?" Baru saja  Orion berdehem pelan Andromeda sudah sensi menjawab.

"Eum.. bukankah kita akan ke pelabuhan?"

PIERCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang