Cast:
• Kim Jinwoo (Winner)
• Seo Jinsil
******
Jinsil povKuminum green tea yang sudah kupegang daritadi. Tanganku bergetar memegang gelas kecil itu. Mataku memanas lagi, ingin sekali aku menangis di hadapannya agar dia tahu betapa tersiksanya ku diperlakukan seperti ini olehnya.
"Jinwoo-ah" Panggilku, lagi lagi pria itu hanya berdehem. Ku eratkan tanganku di gelas green tea ku. Menahan air mata ku yang rasanya tak dapat kutahan lagi. Oh astaga, aku menarik ucapanku yang mengatakan aku ingin menangis di depannya. Aku tidak bisa.
Aku menoleh ke arahnya yang duduk persis di sebelahku, matanya dan tangannya sibuk dengan laptop nya. Sungguh, walaupun kami berdekatan tapi sebenarnya Jinwoo benar benar jauh. Dia jauh lebih dekat dengan pekerjaannya daripada denganku, pacarnya. Aku tersenyum miris menyadarinya.
Ku ambil tas kecilku kemudian bangkit dari sofa, tapi tiba tiba Jinwoo menahanku.
"Jangan pergi, temani aku disini" Ucap Jinwoo, aku tertawa mendengarnya.
"Menemanimu? Untuk apa? Aku bahkan seperti tak terlihat dimatamu! Ini melelahkan Jinwoo-ah!" Balasku sedikit meninggikan nada suaraku.
"Tapi Jinsil-ah, kita jarang bertemu, tak bisa kah?" Tanya Jinwoo. Aku melepaskan tangannya yang memegang tanganku.
"Maaf Jinwoo, kumohon rasakan jika kau di posisiku, aku hampir mati rasanya diperlakukan seperti ini. Kumohon... dan, aku butuh waktu" Jelasku, suaraku terdengar begitu bergetar ya tentu saja menahan air mata itu sangat sulit apalagi di hadapannya. Setelah itu aku berjalan keluar dari apartemenya. Setelah suara pintu apartemen Jinwoo yang terkuci terdengar, air mataku pun tumpah, aku tak dapat menahannya lagi. Berkali kali kuhapus air mataku tapi tetap saja turun sampai membuatku gila. Sudah cukup aku menangisinya, aku tidak boleh membuang buang air mataku. Sudah empat hari aku menangis karena perlakuannya, untukku itu sudah cukup. Lebih baik dia membentakku daripada mendiamkan ku. Setidaknya jika dia membentakku dia mengatakan alasan kenapa aku dibentak olehnya. Itu bisa menjadi cermin untukku. Tapi jika diam seperti ini.. ini terlalu kejam. Oh astaga, Kim Jinwoo kau begitu menyakitiku.*********
Author pov.Jinwoo menatap Jinsil yang kini sedang memakai sepatunya. Pria itu bangkit dari sofa hendak menghampiri gadisnya itu, namun naas pintu hitam itu sudah tertutup, kemudian suara tanda terkuncinya pintu itu pun terdengar menambah ketegangan Jinwoo. Pria itu takut jika gadisnya itu pergi. Pergi dari hidupnya.
Mata hitam itu terpejam diiringi umpatan yang keluar dari bibir pria itu. Kenapa dia bisa sedungu itu? Bahkan dia sudah mengalahkan dungu nya Keledai.
"Ugh, lagi lagi aku mengabaikannya. Apa harus dia pergi?" Gumam Jinwoo frustasi dengan sikapnya sendiri. Dengan cepat Jinwoo meraih ponselnya kemudian menghubungi gadisnya itu.
"Jinsil-ah..." Panggil Jinwoo. Syukurlah Jinsil masih mau mengangkat panggilan dari Jinwoo. Namun gadis itu hanya berdehem menanggapi panggilan Jinwoo tadi.
"Aku mengerti. Aku salah, tak seharusnya kau kuabaikan. Persetan tentang pekerjaan. Pertemuan kita jauh lebih penting, dan dengan bodoh aku hanya membuatmu menunggu ku aku tak tahu-"
"Kau sudah selesai bicara?" Tanya Jinsil di seberang sana, Jinwoo dapat mendengar dengan jelas suara gadisnya yang bergetar. Lagi lagi gadis itu menahan air matanya.
"Oh, ya, kurasa" Jawab Jinwoo.
"Jinwoo-ah, aku sudah mengatakan padamu, aku butuh waktu. Aku.."
Jinwoo mendengarkan dengan baik segala kata yang terdengar di telinganya.
"Aku butuh waktu untuk mempertimbangkan apa aku akan disisi mu lagi atau tidak" Sambung Jinwoo. Seperti tersambar petir, Jinwoo terdiam mendengar ucapan Jinsil. Sungguh brengsek. Pria itu merasa dirinya adalah pria paling brengsek yang ada di dunia.
"Oh kurasa tak ada yang perlu dikatakan lagi. Ok Jinwoo-ah aku akan menghubungi mu lagi-"
"Jinsil, tak bisakah kau tetap disisi ku?" Tanya Jinwoo. Tiba tiba sambungan terputus, ya, Jinsil yang telah memutuskan sepihak. Gadis itu sudah tak tahan dengan semua yang dikatakan Jinwoo.
Jinwoo menatap nanar layar ponselnya yang menampilkan fotonya dengan Jinsil. Saat itu adalah saat saat yang paling bahagia.
"Aku tahu kau memilih yang terbaik, Jinsil-ah" Gumam Jinwoo.*********
Jinwoo pov.Sudah dua minggu aku tak bertemu dengan Jinsil lagi. Aku merindukannya, kutatap gelas kecil yang ada di hadapanku. Entah ini gelas ke berapa yang sudah ku kosongkan, alkohol rasanya seperti sudah membakar tenggorokanku. Aku tersenyum. Ah sial, aku merindukannya.
"Tolong satu lagi" Ucapku ke bartender tak berselang lama minuman ku datang. Dengan cepat ku minum alkohol itu. Akh, aku akan mati sepertinya.
Tiba tiba ponselku bergetar, menandakan ada panggilan yang masuk. Ah sialan, siapa yang mengganggu ku?! Ku angkat panggilan itu.
"Hei brengsek, apa yang kau mau hah?!" Bentakku.
"Jinwoo-ah, ini aku"
Mataku melebar mendengar balasan itu. Itu.. Jinsil? Ah bajingan mulutku ini mengatakan kata kasar ke gadis ku itu.
"Maaf Jinsil, apa kabar mu? Kau baik baik saja kan?" Tanyaku langsung. Jujur, aku khawatir dengan keadaannya.
"Ya, hidupku baik Jinwoo-ah. Tapi aku menelfon mu karena aku.. ingin bertemu dengan mu"
Rasanya muncul pelangi indah di bar ini saat Jinsil mengatakan itu. Apa aku akan punya kesempatan untuk memperbaiki semuanya? Ku harap iya.
"Ya, tentu Jinsil-ah, bagaimana jika di restoran? Atau kapal?" Tanyaku.
"Tidak perlu Jinwoo-ah, aku akan ke apartemen mu besok pukul tujuh malam. Setelah pulang kerja" Jawab Jinsil.
"Ya baiklah, itu terserah padamu" Balasku dengan senyum yang tak kunjung luntur dari wajahku. Bahkan rasa mabuk ku hilang saat mendengar suaranya. Karena kufikir dia adalah Beautiful Hangover.
"Ok, sampai bertemu"
Sambungan telfon kami pun terputus. Ku ambil jas ku kemudian mengeluarkan black card ku dan memberikannya ke pelayan yang ada di bar itu.
"Aku harus memasakkan yang enak untuknya" Gumamku bersemangat.**********
Ku lihat jam dinding hufftt lima menit lagi. Ugh, kurasa aku hampir gila karena hanya menunggunya.
Tiba tiba terdengar suara pin apartemen ku yang sedang dimasukkan. Astaga, itu Jinsil. Aku langsung berdiri di depan pintu, dan pintu itu pun terbuka memperlihatkan Jinsil yang terlihat cantik seperti biasanya. Aku pun langsung memeluknya erat.
"Lepaskan, Jinwoo-ah" Jinsil mendorong tubuhku, aku mengerti dan melepaskan pelukan ku. Mungkin dia masih marah. Jinsil berjalan masuk kemudian duduk di sofa. Ku langkahkan kaki ku ke sofa dan duduk di sampingnya.
"Eum... kau.. mau makan?" Tanyaku. Jinsil mengangguk.
"Akan kuambilkan untuk mu" Dengan langkah bahagia, aku mengambilkan makanan untuk gadisku itu.
"Ini untuk mu"
Jinsil tersenyum kemudian memakan pasta yang sudah kubuatkan itu. Aku terasa sudah begitu kenyang saat melihatnya, Jinsil seperti memiliki energi dan menyalurkannya untuk ku.
"Kau mau aku bernyanyi untuk mu?" Tawarku lagi. Jinsil mengangguk sambil tersenyum, aku menyentuh pipinya itu lembut. Aku sangat mencintainya.
"Baiklah, aku akan mengambil gitar" Aku bangkit dari sofa dan mengambil gitar coklat ku.
"Kau ingin aku menyanyikan lagu apa?" Tanyaku, Jinsil memegang tanganku lembut. Tangan hangatnya menyentuhku membuatku bahagia. Aku mengutuk diriku sendiri karena sudah menyakitinya.
"Terserah kau saja" Jawabnya. Aku pun mulai bernyanyi.I'm only one call away
I'll be there to save the day
Superman got nothing on me
I'm only one call awayAnd when you're weak I'll be strong
I'm gonna keep holding on
Now don't you worry, it won't be long
Darling, and when you feel like hope is gone
Just run into my armsI'm only one call away
I'll be there to save the day
Superman got nothing on me
I'm only one call away"Suara mu bagus, aku menyukainya" Ucap Jinsil disaat petikan nada terakhir selesai. Aku tersenyum ke arahnya. Tiba tiba senyum yang ada di wajahnya itu hilang, berganti air mata yang jatuh.
"Benarkah itu? Apa kau akan datang jika aku membutuhkan mu?" Tanya Jinsil disela tangisannya. Aku menangkup wajahnya dan mengangguk.
"Ya, aku akan datang. Hanya aku yang akan datang" Balasku, tiba tiba Jinsil menurunkan tanganku dari tengkuknya itu dan menggeleng.
"Tidak Jinwoo-ah, itu tidak akan terjadi. Dan Jinwoo.. aku.. sudah cukup kesakitanku. Aku datang, karena aku ingin menghabiskan waktu bersama untuk terakhir kalinya. Aku ingin kita berpisah dengan kebahagiaan" Tutur Jinsil seperti sebuah peluru yang menembus tubuhku secara bertubi tubi.
"Tidak Jinsil, jangan, jangan pergi lagi. Aku hampir gila kehilangan mu. Dan kau ingin kita berpisah?" Ucapku bergetar sambil memegang kedua tangannya.
"Ya, aku ingin jalan itu" Jawab Jinsil.
"Jinsil... katakan kau hanya bercanda. Tak bisakah kita bersama lagi? Aku sudah mengambil pecahan gelas yang kupecahkan.. apa tak bisa?"
"Tidak bisa Jinwoo, kau terlambat mengambil pecahan itu, pecahan itu sudah melukaiku. Kau terlambat, sangat terlambat!!" Teriak Jinsil. Gadis itu bangkit mengambil tasnya dan berjalan pergi.
"Oh ya Jinwoo, maaf, kita gagal berpisah dengan bahagia. Kuharap kau bahagia" Jinsil membungkuk ke arahku, dapat kulihat air matanya menetes ke lantai, itu sangat menyakitiku.
Kemudian Jinsil pun benar benar pergi.
Setetes air mata kurasakan membasahi pipiku. Kurasa ini air mata pertamaku untuknya.*********
Author pov.Jinwoo meraih ponselnya kemudian menghubungi Jinsil. Dua minggu telah berlalu setelah kejadian itu. Lagi lagi suara operator yang terdengar. Membuat Jinwoo lagi lagi mengumpat kesal.
"Astaga Jinsil, kau membuatku gila" Geram Jinwoo.
"Kau menjebakku Jinsil, kau berhasil menyakitiku. Kuharap kau bahagia" Jinwoo tersenyum tipis. Dan lagi lagi pria itu meneteskan air matanya.
"Kuharap ini malam terakhir aku menangisimu dan merindukan mu Jinsil-ah" Gumam Jinwoo. Lagi lagi sakit di hatinya terasa.
"Tidak, aku merindukanmu" Jinwoo menjambak rambutnya frustasi, kehilangan Jinsil benar benar membuat hidupnya berantakkan.
Jinwoo kembali meneguk Whiskey nya entah untuk keberapa kalinya.
Mata Jinwoo beralih ke tangannya sejenak pria itu tersenyum.
"Sentuhan hangat mu sudah menghitam" Jinwoo menyentuh tangannya sendiri, lagi lagi Jinwoo menangis mengingat masa lalu itu.
"Astaga, Jinsil, maaf, aku tahu kau harus move on, sama sepertiku"
Jinwoo mengambil ponselnya kemudian menghapus foto foto yang berisikan dirinya dan Jinsil. Dan pria itu juga mengganti wallpaper ponselnya.
"Kuharap kau akan mengingatku sebagai teman"-END
Gila, kayaknya tingkat galau Hamina kali ini gak bisa disembuhin ye? Oh ya ff ini bahasanya rada gimana gitu.. kebanyakan pake perumpamaan gitu. Oh ya, ff ini adalah pernakan dari lagunya iKON yang judulnya sama sama ff ini. Trus lagu yang dinyanyiin abang ganteng Jinwoo itu lagunya Charlie Puth yang judulnya One Call Away. Baper ama lagu itu, coba Hanbin nyanyiin Hamina itu *Ngayal
Oh ya Vote & Comment!