Bag. 16

192 6 0
                                    

"kok loe githu jawabnya, jutek amat." Juan mendekati Ranty yang ada didepan pintu
"katanya jago ngrayu mana, hahaaa." Ammar masih saja tertawa
"emang Ranty harus jawab apa kak jawab gimana." Ranty sedikit lembut
"ya ngomong iya sayang apa gimana githu masak jutek githu." Juan kesal "aus gue mau minum dulu." Berlalu pergi, Ammar masih meninggalkan tawa dibibirnya
"gue mau ngomong sama loe." Ammar mendekati Ranty
"nanti ya kak, Ranty capek mau istirahat dulu." Tersenyum tipis dan kembali masuk dan menutup pintu dan Ammar hanya diam tanpa menjawab
Malam pun tiba semilir angin menambah kesejukan malam dihiasi dengan bintang-bintang indah dilangit Ranty keluar kamar dan berdiri melihat langit memandangi bintang "Ranty loe harus lupain kak ichal dia milik Ochi lupakan dia." Ranty dalam hati. Ammar yang baru ngobrol dengan papa Juan berniat mau kekamar tapi tidak sengaja melihat kearah tempat dimana biasa ada Ranty melihat bintang dan perlahan Ammar berjalan ketempat itu berdiri disamping Ranty
"loe masih mikirin Ichal." Tanya Ammar
"kak." Ranty sedikit kaget "kapan kak Ammar ada disini" Tanya Ranty "sejak kapan kakak disini." Bertanya lagi
"baru aja kok, gue tanya loe masih mikirin Ichal." Manatap Ranty
"siapa yang mikirin dia gak kok," menatap Ammar juga
"mending mikirin gue." Tersenyum "mau gak." Ammar memainkan alisnya
"apa alasanya Ranty harus mikirin kak Ammar." Ranty menjawab tanpa melihat Ammar lagi
"ya terserah." Jawab Ammar, perlahan Ranty duduk dilantai bersandar dibangku dan menaikkan kepalanya keatas membuang napas melepaskan beban dalam hatinya perlahan juga Ammar duduk disamping Ranty
"gue tau loe sayang sama Ichal dan gue juga tau berat rasanya ngilangin perasaan loe itu." Ammar tanpa melihat Ranty "tapi gue yakin loe bisa" mata Ammar memerah "asal loe tau akhir-akhir ini gue punya perasaan aneh sama loe, gue seperti orang gila kalau didekat loe, gue pengen perasaan ini ilang semenjak gue tau dan gue liat loe dekat sama Ichal, gue gak tau kenapa gue ngrasain hal aneh dalam hati gue, gue gak rela loe jadi milik orang lain." Mata Ammar berkaca-kaca dan sesekali melihat Ranty yang memandangnya, Ammar tersenyum tipis "gue bodoh ya" mengusap ingus dari hidungnya yang tiba-tiba keluar "seharusnya gue ikut seneng kalau loe seneng." Tambah Ammar lagi
"kak Ammar kenapa." Tanya Ranty dan mata Ranty juga ikut berkaca-kaca
"gue tau loe gak mungkin cepat bisa pindah kelain hati gue paham itu, tapi gue gak bisa buat jauh dari loe, mungkin ini terlalu cepat tapi ini yang gue rasain." Ammar meneteskan air matanya
"kak Ammar kenapa." Tak terasa air mata Ranty ikut menetes
"hremms" Ammar menahan ingus dihidungnya "gue gapapa kok." Ammar mencari alasan
"kak saat ini Ranty belum bisa untuk menjalani hari-hari dengan kata cinta, Ranty pengen kita jalani selayaknya kakak dengan adiknya, kak kak Ammar mau kan, kak Ammar pasti bisa." Ranty kembali meneteskan air matanya dan beranjak dari duduknya dan perlahan pergi dari tempat itu tapi baru dua langkah dia berjalan tiba-tiba Ammar memeluknya dari belakang
"bilang sama gue apa yang harus gue lakuin buat loe, biar loe tau bagaimana perasaan ini, bilang loe mau apa bilang semuanya." Memeluk erat tubuh Ranty
"kak jangan lakuin ini sama Ranty, lepas kak." Ranty tetap menangis dan meronta dari pelukan Ammar tapi pelukan Ammar terlalu kuat untuknya. Mereka menangis berdua
"kak kasih waktu buat Ranty ya." Melepaskan tangan Ammar dari tubuhnya karena pelukan Ammar semakin melemah dan membalikkan badannya menghadap Ammar, Ammar hanya diam tanpa menjawab dengan wajah lesunya dengan sisa air matanya. Ranty melepaskan tangan Ammar dan ingin pergi tapi Ammar lagi-lagi menahannya
"maaf ya atas semua yang udah gue katakan tadi, gue Cuma pengen loe tau aja dan gue gak nuntut loe buat jawab, tapi izinin gue buat meluk loe sekali aja loe mau kan lakuin ini buat gue." Ammar dengan kembali meneteskan air matanya dan tanpa menunggu lama Ranty langsung memeluk Ammar
"maafin Ranty ya kak." Menangis didada Ammar dan Ammar tidak menjawab karena terlalu penuh beban yang dia rasakan.
Malam itu sungguh merupakan malam yang berkesan untuk keduanya dan sejak malam itu Ammar dan Ranty tidak pernah bertemu ngobrol atau sekedar bersua semata sampai tiba saatnya Ammar lulus dari SMA dan melanjutkan keperguruan tinggi Ammar melanjutkan tetap dinegara tercinta Indonesia karena menurut Ammar dimanapun kita belajar kita akan menemukan ilmu yang sama tergantung dari niat kita yang mencarinya, dan saat ini Ranty juga telah menamatkan SMA nya. Ranty akan melanjutkan ke salah satu universitas di Belanda. Hari ini Ranty berangkat tapi disisi lain Ammar sibuk dengan kegiatan penerimaan mahasiswa dikampusnya dia ditunjuk sebagai ketua pelaksana OSPEK. Saat dia sibuk dengan laptopya itu ponselnya berbunyi ada pesan dari Juan yang mengatakan agar dia datang ke Bandara sebelum Ranty pergi tapi saat dia akan membacanya tiba-tiba
"Ammar keruang bapak sebentar." Panggil pak Jaya (salah satu rektor dikampus Ammar)
"iya pak." Ammar memasukkan lagi ponselnya kedalam kantong bajunya dan bergegas keruangan rektor
Ammar terlihat buru-buru keruangan rektor dan tidak memperdulikan ponselnya lagi padahal ponselnya terus berbunyi. Tak lama kemudian Ammar keluar ruangan tapi dia lagi-lagi tak peduli dengan ponselnya. Ammar langsung masuk keruangan senat, dia sibuk dengan laptopnya. Disisi lain Ranty sudah dijalan menuju Bandara "kenapa kak Ammar gak inget sama Ranty sih kenapa kak Ammar gak datang, Ranty mau pergi kak." Ranty dalam hati tanpa dia sadari air matanya mengalir dipipinya yang mulus itu, "kenapa sih kamu Ran, udah lupain semua kamu mau ke belanda kejar cita-citamu" Ranty menenangkan hatinya sendiri
"loe napa." Tanya Juan yang dari tadi memperhatikannya
"em gapapa kok kak." Jawab Ranty sambil menghilangkan air mata dipipinya dan tersenyum lalu Juan ikut tersenyum. Sesampainya di bandara Ranty terlihat masih merenung "Ranty pasti kamu bisa." Dalam hati dia masih berat untuk pergi
"ayo keluar sayang." Mama Ranty
"iya Ma." Ranty perlahan keluar
"kamu sudah siap kan sayang, tenang saja nanti tiap hari mama telfon kamu." Mama Ranty memeluk anaknya itu
"iya Ma." Ranty memeluk mama nya. Mereka berempat segara masuk untuk menghantar kepergian Ranty, dan tiba saatnya Ranty harus pergi sekarang, tapi disisi lain Ammar masih saja sibuk dengan pengurus senat yang lain, Ammar lupa dengan ponselnya.
"Ma Pa Kak Juan Ranty berangkat ya." Ranty berpamitan
"ya sayang hati-hati disana kalau ada apa-apa cepat kasih kabar ya." Papa Ranty dengan mencium kening Ranty
"iya sayang." Mama Ranty mengelus kepala anaknya dengan penuh kasih
"jangan kangen sama kakak mu yang ganteng ini ya." Juan dengan PD nya
"yee." Ranty menggelitik kakak nya, disaat mereka sedang bercengkrama bunda Ammar datang berlari-lari kecil
"sayang tunggu." Bunda Ammar
"mbak." Mama Ranty
"sayang bunda pengen peluk kamu sebelum kamu pergi." Bunda Ammar menghampiri Ranty
"bunda kok bunda tau Ranty mau pergi." Ranty menyambut bunda Ammar
"tau ini mama kamu barusan ngomong, kenapa gak bilang dari kemarin sih, o...ya maaf Ammar gak bisa antar dia lagi ada apa githu gapapa kan sayang." Bunda Ammar memeluk Ranty
"kak Ammar" Ranty dalam hati "iya gapapa kok." Jawab Ranty
"sayang kamu hati-hati ya disana jangan lupa kabarin bunda kalau sudah sampai." Bunda Ammar mengelus kepala Ranty
"iya bunda terimakasih sudah perhatian sama Ranty." Ranty mencium tangan bunda Ammar, karena sudah harus berangkat Ranty pergi setelah mencium semua tangan papa mama Juan dan bunda Ammar
"Ranty akan slalu ingat kamu kak Ammar." Ranty mengenang Ammar dalam hati
"gue benci sama loe Ammar gue gak akan maafin loe." Juan dalam hati dengan matanya yang merah tangannya mengepal "loe lebih mentingin kerjaan loe daripada adik gue." Juan meneteskan air mata dan berjalan cepat kemobilnya. Sesampainya dirumah Juan masuk kamar Ranty dia memandangi foto adiknya itu.
Dikampus Ammar masih sibuk dengan laptopnya, ponselnya berbunyi
"iya pak ada apa." Ammar menerima telepon dari kantornya (sekedar info setelah lulus SMA Ammar sudah dipercaya ayah nya untuk memegang salah satu perusahaan selain sibuk dengan kuliahnya Ammar sibuk dengan pekerjaannya, sehingga sekarang Ammar jarang kerumah Juan bahkan bertemu dengan Juan sekalipun, Juan juga sama sejak lulus dari SMA sudah memegang salah satu perusahaan papanya)
"maaf mas mengganggu, nanti jam 2 siang kita ada meeting dengan klien." Jawab seseorang dari telepon
"iya pak saya masih inget, di tempat biasa kan." tanya Ammar
"iya mas, terimakasih mas atas waktunya." Jawab dari telepon
"iya pak gapapa kok, sama-sama." Ammar seraya menutup pembicaraan, tanpa melihat ponselnya lagi Ammar langsung memasukkan lagi kekantongnya (Ammar bidadari kamu udah pergi tu, huhhhh). Malam pun tiba dan Ammar baru pulang kerumah
"assalamualaikum." Ammar datang dan mencium tangan bundanya
"walaikumsalam sayang, sana cepetan mandi terus makan." Menjawab sambil tersenyum, sembari tersenyum Ammar pergi kekamarnya, selesai mandi Ammar merebahkan tubuhnya keranjang ponselnya berunyi
"bunda, iya bun ada apa." Tanya Ammar
"gak makan." Jawab bundanya
"sudah makan bun tadi masih kenyang, Ammar langsung istirahat aja capek." Jawab Ammar
"ya udah selamat istirahat sayang emuach." Bunda Ammar
"iya buda terimakasih." Jawab Ammar seraya menutup pembicaraan, setelah itu Ammar membuka satu persatu pesan diponselnya matanya tertuju pada satu nama "Juan." Ammar membaca salah satu pesan diponselnya, ternyata ada 6 pesan dari Juan yang memberitahukan tentang kepergian adiknya Ranty "Ranty." Ammar bergegas pergi mengambil kunci mobilnya dan berlari keluar
"sayang mau kemana." Tanya bunda dan ayahnya yang baru sampai
"ke rumah Juan Bun." Sambil berlari membuka mobil, "Ranty maafin gue, Ju maafin gue, loe bego amat sih Mar kenapa loe tadi gak liat ponsel sih." Ammar menyesal dan air matanya menetes, sesampainya dirumah Juan Ammar berlari dan langsung masuk
"assalamualaikum." Ammar didepan pintu
"walaikumsalam." Juan membuka pintu dan dengan muka marahnya Juan pergi masuk tanpa melihat Ammar
"Ju maafin gue, tadi gue, Ju please gue tau gue salah." Ammar mengejar Juan, Juan yang marah langsung memukuli Ammar
"apa loe bilang, gue udah berkali-kali sms loe tapi loe." Juan terus memukuli Ammar sambil menangis, Ammar hanya diam tidak melawan air matanya terus menetes tiba-tiba tubuhnya lemah dan terjatuh dilantai karena pukulan Juan yang terus-menerus padanya

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang