Bag. 22

191 4 0
                                    

Sesampainya dirumah Juan, Juan terlihat berlari melihat mobil Ammar masuk. Sampainya Juan dibawah
"gantenggggg." Juan berlari kearah Ammar tapi dia langsung berhenti dengan wajah bingung "lohhhh kok lohhh." Wajah Juan semakin terlihat sangat bingung
"kakak Ranty kangen." Ranty mendekati Juan dan menggoyang-goyangkan tangan kakaknya itu "kak kok githu wajahnya." Sedikit ngambek "ya udah bingung aja terus, Ranty mau meluk mama" Ranty berlari kedalam dan kembali lagi didepan pintu "tas kak, makasih" Ranty melambaikan tangan pada Juan yang masih bingung itu, Ammar mendekati sahabatnya itu dan memeluknya
"gue kangen sama loe." Ammar perlahan melepaskan pelukannya pada sahabatnya itu tapi Juan terlihat masih melamun "haaiisshhh loe sekarang gantiin gue nyawanya kemana-mana, baru 5 hari kok udah fotocopy sih, iya gue tau loe kangen sama sahabat loe yang ganteng ini." Ammar hendak memeluk Juan lagi tapi Juan menahannya
"bentar dech, tu anak beneran pulang." Juan masih belum percaya
"iya beneran lah, udah ayo." Ammar menarik Juan dan masuk lah mereka
Didalam rumah terlihat mama Juan sedang minum teh bersama papanya ditaman belakang rumah karena hari ini hari minggu, Ranty yang sudah kangen langsung berlari ketaman karena dia sudah tau saat libur papa mamanya pasti ditaman belakang rumah
"mamaaa papaaaa." Ranty memeluk keduanya dari belakang dan mencium kedunya
"sayang." Mamanya masih bingung tak percaya
"heii.. sayang kok pulang kapan sampai kenapa gak bilang dulu." Papanya makin tak percaya
"papa mama anaknya pulang bukannya seneng kok gini." Ranty sedikit murung dan duduk dikursi depan papa mamanya
"sayang mama gak percaya kok kamu pulang, ada apa sayang, mama kangen sama kamu sini peluk mama." Mamanya mengarahkan tangannya untuk dipeluk
"Ranty juga kangen." Memeluk erta mamanya
"papa juga kangen." papa memeluk kedua
Papa melepaskan pelukannya "bentar dech, kamu pulang sendiri apa sama siapa."
Dari balik pintu terlihat Juan dan Ammar berjalan menuju ke taman, sesampainya "jelek gue gak kengen sama loe." Juan langsung duduk dikursi
"yeyyy." Ranty menepuk-nepuk pundak Juan
"loh kok si ganteng ada disini, kapan pulang." Mama Juan tersenyum pada Ammar
"ma pa" mencium tangan keduaya "baru kok ma baru dateng dari Bandara langsung kesini." Ammar tersenyum manis
"gimana disana pasti banyak pengalaman ya, bagi-bagi ilmu buat papa." Papa Juan menepuk pundak Ammar
"ahh papa bisa aja." Ammar tersenyum malu
"bentar dech kok bisa barengan gini, oo...gue tau loe ke Belanda Cuma nyari bidadari ya bukan ngerjain tugas kampus, ngaku dech loe.' Juan meledek Ammar
"apaan sih loe." Ammar membulatkan matanya
"jadi ke Belanda to." Papa Juan mendekati Ammar
"heee iya pa." Ammar tersenyum bodoh. Dan mereka pun larut dengan candaan bersama. Malamnya Ranty menjelaskan semua pada orang tua dan kakaknya kenapa dia kembali ke Indonesia. Ranty tidak ingin jauh kedua kalinya dengan keluarganya dan orang tua dan kakaknya mengiykan keputusan Ranty. Ranty ingin kuliah bersama dengan kakakya satu kampus dan mengulang massa SMA berangkat pulang belajar sama-sma dengan kakaknya, semua terasa lengkap.
*****
Pagi hari Ammar sudah siap berangkat kekampus membawa laporan hasil tugasnya di Belanda. Semua sudah siap berangkatlah dia bersama motornya setelah berpamitan. Disisi lain Juan juga sudah siap berangkat dan Ranty mempersiapkan berkas-berkas untuk mendaftar. Setelah semua siap Juan dan Ranty berangkat setelah berpamitan juga. Dikampus Ammar sedang mempersiapkan berkas-berkas laporan diruang senat.
"sudah, sudah, dannnn." Ammar masih kekurangan satu berkas "haduhh dimana ne." Ammar berfikir keras, sedang sibuk dengan ingatannya Juan datang bersama Ranty "di di di emmm diiii." Ammar masih terus menggali ingatannya
"disini." Juan meletakkan sebuah map diatas meja
"loh kok ada sama loe sih perasaannn." Ammar mencoba mengingat lagi
"perasaan loe disini kan." Juan merangkul Ranty yang sedang berdiri tegak memperhatikan Ammar
"kakak." Ranty mencubit perut Juan
"auu, tapi bener kan." Juan memainkan alisnya
"loe tau aja sih" Ammar tersenyum "tapi bentar dech, gue masih bingung kok bisa ya ini loe bawa." Ammar mengangkat map itu
"kemarin ada dimobil dan terbawa Ranty, terus gue liat ternyata ini penting buat loe makanya gue bawa sekarang." Juan menerangkan
"kok bisa ya perasaan gue gak keluarin ini map dech." Ammar masih bingung saja
"kemarin kakak keluarin waktu mau ambil topi pesanan papa terus ada diatas dompet Ranty waktu Ranty kemobil ambil tas, Ranty bawa masuk niatnya mau ngasihin lupa waktu kakak pulang, terus Ranty kasih aja sama kakak, githu." Ranty menjelaskan
Ammar lewat didepan Juan dan sengaja menggesernya agar sedikit memberi ruang untuk nya "loe baik banget." Ammar menatap Ranty dan tersenyum
"kak Ammar." Ranty malu
"ehemmm ehemmm kok gak da yang jualan ya." Juan melihat-lihat keluar jendela
"mana ada orang jualan dalam ruangan gini." Ammar memukul kecil sahabatnya itu
"ya biar rame kan dunia milik semua makhluk buka berdua aja." Juan masih melihat keluar, Ammar dan Ranty saling menatap dan
"hahhhaaaaa." Ammar tertawa "maaf." Ammar merangkul Juan yang lagi kesal itu "maaf jangan githu lah kayak cewek aja, ehhh kabar Syahnas gimana, kemarin jadi dinner kan." Ammar mencoba menyairkan sahabatnya yang sedang sebel itu
Juan membulatkan matanya "loe" memukul perut Ammar dan melepaskan tangan Ammar dari pundaknya
"ehemm jadi baru ada yang jadian ne ehemm ehemm." Ranty menaikkan alisnya dan melihat kakaknya
"gak kok lagi deket aja, ehhh maksud gue itu." Juan dengan wajah memerah dan menggaruk kepalanya mencari alasan
"itu hahhhaaaaa." Ammar makin tergelitik mendengar kata-kata Juan
"loe ne apaan sih, jaga geh." Juan menepuk pipi Ammar dengan sedikit keras
"au hahhaaa." Ammar terus tertawa dan mereka bertiga saling canda, Ranty merasa perutnya sakit duduk dikursi sedangkan Juan dan Ammar terus tertawa. Ranty memperhatikan keduanya tapi Ranty tak bisa membohongi dirinya sendiri untuk tidak memperhatikan Ammar, dia terus memperhatikan Ammar yang sedang tertawa lepas bersama kakaknya itu. Ranty tersenyum.
"udahh hahahhhaaa, sana pak Jaya marah ntar loe belum kesana." Juan menunduk memegangi perutnya
"hahaaa huhhh iya udah, gue mau kesana dulu." Ammar mengambil berkas dan sebungkus kado diatas mejanya "gue ke ruang pak Jaya dulu ya, cuma bentar kok, ya." Ammar mendekatkan wajahnya didepan Ranty dan memainkan alisnya
"udah sana, modu terus." Juan menarik kerah baju Ammar dan mendorongnya agar segera keluar, Ammar melambaikan tangannya pada Ranty dan Ranty mengangguk tersenyum, Juan menutupi pandangan Ammar pada Ranty
"loe tu, iya." Ammar tersenyum pada Juan dan Ammar pun perlahan hilang dari pandangan Juan
"dex kakak mau ke kelas dulu ya loe tunggu disini,ntar loe ikut Ammar mengahadap pak Jaya, ntar pasti dia kesini, yahh loe liat-liat apa githu biar gak bosen, nah disithu ada album foto kegiatan OSPEK kita kemarin liat aja, gue keluar." Juan mengambil tasnya dan perlahan pergi. Sepeninggalan Juan, Ranty perlahan berjalan menuju ke meja sekretaris senat, dia mengambil sebuah album foto dan memulai membukanya, sesekali Ranty tersenyum, tapi tiba-tiba wajah Ranty berubah, dia melihat Ammar sedang memakaikan selendang mahasiswi aktif pada Syahnas, "kenapa harus Syahnas" Ranty berbicara pada hatinya sendiri "ya udah lah Ranty." Ranty menenangkan dirinya lalu melanjutkan membuka tiap-tiap lembar album itu.

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang