Bag. 21

209 4 0
                                    

"loe mau tanya yang semalem ya." Bisik Ammar ditelinganya "jangan tanya ya semalem gue gak bisa tidur." Ammar tersenyum dengan menatap Ranty
"kak Ammar." Ranty salting
"heeehhhh napa mukanya merah." Ammar menggoda "apa loe grogi berhadapan dengan cowok tertampan dipesawat ini." Ammar tersenyum "ehhh tapi tunggu dech muka loe merah seperti bunga mawar yang ada ditaman surga, udah pernah liat belom." Ammar menatap serius
"belum." Ranty mengerutkan alisnya
"masak punya wajah seindah taman surga yang bikin hati adem gak tau." Ammar merayu sambil tersenyum
"kak Ammar." Ranty terseyum malu "udah ah jangan githu malu." Ranty masih malu-malu
"napa malu, kan gue...." Ammar menghentikan bicaranya
"gue apa kak." Tanya Ranty
"gue kan." Ammar masih mengehntikan lagi kata-katanya "gue aja gak punya malu hehhheee." Ammar tersenyum bodoh
"hmmm kak Ammar bisa aja." Ranty ikut tersenyum
"bisa lah asal gue selalu sama loe." Ammar menatap Ranty serius dan memegang erat tangan Ranty
"Ammar." Iqbal memanggil tapi Ammar tak perduli "Ammar." Memukul Ammar dengan buku yang dibawanya dan membuat Ammar kaget langsung melepaskan tatapan serta tangannya yang memegang tangan Ranty
"apa." Ammar membalikkan badan mengahadap Iqbal
"ntar kalau sudah sampai jakarta kenalin gue sama ponakan loe yang dari bandung itu ya." Iqbal senyum bodoh
"huhhh." Ammar melemparkan botol air minum "gue kira penting malah nanya cewek, ya ntar kalau dia mau." Ammar membalikkan badannya lagi
"ya kan gue tanya hehheee." Iqbal tersenyum puas karena sudah mengerjai Ammar
"ganggu aja." Ammar kesal
"maaf, udah lanjutin sana." Iqbal menepuk pundak Ammar
"loe tu emang reseh ya." Ammar senyum sinis
"hahhhaaaa." Iqbal puas "hai Ranty maaff ya." Masih tersenyum puas dan Ranty hanya tersenyum karena tidak tahu apa maksudnya
"kenapa sih kak." Tanya Ranty bingung
"gapapa kok." Ammar tersenyum dan sampailah mereka di Indonesia dengan selamat. Ammar langsung disambut Bunda dan ayahnya, dia berjalan bersama Ranty sedangkan Baron dan Iqbal terpisah karena tidak bisa pulang bareng, Ammar merasa senang karena sudah kangen sekali dengan ayah bundanya
"bunda ayah." Ammar berjalan dengan cepat menuju ayah bundanya "ayo gue kangen banget sama mereka." Ammar mengajak Ranty
"iya kak." Ranty tersenyum
"sayangggg." Bunda Ammar memanggil
"bunda." Ammar tersenyum lebar setelah dekat
"sayang bunda kangen kamu apa kabar sayang." Bunda Ammar memeluk Ranty, nah lohhh
"iya bunda Ranty juga kangen sama bunda, Ranty baik bunda sama ayah apa kabar." Ranty masih dipeluk bunda Ammar dan melihat ke ayah Ammar, Ammar yang tadinya terlihat sumringah langsung saja wajahnya terlihat jengkel lesu
"ini yang anak bunda siapa sih." Ammar masih melebarkan kedua tangannya dan siap memeluk bunda itu
"pengen ya." Bunda Ammar menggoda seraya merangkul Ammar dan keduanya dalam rangkulan bundanya. Kepala Ammar yang dekat dengan Ranty karena sama didada bundanya tersenyum dan memain-mainkan alisnya pada Ranty, Ranty merasa aneh dengan tingkah Ammar mengerutkan alisnya. Ammar terus menatap Ranty. Bunda melepaskan pelukannya dan Ranty bersalaman denga ayah Ammar disusul oleh Ammar dengan memeluk ayahnya
"sayang kok pulang kenapa." Tanya bunda Ammar pada Ranty
"iya kenapa pulang bukannya kamu pengen banget kuliah di Belanda." Ayah Ammar juga bertanya
"emmm." Ranty berfikir untuk menjawab
"dia tu gak mau jauh Bun Yah dari anak kalian yang ganteng ini." Ammar bergaya dengan menaik-naikkan kerah jaketnya
"hmmm masak." Bundanya menggoda
"bener Bun ya gak." Ammar melihat kearah Ranty
"kak Ammar ini,gak lah karena Ranty kesepian Bun disana gak da temen." Ranty menjawab dengan mendekati bunda Ammar
"masak sih gak ada temen Erlin bukan temen ya." Ammar terus menggoda
"Erlin siapa nak." Bunda Ammar bingung
"Erlin tu temen Ranty Bun terus mereka tinggal bersama waktu di Belanda setau Ammar sih." Ammar meletakkan kepalanya dipundak bundanya
"Ranty baru ketemu Erlin 5 hari kak makanya kemarin Ranty pindah ketempat Erlin." Ranty sedikit sebel
"Bun tau gak Ranty tu ternyata diem-diem bawa.." kata-kata Ammar dipotong Ranty
"sudah Bun jangan dengerin kak Ammar, ayo Bun pulang." Ranty menggandeng bunda Ammar "mari Yah." Menarik tangan ayah Ammar juga
"iya sini ayah bantu." Ayah Ammar membawakan koper Ranty
"terimakasih ayah." Ranty tersenyum pada ayah Ammar
"iya, ayo Bun kita duluan." Ayah Ammar mengajak istrinya dan ayah bunda Ammar berjalan duluan
"kak Ammar ya." Ranty mencubit perut Ammar
"au sakit." Ammar menarik tangan Ranty dengan kuat sehingga Ranty goyah dari berdirinya dan akan terjatuh secepatnya Ammar menarik tangan Ranty sehingga Ranty terjatuh didadanya dengan tangan Ammar melingkar ditubuh Ranty. Mereka saling menatap tak memperdulikan orang-orang yang lalu-lalang, Ammar memperhatikan setiap lekuk wajah cantik Ranty, meski entah berapa kali Ammar memandangnya tapi rasanya sukar sekali mata untuk berkedip dan Ranty pun juga ikut larut dalam tatapan itu.
"gue ganteng banget ya." Ammar meyadarkan Ranty yang masih menatapnya itu
"emmm." Ranty melepaskan diri dari pelukan Ammar dan salah tingkah
Ammar menunduk didepan Ranty "jadi bener ya gue ganteng." Menaik-naikkan alisnya tapi Ranty perlahan pergi sesaat setelah melihat mata Ammar
"hehhheeee kok githu." Ammar mengejar Ranty "ya dech maaf." Menggandeng tangan Ranty dan akhirnya Ranty tersenyum Ammar juga tersenyum lalu mereka pun pulang bersama ayah dan bunda Ammar. Sesampainya dirumah Ammar
"bun Ranty langsung aja ya, besok aja mainnya udah kangen sama mama papa kak Juan." Ranty menghampiri bunda Ammar
"napa gak disini dulu kami juga kangen sama kamu." Ayah Ammar
"besok Ranty mainnya Yah gapapa kan kangen mama." Ranty masih dipeluk bunda Ammar dan Ammar masih terlihat didalam mobil
"bunda masih kangen sama kamu, makan dulu yok bunda buat tempe orek loh kesukaan kamu." Rayu bunda Ammar yang masih terlihat kangen dengan Ranty
"hmm pasti enak tu, tapi Ranty pulang dulu ya Bun emm kalau besok Ranty kesini gimana tapi sisain tempe oreknya." Ranty tersenyum kemudian berpamitan pada kedua orang tua Ammar
"bun Ammar antar bidadari dulu ya, Assalamualaikum." Ammar kemudian berlalu pergi terlihat Ranty mencubit perutnya. Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam, sesekali Ammar tersenyum ketika melihat Ranty tapi Ranty merasa aneh dengan Ammar yang senyum ketika melihatnya
"apa sih kak senyum-senyum." Ranty dengan muka bingungnya
"gak ada, mau tau aja." Ammar masih senyum
"jangan mikir yang aneh-aneh ya." Ranty menggeser duduknya menghadap ke Ammar
"apaan sih jangan liatin githu grogi neh." Ammar menggoda
"yeyyy." Ranty sedikit sebel seraya meletakkan tangannya pada dagu dan memperhatikan wajah Ammar yang serius dilihatnya lalu Ammar merasa canggung dan tiba-tiba menghentikan mobilnya, kemudian menggeser duduknya juga menghadap Ranty dan Ranty memperhatikan Ammar
"loe tu mau bikin jantung gue meledak ya." Ammar dengan muka seriusnya
"kenapa emang." Ranty masih menggoda Ammar
"loe tu pura-pura gak tau apa emang beneran gak tau." Ammar menarik tangan Ranty yang ada yang didagunya itu dan wajah mereka saling berdekatan, mereka saling menatap satu sama lain, Ammar terus memandang wajah dingin Ranty membuat jantungnya semakin kencang berdenyut, hawa mobil yang dingin menjadi panas dirasakannya, saat mereka larut dengan tatapan itu hampir saja Ammar menyentuh Ranty
"emmm." Ammar menjauhkan wajahnya
"maaf." Wajah Ammar memerah dan Ranty hanya tersenyum duduk kembali tegak mengahadap kedepan, Ammar pun melajukan lagi mobilnya.

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang