33

242 5 0
                                    

Banyak typo

*****

"pergi Bun cari hiburan." Ammar tersenyum mendekati bundanya dan memeluk bundanya
"ya udah sana, tapi gak boleh ngebut." Bundanya mengelus lembut pipi Ammar
"emang Ammar pernah ngebut Bun kayak tau aja, palingan cuma seratus." Ammar tersenyum lagi
Bundanya membulatkan mata "hmmm." Menarik telinga Ammar
"au sakit Bun, Bunda ahh ssttt." Ammar meringis
"emang seratus gak ngebut ya." Bundanya tetap menarik telinga Ammar
"iya iya Bun ssttt." Ammar mengusap-usap telinganya yang sudah dilepaskan bundanya itu "becanda Bunda sayang." Memeluk bundanya lagi
"iya tapi awas kalau ngebut, maaf ya sayang." Bundanya mencium kening Ammar "ya sudah sana ati-ati ya." Bunda Ammar tersenyum, Ammar pergi sesaat mencium tangan bundanya
Sedangkan Juan dan Ranty sedang asyik main basket, "udah ahhh kak capek." Ranty duduk
"payah githu aja udah capek." Juan ikut duduk memain-mainkan bola ditangannya
"kak boleh tanya gak." Ranty melihat kakaknya yang sibuk memainkan bola
"boleh tanya aja." Juan tak berhenti dengan bolanya
"kakak kemaren beneran ngomong sama Ranty mau nglamar Syahnas." Ranty serius
"beneran lah dan maunya tapi belum ngomong sama papa sama mama, nunggu waktu yang tepat dulu lah." Juan tetap memainkan bolanya, tanpa mereka sadari Ammar sudah berdiri dibelakang mereka
"kan Syahnas udah deket sama papa mama gak mungkin kan mereka gak setuju, coba aja kakak ngomong." Ranty tetap memandang kakaknya itu
"iya sih loe bener juga, ntar malam aja gimana." Tanya Juan
"mau gue temenin." Ammar tiba-tiba duduk disamping Ranty
"kapan kak Ammar datang." Tanya Ranty kaget
"sejak dulu." Ammar tersenyum
"kok bisa." Ranty bingung
"halah kayak gak tau tukang modus aja, loe mau bilang kan karena gue ada dihati loe, githu kan halah iya kan." juan menebak kata-kata Ammar
"tau aja kakak kamu tu, padahal aku gak ngomong loh, tapi bener githu ya." Ammar menyenggol Ranty
"tu kan hmmm ketebak kan." Juan menggembungkan pipinya "ehemmm udah aku kamu neh kayaknya, kapan jadiannya." Juan menggoda memainkan alisnya pada Ranty
"gak jadian kok." Ranty mengerutkan keningnya
"kita tu gak jadian dan gak kan jadian kita maunya nikah langsung, ya gak." Ammar juga memain-mainkan alisnya pada Ranty, Ranty tak menjawab hanya mengerutkan keningnya lagi
"tapi gue dulu lah, gak boleh anak kecil nikah duluan." Juan serius
"aishhhh pake hilang ingatan umur kita sama bro." Ammar menggeser duduknya mendekati Juan
"bidadari loe maksudnya, loe kan mau nikah sama adik gue, paham adik ipar." Juan melotot mendekati wajah Ammar
"iya paham kakak ipar." Ammar membalas seperti apa yang dilakukan Juan padanya, Ranty hanya tersenyum melihat kakaknya dan Ammar itu, Juan pergi sesaat melotot pada Ammar
"kita keluar yok, mau gak." Ammar mendekati Ranty lagi
"kemana." Tanya Ranty
"keluar aja kan lagi libur." Ammar tersenyum
"kemana dulu." Tanya Ranty lagi
"udah sana ikut aja ntar mriang tu anak gak loe turutin." Juan berlalu pergi
"cieee yang mau nemuin calon istri." Ammar meledek dan Juan hanya menjulurkan lidahnya tak menjawab
"kak Ammar mau ngajak kemana." Ranty melihat Ammar
"hahh emm jalan-jalan aja abis itu pulang heee." Ammar ngasal
"githu aja." Ranty heran
"mau nya kemana bidadari calon istri ku." Ammar tersenyum
"anterin ke toko buku aja, mau cari bahan tugas." Ranty berdiri "ayo tapi Ranty mau ganti baju dulu." Ranty berjalan
"heii tolongin dulu." Ammar mengulurkan tangannya
"hemmm." Ranty kembali dan menarik tangan Ammar
"terimakasih bidadariku." Ammar tersenyum Ranty langsung masuk tanpa menjawab "gak usah dandan udah cantik." Ammar teriak tapi Ranty tetap berjalan masuk dan Ammar hanya tersenyum.
Saat sampai ditoko buku, Ammar hanya mengikuti kemana Ranty berjalan, saat Ranty mau berbalik arah karena Ammar tepat dibelakang dan sama-sama tak melihat Ranty menabrak Ammar
"kak Ammar." Ranty kaget
"kenapa." Ammar bingung
"ngapain dibelakang Ranty." Ranty kesel
"kan suruh nganterin ya dianterin kan ditungguin jalan kemana diikutin, salah ya." Ammar berlagak bodoh
"ya gak gini juga." Ranty makin kesel
"iya maaf, jangan marah geh ya,maaf." Ammar mengiba
"hmmm." Tapi Ranty malah tersenyum
"malah tersenyum." Ammar heran dengan tingkah Ranty
"lucu ahh, udah Ranty mau lanjut cari bukunya." Ranty kembali mencari buku
"yeee, gak marah dong." Ammar meledek dan Ranty lagi-lagi hanya tersenyum
Hari-hari Ammar dan Ranty kian mengesankan satu sama lain, saling mengisi saling melengkapi,kuliah lancar semangat begitu juga dengan pekerjaan dikantor.
Tiga bulan kemudian, hari ini hari jum'at hari ini adalah hari yang sangat spesial buat Juan karena hari ini adalah hari pernikahannya dengan Syahnas.
"gantengnya." Ammar mendekati Juan yang sedang mengenakan jasnya
"hahh." Juan kaget "gimana menurut loe." Juan dengan tidak melihat Ammar sambil memegangi wajahnya
"ganteng lah dimana-mana pengantin tu pasti ganteng dan cantik." Ammar berdiri disamping Juan tanpa melihat Juan
"maksudnya muka gue tegang gak." Tanya Juan sambil tetap memegangi wajahnya
"hahhaaa." Ammar tertawa geli mendengar Juan "ngapain loe tegang, emang tegang ya, jadi pengen cepet-cepet ngrasain." Ammar senyum-senyum
"malah ngebayangin." Juan mengusap wajah Ammar "udah ayo mau ikut gak." Juan berjalan keluar
"gapapa kan gue juga pengen jadi pengantin." Ammar mengejar Juan "kan satu tahun lagi, ya gak." Ammar memain-mainkan alisnya
"huhhh." Juan lagi-lagi mengusap wajah Ammar
"hehheee, lamanya satu tahun coba aja satu hari." Ammar menghayal, Juan tiba-tiba berhenti "kenapa." Tanya Ammar kaget
"ya udah loe aja dulu yang nikah kalau gak sabar." Muka Juan berubah kesel
"hahhaaa mau, hehee udah ahhh becanda tau." Ammar merangkul Juan dan tersenyum "ayo udah ditunggu." Ammar mengajak Juan berjalan. Saat sampai dibawah semua sudah siap berangkat, Ammar kebelakang ingin mencuci tangan, dai buru-buru karena takut telat menghantar Juan
"kak Ammar." Ranty menahan suara karena ditabrak Ammar
"hahhh." Ammar kaget tanpa menjawab, diam terpaku dia melihat seseorang yang membuat hari-hari berwarna wanita yang selama ini membuatnya merasakan hidup yang sesungguhnya, dan hari ini wanita itu terlihat berbeda dengan dandanan anggun dibalik kebaya hijau yang dipakainya, tidak ada yang spesial darinya sebenarnya sama aja dengan yang dipakai keluarganya yang lain, rambutnya hanya terlihat disanggul saja dengan sedikit merah dibibirnya. Mata Ammar kian sayang untuk berkedip
"hei." Ranty menepuk lengan Ammar
"hahhh." Ammar masih saja tak sadar
"kak Ammar dipanggil kak Juan." Ranty tersenyum
"hahhh iya sebentar." Ammar panik menoleh kebelakang "tunggu." Ammar hendak pergi
"hehhhh." Ranty tersenyum lagi
"kok kamu malah ketawa sih."Ammar kian bingung
"kata kak Juan nyawa kakak belum dibawa ya." Ranty masih tersenyum
"jadi kamu cuma ngerjain aja." Ammar memegang tangan Ranty "nakal ya." Ammar menggelitik Ranty
"kak Ammar." Ranty menghindar dan Ranty hendak terjatuh tapi Ammar sigap menariknya sehingga Ranty jatuh kedalan pelukannya, mereka saling menatap
"kamu cantik banget." Ammar terus menatap Ranty dan Ranty juga membalasnya
"ehem." Suara itu mengagetkan keduanya membuat keduanya saling menjauh sesaat Ammar melepaskan tangannya dari Ranty "ini anak ditungguin malah ngapain, awas lewat." Juan sengaja berjalan ditengah
"kak Ammar sih." Ranty cemberut dan berlalu
Ammar mengejar "karena kamu cantik." Tersenyum menghentikan langkah Ranty memegang kedua tangan Ranty lalu menciumnya "aku sayang sama kamu."
Ranty tersenyum "iya kak, sudah ahh mau kedepan, tadi mau ngapain." Tanya Ranty
"mau cuci tangan sih tadi tapi ketemu kamu jadi lupa." Ammar tersenyum
"bisa aja,udah sana kalau mau cuci tangan bentar lagi kita berangkat." Ranty hendak berjalan lagi tapi Ammar lagi-lagi menahannya "apa lagi kak Ammar sayang."
Ammar langsung tersenyum sumringah "aishhh hmm, I Love You." Ammar mencium lagi tangan Ranty
"iya, udah sana." Ranty tersenyum dan berlalu pergi, Ammar juga tersenyum lalu kebelakang.
Dan akhirnya semua berangkat menuju rumah Syahnas, diperjalanan Ammar yang satu mobil dengan Juan dan Ranty disampingnya, Ammar sering ketauan Juan sedang memandangi adiknya itu, entah apa yang sedang ada dalam pikiran Ammar tapi Juan hanya tersenyum saja melihat sahabatnya itu. Acara berjalan lancar sekarang Juan dan Syahnas syah jadi suami istri sekarang.
1 tahun kemudian. Juan dan Syahnas sudah mempunyai keluarga kecil sekarang dengan anak mereka yang baru berusia 1 bulan. Hari ini Juan dan Ammar akan mengikuti acara wisuda, tak terasa S1 mereka selesai juga.
Terlihat Ammar sudah siap, "sayang sudah siap." Tanya bundanya
"iya Bun sudah." Ammar menjawab
"ya udah ayo Ayah sudah nunggu didepan." Ajak Bundanya dan mereka pun berangkat
Ditempat lain Juan Syahnas dan sikecil juga sudah berangkat, tak lupa papa mama berserta Ranty ikut serta. Didalam mobil Ranty sibuk dengan keponakannya itu
"udah pengen." Tanya Syahnas tiba-tiba
"hahh pengen apa." Jawab Ranty
"pengen punya sikecil lah." Syahnas tersenyum
"udah nikah sana buruan Ammar kan udah lulus sekarang." Juan ikut-ikutan
"kakak ne ikut-ikutan aja." Ranty dengan wajahnya yang berubah merah
"iya bener ya Yah." Syahnas pada Juan dan membuat Ranty semakin malu saja dibuatnya
"udah ahhh mending ngomongin yang lain." Ranty mencari alasan
"hahhaa alasan." Juan masih saja meledek
"kak." Ranty membulatkan matanya
Dan semua terlihat senang menikmati perjalanan itu. dikampus Ammar sudah sampai bersama kedua orang tuanya. Tak lama Juan datang bersama keluarganya. Saat melihat Juan menggendong anaknya Ammar berlari kearahnya
"hai Fadil." Ammar mencium sikecil
"bilang aja mau nemuin tante." Juan meledek
"yeee." Ammar terus menciumi sikecil, saat semua sudah masuk Ranty berjalan kearah koperasi Ammar berjalan dibelakangnya, Ranty tau kalau Ammar ada dibelakangnya dan tanpa sepengetahuan Ammar
"mau kemana." Ranty tiba-tiba berhenti
"upsss." Ammar hampir saja menabrak Ranty
"mau kemana kak Ammar." Ranty menaikkan alisnya
"hehhee." Ammar tersenyum bodoh
"malah ketawa." Ranty mengerutkan alisnya
"kamu mau kemana." Ammar balik bertanya
"mau beli minum." Jawab Ranty
"sama aku juga heee." Ammar ikut-ikutan
"ya udah duluan." Ranty mempersilahkan
"bareng aja, yok." Tanpa mendengar persetujuan Ranty, Ammar berjalan menggandeng tangan Ranty, tak menolak Ranty mengikuti.
Acara wisuda selesai, malamnya Ammar kerumah Ranty
"assalamualaikum." Ammar didepan pintu
"walaikumsalam." Pintunya terbuka "kak Ammar." Ranty terlihat kaget
"kayak aku gak pernah kesini aja kamu kaget githu." Ammar tersenyum
"masuk kak." Ranty mempersilahkan
"terimakasih ya." Ammar tersenyum lagi
Sesampainya didalam "anak mama, selamat ya sayang atas wisudanya." Mama Ranty memeluk Ammar
"Ma iya terimakasih." Ammar membalas pelukan mama Ranty
"Papa gak nyangka anak-anak papa sudah pada besar ya perasaan baru kemarin papa ajarin jalan." Papa Ranty dengan matanya yang berkaca-kaca
"Papa." Ranty memeluk papanya
"Pa." Ammar salim
"selamat ya." Papa Ranty tersenyum
"iya Pa terimakasih." Ammar membalas tersenyum
"emm Pa Ma kedatangan Ammar kemari mau minta izin mau ngajak Ranty keluar, boleh gak." Ammar sopan
"asal dikembalikan." Papanya meledek
"iya boleh asal dikembalikan ya Pa." Mama Ranty
"yah pasti masak gak, lagian mau dibawa pulang juga udah tau rumahnya heee." Ammar membalas ledekan Papa Ranty
"ya udah sana sayang siap-siap." Mama Ranty pada Ranty
"ya udah Ranty mau keatas dulu." Ranty berjalan kekamarnya
"gak usah dandan udah cantik." Ammar gombal, Ranty mengerutkan keningnya tanpa menjawab mendengar Ammar, Papa dan Mama Ranty hanya tersenyum.
Setelah berpamitan Ammar dan Ranty berangkat, "kita mau kemana sih kak." Tanya Ranty penasaran
"udah ikut aja, dan jangan takut aku masih punya iman kok, kamu percaya kan sama aku." Ammar tersenyum

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang