37

382 8 0
                                    

"gini Den, tadi Non kan ikut mbak beli sayuran didepan ehh ketemu ibu-ibu tukang gosip." Mbak Ijah mulai menjelaskan
"terus." Ammar masih penasaran saja
"mereka bilang kalau suami tu gak jamin gak selingkuh meski istrinya cantik contohnya seperti pak johan belokan itu, kurang lebih githu Den tadi." Mbak Ijah menambahkan
"o..githu, ya udah terimakasih ya mbak, saya keatas dulu beresin ya." Ammar tersenyum berdiri dan berjalan naik keatas
"Aden jangan marah." Mbak Ijah lagi
"iya gak mungkin saya marah tenang aja." Ammar tersenyum lagi kemudian berlalu
Sesampainya diatas Ammar memeluk Ranty yang sedang duduk dipinggir ranjang, "apa sih kak." Ranty melepaskan tangan Ammar
"kamu yang kenapa sayang." Tanya Ammar lagi
"Ranty boleh nanya gak." Ranty balik bertanya
"tanya apa sayang." Ammar menatap istrinya
"emang bener ya kak istri cantik tu gak menjamin buat suaminya selingkuh." Tanya Ranty serius
"gak tau emang kenapa." Ammar santai dengan menatap istrinya
"tadi ada ibu-ibu githu, tapi itu semua bukan kak Ammar kan." Ranty seraya memeluk suaminya
"aishhh kamu tu ngomong apa, nyari yang kayak kamu gak ada lagi dan gak pernah kakak cari lagi." Ammar membalas pelukan istrinya
"masak." Ranty melihat suaminya
Ammar menunduk dan mencium kening istrinya "sudah jangan mikir yang aneh-aneh kamu percaya kan dengan kak Ammar mu ini, aku gak mau berkata panjang lebar tentang rasa sayang ku sama kamu, aku Cuma bisa buktiin aja, mending mikirin kak Ammar mu yang ganteng ini daripada mikirin omongan orang." Ammar memainkkan alisnya
"alasannya apa mau dipikirin, tadi dipikirin salah." Ranty tetap menatap suaminya
"yahh jangan yang aneh-aneh githu, yah mikirin gimana caranya biar tambah ganteng atau apa githu." Ammar tersenyum
"hmmm." Ranty mencubit perut Ammar
"yahh emang mau apa lagi coba, mau makin sayang gak usah diminta mau makin manja apalagi terus apacoba." Ammar meledek
"gombal." Ranty masih dipelukan Ammar
"udah ahh tidur aja udah malem." Ammar membaringkan tubuhnya "sini peluk." Ammar merentangkan tangannya tak menunggu lama Ranty langsung memeluknya.
Setelah kejadian itu, Ranty terlihat semakin hari semakin manja sama Ammar suaminya. Apa pun yang dikerjakan Ammar harus lah dia tau kalau Ammar lupa bilang pasti Ranty langsung marah, tapi karena rasa sayang Ammar pada Ranty yang membunuh rasa marahnya, bahkan sekarang Ranty meminta padanya setiap pulang dari kantor harus membawa martabak kesukaan Ammar meski jauh Ammar tak pernah absen membawakan untuk istrinya itu, yah karena rasa sayang yang ingin dia buktikan pada istrinya bukan kata-kata yang harus diumbar-umbar.
Satu minggu setelah kejadian itu, Ammar sudah berangkat kekantornya pagi-pagi, Ranty duduk melihat acara televisi, mbak Ijah terlihat akan keluar
"mbak mau kemana." Tanya Ranty
"mau beli sayur Non." Mbak Ijah berhenti
"ikut." Ranty berdiri menghampirimbak Ijah
"gak usah nanti kayak waktu itu ketemu ibu-ibu lagi." Mbak Ijah melarang
"gapapa pengen tomat." Ranty tetap memaksa
"kan dikulkas banyak Non." Mbak Ijah mulai merasa aneh
"maunya yang dibapak itu." Ranty terus memaksa
"bukannya sama aja Non sama-sama tomat." Mbak Ijah makin bingung
"udah ayo." Ranty menarik tangan mbak Ijah "beda mbak." Ranty terus menarik tangan mbak Ijah
"ya udah beda, tapi kalau ketemu ibu-ibu gak boleh marah-marah lagi ya kasian Den Ammar." mbak Ijah akhirnya menerima
"iya udah ayo." Ranty tersenyum
Saat sampai didepan, "ehh mbak Ranty apa kabar lama gak belanja." Bu Daryo menyapa
"baik kok bu emm iya." Ranty tersenyum
"bu tau gak ternyata pak Johan selingkuh karena istrinya yang cantik itu gak hamil-hamil." Bu Joko mulai gosip
"hahh bener bu, emang sih suami tu maunya punya anak cepet-cepet, jadi ya harus mikir dua kali tu istri yang lama hamilnya." Bu Syukur iku nimbrung
"iya bener bu, hmmm kasian ya istri-istri yang lama hamilnya." Bu Joko menyaut
"emm udah belum Non." Mbak Ijah menyadarkan Ranty yang mulai tak tenang itu
"hmm." Ranty sedikit kaget "iya udah kok." Ranty dengan memberikan kantong plastik tempat dia memilih tomat
"ya udah dibayar dulu ya." Mbak Ijah menerima dari Ranty sedangkan Ranty kembali masuk kehalaman rumahnya, mbak Ijah pun membayar dan sebelum pergi "hehhh bu gak baik suka gosip tu nanti kena sendiri." Mbak Ijah seraya pergi
Ranty sudah terlihat duduk lagi didepan televisi, melihat mbak Ijah yang baru masuk "mbak tomatnya jangan dijadiin satu dan jangan dimasukin kulkas ya taruh dimeja makan aja." Ranty menghentikan langkah mbak Ijah
"iya Non siap." Mbak Ijah memberi hormah
"mbak neh apaan sih." Ranty tersenyum dan mbak Ijah berlalu setelah tersenyum pada Ranty
Sudah malam Ammar yang masih kerja belum pulang, Ranty mulai gelisah dikamarnya dia memikirkan kata-kata ibu-ibu tadi, dia takut dengan perasaannya sendiri karena sudah hampir 2 bulan dia menikah belum ada tanda-tanda dia hamil.
"Assalamualaikum sayang." Ammar masuk kamarnya
"walaikumsalam." Ranty berdiri menghampiri Ammar "kakak udah pulang." Ranty menggandeng tangan Ammar
"iya sayang." Ammar sudah mulai terbiasa menghadapi sikap manja Ranty akhir-akhir ini "mandi dulu ya gerah." Ammar tersenyum
"iya jangan lama-lama, ntar Ranty kasih sesuatu." Ranty membuat Ammar penasaran
"apa sayang." Ammar mengehentikan langkahnya
"udah mandi dulu." Ranty mendorong Ammar agar cepat mandi
"ya udah tunggu ya." Ammar mencium kening istrinya dan Ammar bergegas kekamar mandi
"martabaknya dapet." Tanya Ranty sambil menyiapkan baju suaminya
"iya sayang sama mbak tanya aja." Ammar dari kamar mandi
"ya udah ini bajunya Ranty keluar dulu, cepet nyusul." Ranty dan perlahan keluar
Setelah selesai Ammar turun kebawah dia melihat Ranty sedang memakan martabak dia terlihat memikirkan sesuatu dan saat ditanya jawabannya tidak ada apa-apa, Ranty tetap menikmati martabak itu tapi Ammar mulai merasa aneh karena malah dikasih tomat untuk dimakan. Dan Ammar mulai merasa makin aneh ternyata itu tomat dari tukang sayur yang baru dibeli tadi, aneh sih tapi Ammar mau saja demi istrinya. Setelah itu Ranty mengajak Ammar ke kamar tapi Ammar mau keruang kerjanya dulu ada berkas yang harus dicek. Ranty duduk diranjang dan wajahnya mulai terlihat murung lagi, tak berapa lama Ammar masuk dia melihat istrinya sedang murung dia mendekati dan memeluk istrinya
"ada apa sayang." Tanya Ammar
"kak emm." Ranty terlihat menyimpan sesuatu "kak maafin Ranty ya, Ranty belum bisa ngasih apa yang kak Ammar mau." Ranty dengan matanya yang berkaca-kaca
"apa sayang memangnya aku minta apa dari kamu." Ammar mengelus lembut kepala Ranty
"sampai saat ini Ranty belum hamil, dan jika ada perempuan lain yang lebih sempurna Ranty ikhlas." Ranty menangis
"heii hustttt kamu kenapa, sudah jangan aneh-aneh kemarin aku udah bilang kan." Ammar meletakkan kepala Ranty didadanya "sayang yang namanya rezeki itu tidak bisa kita minta terus dan tidak bisa kita tolak semua sudah ada jalannya, jadi kamu jangan mikir yang aneh-aneh dan masalah hati cuma kamu alasan buatku mengenal rasa sayang jadi cukup." Ammar mengelus lembut kepala Ranty
"tapi kak." Ranty masih saja menangis
"hustt sudah ya kita manusia hanya bisa berusaha dan berdo'a yang menentukan yang maha kuasa, sudah ya jangan nangis lagi." Ammar menenangkan Ranty dan akhirnya Ranty paham jika Ammar tidak ambil pusing masalah anak karena semua sudah ada yang menentukan, Ranty makin yakin dengan Ammar karena Ammar sangat sayang dengannya. Setelah itu Ammar menyuruhnya untuk cuci muka dan masuklah dia kekamar mandi, tak berapa lama
"kak Ammarrrr." Teriak Ranty dan Ammar langsung berlari
"apa sayang." Ammar berlari panik masuk kekamar mandi
"ada kecoa." Ranty berdiri dipinggir pintu dan memeluk Ammar sesaat Ammar datang
"huuu." Ammar menghela napas "kirain kenapa, kamu paling suka ya bikin kak Ammar deg-degan." Ammar mencium kepala Ranty
"kak ini tu gak romantis Ranty lagi takut." Ranty masih memeluk Ammar
"hehhhh." Ammar tersenyum "emang mana kecoanya gak ada coba liat." Ammar melihat kesekeliling
"tadi udah keluar lewat jendela tu." Ranty menunjuk jendela kecil diatas
"terus." Ammar tersenyum
"kok malah tersenyum." Ranty melepaskan pelukannya dan kembali keranjangnya duduk dengan wajah kesalnya
"heii." Ammar memeluknya dari samping "kok sekarang gampang marah ya gampang cemberut terus kadang suka becanda." Ammar mencium pipi Ranty "kenapa sayang." Ammar menciumi pipi Ranty dengan berulang-ulang
"kak Ammar." Ranty tersenyum lalu menggelitik perut Ammar
"aaa sayang ahhahhaaa." Ammar tertawa karena geli diperutnya "ampun sayang hahhaaa." Ammar terus tertawa
"biarin salah sendiri nakal." Ranty terus menggelitik perut suaminya itu
"ampunnnn." Ammar terus minta agar dilepaskan "heiii." Ammar menarik kepala Ranty dan Ranty langsung terdiam, Ammar masih menyisakan senyumnya tapi Ranty menatapnya dengan penuh perasaan Ammar ikut larut menatap Ranty, Ammar menarik kepala Ranty semakin dekat dengannya semakin lama semakin dekat tapi ketika bibirnya semakin dengan suaminya
"hayo mau ngapain." Ranty melepaskan kepalanya dari Ammar dan meletakkan kepalanya didada Ammar
"hemm." Ammar tersenyum dan mengelus kepala Ranty "tadi kamu ngapain nyuruh kakak makan tomat kamu tau kan kakak gak suka tomat."
"tapi tadi mau." Ranty tak mengangkat kepalanya
"sekarang mintanya yang aneh-aneh ya." Ammar meniup kepala Ranty
"hmm." Ranty mencubit perut Ammar "kak besok kerumah Fadil ya kangen." Ranty merebahkan tubuhnya disamping Ammar
"masak, biar gak kangen diisi aja." Ammar tidak melihat Ranty
"diisi apanya yang diisi." Ranty melihat Ammar
Ammar baru sadar tadi Ranty baru nangis masalah kehamilan "eee maksudnya besok sebelum kesana mobilnya diisi bensin dulu biar bisa kesana jadi kangennya ilang dech." Ammar tersenyum dan mencari alasan
"o...kirain apa, besok gak usah kekantor ya pokoknya seharian harus sama Ranty." Ranty memegang tangan suaminya "ya kak." Ranty manja lagi
"kalau gak mau." Ammar manyun
"harus mau." Ranty mencium tangan Ammar
"apa imbalannya." Ammar meledek
"ini." Ranty mencium pipi Ammar "udah ahh tidur yok." Ranty duduk menarik tangan Ammar lalu berbaring lagi "udah malam ayah sayang." Ranty menarik tangan Ammar lagi
"iya Bunda sayang." Ammar berbaring disebelah Ranty dan memeluk istrinya
Pukul 8 pagi sekarang AmRa sudah selesai sarapan waktu sarapan Ammar tidak boleh minum air putih sama Ranty melainkan harus minum susu buatannya bukan susu panas yang dia buat tapi susu yang campur es aneh pagi-pagi minum es tapi ya sudah demi istri dan sekarang sudah siap berangkat kerumah Juan. Ammar sudah berjalan kedepan
"kak tunggu." Ranty memanggil
"apa lagi sayang." Ammar menghentikan langkahnya
"makan ini." Ranty memberikan tomat padanya
"haduhhh." Ammar mengambil tomat itu dan menghela napas
"dikit aja please." Ranty memohon
"iya udah ne." Ammar mengigit tomat itu seperti memakan apel saja sambil menahan rasa tidak suka dia terus mengunyah dan buru-buru menelannya "haa." Ammar membuka mulutnya "udah kan, apalagi." Ammar memaksakkan senyumnya
"berangkat yok." Ranty terlihat puas, terlihat mbak Ijah tersenyum melihat tingkah aneh Ranty pada Ammar
Sesampainya dirumah Juan, Ranty langsung bermain dengan Fadil keponakannya, hari ini Juan juga tidak kekantor sengaja karena Ranty dan Ammar mau datang
"kamu udah sarapan." Tanya Syahnas
"udah kak." Ranty menjawab sambil bermain dengan Fadil
"Ammar sudah juga." Syahnas lagi
"masak udah kak Ammar belum." Ranty melihat Syahnas dan kembali bermain dengan Fadil
"iya kakak kan Cuma tanya." Syahnas merasa aneh dengan sikap Ranty "kakak ngasih ini dulu ya kebelakang." lalu dia berjalan kebelakang memberikan secangkir teh untuk suaminya dan Ammar "diminum tehnya." Syahnas kemudian duduk
"terimakasih." Ammar tersenyum mengambil cangkir teh itu dan meminumnya
"gimana." Tanya Juan seraya meletakkan cangkirnya dimeja
"gimana apanya." Ammar juga meletakkan cangkirnya dimeja
"sudah ada tanda-tanda belum." Juan dengan santai
"maksudnya hamil belum." Ammar seenaknya menebak
"paham bener." Juan tersenyum
"nebak aja biasanya kan githu orang baru nikah terus jarang ketemu yang ditanyain apalagi." Ammar dengan santai juga
"tapi tunggu dech aku rasa Ranty tu sudah." Syahnas dengan wajah datar
"sudah apa." Ammar menegakkan tubuhnya
"ya sudah menurut ku." Syahnas menatap suaminya
"hamil maksud kamu." Tanya Juan dan Syahnas mengangguk
"masak sih tau darimana." Ammar penasaran
"kayaknya tingkah Ranty berubah manja githu, emang kamu gak ngrasain." Tanya Syahnas pada Ammar
"emang akhir-akhir ini dia manja terus maunya yang aneh-aneh, masak tadi gue disuruh minum es." Ammar datar
"hahhaaa sering-sering aja." Juan tertawanya meledek
"malah githu." Ammar kesel
"emang kamu belum tanya sama Ranty atau di cek githu." Syahnas lagi
"belum." Ammar menggeleng
"emang loe aja yang dikerjain, istri gue udah duluan, masak waktu itu gue suruh minta mangga punya tetangga sebelah mana ibunya galak, sudah dibilang beli aja malah nangis hmmm." Juan curhat
"namanya juga yang mau bayi Yah bukan Bunda." Syahnas membela diri
"jadi emang beneran githu ya, kalau orang hamil mintanya yang aneh-aneh." Ammar mengangguk-anggukkan kepalanya
"tu kayaknya lagi ngomongin kita ya dex." Ranty datang membawa Fadil
"ehh anak ayah sini." Juan tersenyum dan meminta Fadil dari Ranty
"ngomongin apa sih kliatannya serius." Tanya Ranty
"emm kamu udah cek ke dokter belum." Syahnas balik bertanya
"ngapain Ranty gak kenapa-kenapa juga ya kan Kak." Ranty memegang tangan Ammar
"he'eh." Ammar mengangguk
"tu kan." Ranty tersenyum
"iya maksud aku." Syahnas belum melanjutkan bicaranya karena tangan Juan memegang tangannya
"emm gimana skripsi kamu udah kamu lanjutin." Tanya Juan mencari alasan agar Ranty tidak fokus dengan pertanyaan istrinya
"belum masih males." Ranty sambil memegangi tangan Fadil
"cepetlah diselesain biar nanti kalau udah punya anak udah wisuda." Juan memberi saran
"iya dech nanti dipikirin." Ranty tersenyum pada Fadil yang melihatnya
Siangnya mereka makan siang bersama dirumah Juan dan setelah shalat dzuhur Ammar dan Ranty berpamitan pulang. Saat dijalan Ranty manja sekali sama Ammar maunya nempel terus dipundaknya. Tiba-tiba Ranty menegakkan tubuhnya
"liat apa." Tanya Ammar
"kak kita beli itu ya." Ranty menunjuk ketukang cilok
"cilok." Ammar lagi
"iya." Ranty mengangguk
"ya udah." Ammar ikut saja
Ammar turun dan membeli cilok itu lalu dia kembali kemobil, "ini sayang." Ammar memberikannya pada Ranty
"terimakasih ayah." Ranty tersenyum dan Ranty langsung memakannya
"kamu masih laper." Tanya Ammar yang merasa aneh dengan tingkah Ranty
"gak." Ranty menggeleng dan terus memakan cilok itu
"kan tadi barusan makan masih berapa meter coba." Ammar mulai merasa makin aneh
"kalau mau ya mau aja kak gak pake' laper." Ranty terus menikmati ciloknya
"githu ya." Ammar melajukan lagi mobilnya
"ini." Ranty mendekatkan cilok itu kemulut Ammar
"udah abisin aja." Ammar menolak
"kak." Ranty membulatkan matanya
"hmm ya udah." Ammar membuka mulutnya dan memakannya
"enakkan." Ranty tersenyum

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang