41

621 7 0
                                    

"kayak punya saya bukan pak." Ammar membuka sedikit bajunya
Pak Harun melihat pundak Ammar dan tanda lahirnya. Pak Harun langsung menangis dan memeluk Ammar
"bapak kenapa." Tanya Ammar heran dan Ranty hanya diam saja tak bertanya ataupun ikut bercengkrama
"kamu memang anak sahabat saya Ammar, rasa rindu saya seakan terobati." Pak Harun melepaskan pelukannya mengusap air matanya "maaf Ammar saya terlalu bersemangat, iya tanda lahir kamu sama persis dengan Zoni dan wajah kalian tu mirip sekali."
"sebentar pak saya punya foto ayah saya." Ammar meminta ponselnya pada Ranty "mana sayang, sebentar ya." Ammar tersenyum pada istrinya dan mengelus perut istrinya "ini ayah saya pak." Ammar menunjukkan layar ponselnya
"iya ini Zoni bener gak salah lagi kamu memang anaknya Ammar." Pak Harun menepuk-nepuk pundak Ammar
"jadi beneran bapak ini sahabat ayah saya." Ammar tersenyum
"iya benar sekali, nanti kalau kalau pulang kamu tolong salamin ya,o...ya itu disan rumah bapak mampir-mampir ya." Pak Harun tersenyum
"iya pak terimakasih, nanti saya sama istri isnyaAllah mampir." Ammar tersenyum "emm kak kami permisi dulu ya istri saya sudah capek." Ammar berdiri
"o..iya silahkan, si cantik ini istri kamu." Pak Harun tersenyum
"iya pak." Ammar juga tersenyum
"pinter kamu cari istri." Pak Harun menepuk pundak Ammar
"iya lah pak, tapi susah dapetinnya." Ammar berbisik pada Pak Harun
"kak Ammar." Ranty mencubit perut suaminya
"tapi dapet kan." Pak Harun tersenyum lagi
"dapet lah pak ini buktinya." Ammar mengelus lembut perut istrinya
"hebat kamu, emm o..iya kalian kesini liburan kan apa ada kerjaan." Tanya Pak Harun
"kami liburan pak." Jawab Ammar
"nah kebetulan bapak ini salah satu pemandu wisata khusus wisatawan dari Indonesia, jadi kalau kamu butuh bapak ini kartu nama bapak." Pak Harun memberikan kartu namanya pada Ammar
"ohh iya pak terimakasih, emm kami permisi dulu." Ammar menjabat tangan pak Harun sebelum pergi
Sesampainya diapartemen mereka langsung bersih-bersih dan shalat isya, setelah selesai Ranty membaringkan tubuhnya diranjang, Ammar menyusulnya
"capek sayang." Ammar menyibak rambut istriya, Ranty hanya tersenyum "ya udah istirahat ya, kakak mau bales pesan orang kantor dulu."
"kak." Ranty menarik tangan suaminya
"apa sayang." Ammar menghentikan niatnya turun dari Ranjang
"emm." Ranty mengangkat kedua tangannya
"emm manjanya." Ammar langsung memeluk istrinya "ya udah sekarang istirahat ya, cuma bentar kok." Ammar melepaskan pelukannya dan mencium kening istrinya
"jangan lama-lama." Ranty tersenyum tipis
"iya." Ammar mengelus kepala istrinya
Tak terasa 1 minggu sudah mereka lalui dan sekarang waktunya mereka pulang, sebelum pergi Ammar dan Ranty berpamitan pada pak Harun, Ammar berterimakasih karena selama di Belanda sudah banyak dibantu olek pak Harun, pak Harun juga memberikan sesuatu untuk Ammar dan Ranty serta untuk ayahnya di Indonesia. Pak Harun juga berterimakasih karena berkat Ammar dia bisa berhubungan lagi dengan sahabatnya yang tidak lain ayah Ammar. Ammar melambaikan tangannya saat pergi, terlihat pak harun meneteskan air matanya "semoga selamat sampai tujuan Ammar, semoga kamu bahagia selamanya saya akan selalu menunggu kedatangan mu lagi kelak bersama anak-anak mu, sampai jumpa sahabat ku." Pak Harun mengusap air matanya dan masuk lagi kerumahnya. Ammar dan Ranty sudah pergi meninggalkan Belanda dan tak lama lagi akan segera kembali ke Indonesia.
2 bulan kemudian, ya kandungan Ranty semakin besar dan Ammar sekarang total hanya dirumah (suami siaga). Ranty sudah mulai bimbingan skripsinya lagi, besok pagi dia harus berangkat kekampus lagi.
"kak." Ranty duduk perlahan disebelah suaminya yang sedang menikmati bintang dilangit
"sayang kenapa kok bentar-bentar kekamar mandi, kakak anterin ke dokter ya." Ammar membalikkan badannya menghadap istrinya
"gapapa kak, kata Bunda sama Mama emang kayak gini katanya." jawab Ranty tenang
"beneran." Ammar menatap serius istrinya dan Ranty hanya mengangguk "hei sayang lagi apa sayang, kamu liat gak disana ada bintang 2 yang dari tadi ayah lihat bersama terus bahkan waktu ada awan hitam melewati mereka muncul bersama, sayang kamu baik-baik ya jangan nakal kasian bunda." Ammar mengelus perut istrinya mengajak bicara calon bayi dan mencium perut istinya
"kak emm kakak pernah gak ngrasa ada yang aneh dengan kehamilan Ranty." Tanya Ranty
"memangnya kenapa sayang, hahh kenapa." Ammar panik
"gak ada apa-apa kak semua baik-baik saja, udah lupain aja." Ranty tersenyum
"selama ini kan kamu minta kakak jangan tau tentang keadaan sebenarnya tentang calon bayi kita, yang penting kakak tau kamu sehat dia sehat kakak bisa terima kok sayang, karena kakak sayang sama kamu." Ammar tersenyum dengan matanya yang berkaca-kaca
"maafin Ranty ya kak karena Ranty ingin buat kejutan buat kakak." Ranty memeluk suaminya
"iya sayang." Ammar mencium kepala istrinya "emm sayang kamu tau gak semenjak kamu hamil masuk 7 bulan kakak selalu mimpi apa." Ammar mengelus lembut kepala istrinya
"mimpi apa kak." Ranty melepaskan pelukannya menatap suaminya
Ammar duduk menatap langit "kakak sering mimpi ditemui dua anak laki-laki ya mereka terlihat riang saat bersama kakak, hmm minta digendong kadang minta berlari kejar-kejaran kadang juga menangis tertawa dan kadang mereka memeluk kakak erat sekali." Ammar meneteskan air matanya
"hmm terus." Ranty yang duduk bersila dikursi memeluk lengan suaminya
"hmm tiap malem mereka temui kakak selalu memberi senyuman memberi semangat buat kakak mencium kakak bahkan sambil rebutan mau cium saja." Ammar tersenyum dengan air matanya "mereka seperti nyata saat dipangkuan kakak mereka tidur menutup mata dengan sisa senyum mereka pada kakak, hmmm malaikat kecil ayah." Ammar mengelus perut istrinya
Ranty terlihat juga menteskan air matanya mendengar cerita mimpi suaminya "kak mungkin ini waktu yang tepat buat ngasih sesuatu sama kakak, tunggu sebentar ya." Ranty berdiri dan perlahan kekamarnya Ammar hanya mengangguk menghapus air matanya sendiri
Ranty sudah kembali membawa amplop berwarna emas duduk dan memberikannya pada Ammar, "apa ini sayang." Ammar membersihkan sisa air matanya
"buka saja kak." Ranty tersenyum
"oke kakak buka ya." Ammar perlahan membukanya dengan tangannya yang gemetar, setelah amplop terbuka dia mengambil lembaran kertas didalamnya perlahan dia melihatnya tiba-tiba air matanya keluar lagi "ini maksudnya apa sayang." Ammar menatap istrinya dengan air matanya yang tak terbendung lagi
"itu anak ayah." Ranty memegang tangan suaminya
"sungguh." Ammar terus saja menangis dan tak percaya dengan apa yang dia lihat
"iya kak Ammar sayang, Ranty memang merahasiakannya dari kakak maafin Ranty kak, tapi ini waktu yang tepat buat kakak tau, kalo calon bayi kita memang benar-benar jagoan kak." Ranty tersenyum dalam tangisnya
"ini anak kakak sayang." Ammar menangis dengan meraba-raba foto calon bayinya itu
Ranty mencoba tenang "ini foto awal kak masih belum kelihatan ya nah yang ini baru kemarin udah kelihatan kan, cakep ya idungnya kayak siapa ya." Ranty tersenyum meletakkan kepalanya dipundak suaminya tangannya mengelus lembut pipi suaminya yang terus menangis memandang foto-foto calon anaknya itu
"sayang jadi kamu sudah tau sejak awal kalau mereka tu kembar." Ammar menatap istrinya
"iya kak ini kan ada dua." Ranty menunjuk foto awal yang terlihat masih samar-samar itu
"dan sekarang mereka sudah terlihat ya subhanallah." Ammar mencium foto itu dan mencium istrinya, Ammar melepaskan pelukan istrinya lalu dia bersujud dibawah bangku yang dia duduki bersama istrinya "alhamduliah terimakasih ya Allah." Ammar mengusap wajahnya lalu mengahadap istrinya yang duduk dibangku "sayang terimakasih ya hidup kakak serasa sempurna." Ammar mencium tangan istrinya lalu mencium perut istrinya yang sudah makin terlihat itu
"iya kak hidup Ranty juga terasa sempurna karena kakak, terimakasih ya kak." Ranty mencium kedua tangan suaminya itu lalu memeluk suaminya
Pagi nya Ammar sedang main basket dan Ranty sedang mempersiapkan lembaran-lembaran skripsinya, setelah selesai dia kedapur membuat secangkir teh untuk suaminya.
"kak udah." Ranty duduk dikursi dan meletakkan cangkir teh itu dimeja
Ammar berlari mencium istrinya lalu duduk "terimakasih sayang, udah siap." Tanyanya
"sudah sana kakak mandi dulu." Ranty mengangguk
Ammar meminum tehnya "ya udah kakak mandi dulu, tunggu ya sayang." Ammar mengelus perut istrinya
"Ranty tunggu diruang tengah." Ranty berdiri
"sip." Ammar mengacungkan jempolnya dan berlalu, perlahan Ranty juga berjalan keruang tengah dia duduk disofa setengah berbaring karena perutnya semakin besar sehingga mudah capek. Tak lama Ammar datang dan sudah rapi siap berangkat membawa tas istrinya
"hmm kayak anak muda aja." Ranty sesaat suaminya datang
"emang masih muda kan coba aja liat." Ammar bergaya bak seorang model
Istrinya hanya tersenyum melihatnya "sudah ahh ayo."
"ayo sayang." Ammar membantu istrinya berdiri
Ammar melajukan perlahan mobilnya, melaju dengan pasti menyusuri jalan demi jalan dan sepanjang jalan bukan jalan kenangan tapi jalan sekarang, tak terasa sampailah ketempat tujuan. Ammar turun membawakan tas istrinya dan berjalan menggandeng istrinya. Semua mahasiswa memandangnya, ya semua masih ingat tentunya siapa Ammar, tapi lain dengan Ardi dan Reza ketua senat yang ramah itu menyapa Ammar dan istrinya. Ammar langsung mengantarkan istrinya keruang dosen pembimbingnya. Setelah dilihat ada beberapa yang harus dibenahi, dan selesailah bimbingan hari ini.
Keesokan harinya Ammar mengantarkan lagi istrinya untuk bimbingan dan selesailah skripsi istrinya Ranty, waktu sidang satu minggu lagi. Satu minggu lagi itu memasuki 9 bulan kehamilan istrinya dan waktu itu pun tiba.
"harus semangat ya sayang kamu pasti bisa." Ammar memberi semangat sebelum istrinya masuk keruang sidang
"iya kak, Ranty masuk dulu ya." Ranty mencium tangan suaminya
"iya semangat." Ammar terus memberi dukungan "sayang jangan nakal ya didalam yang anteng biar bunda lancar sidangnya." Ammar mengelus lalu mencium perut istrinya, perlahan Ranty masuk keruang sidang. Ammar berjalan kearah kantin membeli minum untuk istrinya nanti saat keluar dari ruang sidang. Tak lama dia sudah kembali, dia duduk didepan ruangan itu mengambil ponselnya membuka game kesukaannya. Terlihat menikmati sekali membuang rasa khawatirnya pada istri tercinta yang sedang berjuang didalam sesekali dia melihat kedalam melalui kaca jendela. Tak dia sadari istrinya sudah keluar
"kak." Ranty duduk disampingnya
"sayang." Ammar memasukkan ponselnya kedalam saku bajunya "sudah." Tanyanya
"alhamdulilah." Ranty tersenyum melihatnya
"alhamdulilah." Ammar memeluk istrinya "selamat ya sayang." Ammar mencium tangan istrinya "hei jagoan-jagoan ayah terimakasih ya sudah baik banget nemenin bunda." Mengelus lembut perut istrinya "minum." Ammar memberikan air minum yang dia beli tadi
"terimakasih ayah." Ranty tersenyum dan menerima air minum itu, karena sudah selesai Ammar yang tak tega istrinya kelelahan mengajak istrinya pulang.
3 minggu kemudian, pagi ini Ranty tengah melakukan senam hamil disamping rumah karena udaranya masih segar dengan taman bunga yang sengaja dia buat, dia duduk bersila dengan tangan didepan dadanya, Ammar dengan jailnya dia tengkurap didepan istrinya dengan tangannya yang dia letakkan didagunya, dia memandangi istrinya yang tengah hamil besar itu dia tersenyum
"bunda." Suaranya lirih
"apa ayah." Ranty menjawab tanpa membuka mata
"ngapain." Tanyanya lagi
"renang ayah, " jawabnya tetap dengan matanya yang masih ditutup
"aishhh gak lompat jauh sekalian." Ammar gemes lalu duduk didepan istrinya, Ranty yang terganggu membuka matanya dan ternyata suaminya sudah ada tepat didepannya "baaa."
"suka ganggu ya." Ranty menarik telinga suaminya
"aduh." Tapi Ammar menunduk mencium perut istrinya dia merangkat kebelakang Ranty istrinya memeluk istrinya "katanya mau kedokter sayang, emmm nanti kakak boleh masuk ya pengen liat jagoan-jagoan ayah." Tangannya mengelus lembut perut istrinya
Ranty menyandarkan tubuhnya pada suaminya "boleh penasaran kan sama wajah mereka." Menatap suaminya
"hmm, emm sayang coba dech kamu tarik napas rentangkan tangan kamu bayangin yang indah-indah yang membuat kamu ngrasa seneng bahagia dan buang napas perlahan." Ammar tersenyum
"emang kenapa." Tanya Ranty heran
"ya biar makin rileks aja bentar lagi kan kamu mau ngelahirin jagoan-jagoan ayah jadi harus semangat." Ammar memberi dukungan pada istrinya
"iya ayah." Ranty perlahan menegakkan tubuhnya menarik napasnya dia juga membayangkan hal-hal yang indah menurutnya dan perlahan merentangkan tangannya, dia tersenyum bukannya membantu dengan kata-kata Ammar malah menggeser duduknya dan duduk didepan istrinya yang sedang menutup mata itu, dia juga tersenyum melihat istrinya lalu dia duduk dibelakang istrinya lagi memeluk istrinya mencium lembut pipi istrinya
"ayah sayang kamu bunda." Ammar berbisik lembut ditelinga istrinya dan mencium pipinya, merasa hanya dikerjai suaminya dia menurunkan tangannya membuka matanya dan menarik telinga suaminya
"jadi tadi gak beneran hanya mau bilang sayang." Dia tersenyum tipis
"hemm iya kayaknya." Ammar tersenyum bodoh "lepas sayang sakit." Dia merengek karena telinganya masih ditarik istrinya

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang