36

531 10 0
                                    

Ammar menarik tubuh Ranty agar berbaring bersamanya "Allah itu memang memberikan semua dengan waktu yang tepat ya, yah semua indah pada waktunya." Ammar mencium tangan Ranty lalu tersenyum
"iya kak, alhamdulilah terimakasih ya kak karena kak Ammar sudah sayang sama Ranty." Ranty meletakkan kepalnya didada Ammar
"aishh pake' terimakasih kita sama-sama aja ngejalanin ini ya." Ammar memeluk tubuh istrinya itu
"Ranty ganti baju dulu ya." Ranty duduk melepaskan pelukan Ammar
"kita foto dulu yok jangan ganti dulu." Ammar menahan Ranty
"tadi kan udah banyak." Ranty melihat Ammar suaminya
"ini pribadi." Ammar memainkan alisnya
"hmm, ya udah cepet." Ranty mengiyakan, dan mereka pun berpose sesuka hati
Malamnya selesai shalat isya' Ranty kekamar duluan kekamar dia berdiri dijendela melihat bintang, Ammar yang baru datang memeluknya dari belakang.
"udah ada bintang jatuh belum."Ammar mencium pipi istrinya
"kak, emm belum." Ranty masih saja kaget dengan tingkah Ammar padanya
"kalau udah ada kasih tau ya aku mau minta sesuatu." Ammar memeluk erat tubuh istrinya itu
"mau minta apa." Tanya Ranty
"minta kakaknya Fadil." Ammar serius
"hmmm." Ranty mencubit tangan Ammar
"kenapa." Tanya Ammar
"gak secepat itu juga." Jawab Ranty
"ya kan usaha dulu ya gak." Ammar kian erat memeluk tubuh Ranty
"kak Ammar." Ranty menahan napasnya
"apa." Ammar masih saja memeluk erat tubuh Ranty
"jangan kenceng-kenceng meluknya gak bisa napas." Ranty dengan napasnya yang tertahan
"hahhh." Ammar kaget lalu melepaskan tangannya dan mengangkat tangannya
"emang ada polisi angkat tangan." Ranty mengerutnya keningnya
"ada." Ammar menurunkan tangannya dan tersenyum
"mana." Tanya Ranty heran
"kamu." Ammar mendekati Ranty
"hmm, mau apa." Ranty mundur karena Ammar makin dekat dengannya "kak Ammar." Ranty sedikit takut tapi Ammar makin dekat dan semakin dekat dengannya Ammar menatap tajam mata Ranty dan Ranty masih takut mendapat perlakuan Ammar padanya Ammar tersenyum Ranty makin takut, dan Ammar mencium keningnya.
Ammar melepaskan ciumannya "aku sayang sama kamu." Ammar memeluk Ranty dan Ranty hanya diam "kamu istirahat dulu ya aku mau siapin bahan buat meeting besok udah semingguan gak ke kantor." Ammar tersenyum
"emang kak Ammar gak punya asisten kok disiapin sendiri." Ranty merasa aneh
"hmmm kapok semenjak kejadian Linda waktu itu, udah lah kamu istirahat dulu ya nanti aku susul." Ammar mencium tangan Ranty
"ya udah jangan malam-malam ya." Ranty tersenyum
Ammar sudah masuk keruang kerjanya ternyata semua sudah disiapkan untuknya bahkan berkas-berkas yang mau dia bawa tadi sepulang akad nikah sudah disediakan bundanya diruang itu
"hmm terimakasih bunda." Ammar mulai menghidupkan kompurnya, dia mulai terlihat sibuk dengan pekerjaanya menyiapkan semua materi untuk meeting, yang selesai sudah dia masukkan kedalam map, sesekali dia menguap tapi dia tahan menarik kepalanya kekanan kekiri membuang capek
"kak." Ranty melingkarkan tangannya dileher Ammar dari belakang
"hei." Ammar memegang tangan Ranty
"Ranty bawain kopi." Ranty melepaskan tangannya memberikan secangkir kopi pada suaminya
"hmm iya sayang terimakasih, baiknya istri kakak neh." Ammar tersenyum seraya mengambil secangkir kopi itu "hmmm ini kopi rasanya beda dengan yang lain." Ammar memainkan alisnya
"emang ada kopi rasa-rasa." Tanya Ranty merasa aneh
"ada lah buktinya ini ada." Ammar tersenyum
"emang itu rasa apa, gak manis ya apa kemanisan." Ranty sepertinya mulai panik
"sayang gak kok, ini tu beda karena ini kopi rasa cinta." Ammar meminum lagi kopi itu
"hmmm." Ranty mengereutkan keningnya
"hhheeee." Ammar meletakkan cangkir kopinya "napa sayang hmm kok kamu belum tidur kenapa." Tanya Ammar seraya meraih tubuh istrinya yang ada disampingnya Ammar melingkarkan tangannya ditubuh Ranty
"gapapa." Ranty tersenyum tipis
"ya udah kakak selesain ini dulu ya kamu tunggu dikursi dulu ya, tu kayaknya ada novel." Ammar masih memeluk Ranty "bentar lagi selesai kok." Ammar tersenyum Ranty mengangguk dan berlalu duduk dikursi sedangkan Ammar mulai lagi menyelesaikan pekerjaannya. Pukul 12 tepatnya Ranty terlihat sudah merebahkan tubuhnya disofa ternyata dia sudah tidur, Ammar terlihat sudah mematikan komputernya dan memasukkan semua berkas ketasnya. Dia berdiri meminum sisa kopinya dan melihat Ranty berjalan mendekatinya
"sayang." Ammar memegang lembut tangan Ranty tapi Ranty diam saja "kayaknya kamu capek banget ya." Ammar mengelus halus pipi Ranty "kita kekamar ya sayang." Ammar mengangkat perlan dan hati-hati tubuh Ranty, saat didepan pintu dia membuka pintu dengan perlahan agar Ranty tidak terbangun dia tersenyum melihat Ranty yang terlelap itu "subhanallah terimakasih ya Allah." Ammar mau mencium kening Ranty tapi iya urungkan karena takut Ranty terbangun, dia bingung harus menutup pintu bagaimana
"biar mbak aja yang nutup Aden kekamar aja kasian." Mbak Ijah berbisik
"iya." Ammar juga berbisik "terimakasih." Tersenyum dan berlalu kekamarnya. Ammar membaringkan tubuh Ranty diranjang dengan hati-hati takut jika Ranty terbangun, dia membenarkan rambut istrinya itu dengan lembut Ammar tersenyum dan sepertinya dia sangat-sangat mengagumi keindahan istriya itu dia mengehela napas dan berdiri ketika hendak pergi tiba-tiba tangannya ditarik
"kak Ammar mau kemana." Ammar menarik tangan suaminya dengan matanya yang masih berat
"kok bangun." Ammar duduk lagi dan mencium tangan Ranty "maaf ya tadi aku pindahin kamu soalnya gak tega buat bangunin kamu." Ammar tersenyum
"gapapa kok terimakasih ya kak." Ranty juga mencium tangan Ammar
"ya udah lanjutin ya kakak mau cuci tangan dulu." Ammar berdiri dan berlalu
Kumandang adzan subuh terdengar diseluru penjuru dunia, para umat muslim berduyun-duyun merapat kemasjid-masjid terdekat. Terlihat Ammar dan Ranty shalat berjamaah. Setelah selesai Ranty mencium tangan Ammar dan Ammar tersenyum
"impian ku selama ini dikabulkan." Ammar tiba-tiba sesaat Ranty melepaskan tangannya
"apa kak." Tanya Ranty heran
"jadiin kamu syah buat aku dan jadi imam kamu." Ammar tersenyum
"iya kak, Ranty juga bahagia bisa sama-sama kak Ammar." Ranty tersenyum
"kakak akan selalu sama kamu apa pun yang terjadi, kamu sayang sama kakak." Ammar memegang tangan Ranty
"kenapa masih tanya, kak Ammar pasti sudah tau jawabannya." Ranty manaikkan alisnya dan Ammar memeluk istrinya
"emm kak Ammar mau sarapan apa." Tanya Ranty setelah beberapa saat
"apa aja sayang." Jawab Ammar
"mau dibikinin nasi goreng." Ranty lagi
"udah apa aja mau sayang, nasi goreng mau minum aja mau." Ammar tersenyum
"emmm ya udah Ranty buatin nasi goreng ya." Ranty juga tersenyum
"iya sayang." Ammar tersenyum lagi
Karena sudah pukul 5.30 Ranty bergegas kedapur, Ammar masih membaca buku ditempat shalat tadi. Setelah beberapa saat dia kekamar karena hendak ganti baju. Dia masuk dan melihat bajunya sudah siap dengan rapi sepatu juga dia tersenyum lalu bergegas kekamar mandi setelah selesai dia kembali dan memakai baju kantornya yang sudah disiapkan istrinya. Saat masih memasang satu kancing bajunya
"sini Ranty bantu." Ranty mulai memasangkan kancing baju Ammar dengan perlahan Ammar tersenyum dan menatap istrinya, "kenapa kak." Tanya Ranty aneh
"terimakasih sayang." Ammar tersenyum
"iya." Ranty juga tersenyum dan mengambil dasi lalu memakaikannya, Ammar hanya tersenyu saja menatapistrinya "kak Ammar jangan liatin githu malu." Muka Ranty memerah
"napa malu kakak ne sekarang suami kamu, dan terserah mau kamu apain juga." Ammar melingkarkan tangan ke istrinya
"apa sih." Ranty masih malu-malu, Ammar tersenyum saja dan mencium kening istrinya
"ya udah ahh mau pake' sepatu dulu." Ammar melepaskan tangannya lalu duduk dan memakain sepatunya Ranty duduk disebelahnya "kemarin kamu nyuci kaki aku ya." Ammar dengan memakai sepatunya
"sekarang mau dipake'in sepatunya." Ranty memegang tangan Ammar
"manja banget semua mau dipakein." Ammar menatap Ranty
"gapapa kak." Ranty turun mengambil sepatu dan memakaikan sepatu Ammar
"jadi beneran ya." Ammar manatap lagi istrinya itu
"sudah." Ranty berdiri
"baik banget sih." Ammar memeluk istrinya
"sini." Ranty melepaskan pelukan Ammar menarik tangan Ammar dan dengan telaten menyisir rambut Ammar tak lupa memberikan parfum
"udah yok sarapan, terus berangkat biar gak kena macet." Ranty menarik tangan Ammar dan Ammar tak menjawab hanya mengikuti kemauan Ranty
Selesai sarapan Ammar berangkat kekantor. Ssesampainya dia dikantor dian sudah ditunggu untuk meeting, setelah selesai Ammar kembali keruangan kerjanya. Pukul 12 waktunya istirahat, Ammar duduk dengan setengah merebahkan tubuhnya membuang lelah.
"assalamualaikum." Suara yang begitu melekat ditelinga Ammar
"walaikumsalam."Ammar duduk dengan tegak "sayang." Ammar ta percaya
"iya kak." Ranty mencium tangan suaminya
"bawa apa itu." Ammar melingkarkan tangannya ditubuh Ranty yang berdiri didepannya
"makan siang, kita makan ya dirumah sepi jadi Ranty kesini aja." Ranty tersenyum
"ya udah ayo, emang mbak kemana." Tanya Ammar seraya melepaskan tangannya
"kerumah Bunda ambil pakaian atau apa githu, tadi udah Ranty kasih kunci rumah satu." Jawab Ranty dengan mulai membuka makanan yang dia bawa
"hmmm baunya enak banget,ini yang kamu bawa waktu itu kerumah." Ammar tersenyum lagi
"iya." Ranty memberikan makanan itu pada Ammar
"hmm." Ammar menikmati aroma makanan itu "mau disuapin." Ammar manja
"kayak anak kecil aja." Ranty mengambil lagi makanan dari tangan Ammar "ya udah ini sayang." Ranty menyuapkan makanan ke Ammar
Ammar tersenyum menerima suapan Ranty dan menikmati makanan yang dibuat istrinya itu "emmm nikmat banget." Ammar dengan menikmati makanan dimulutnya
Setelah selesai makan dan shalat Ranty maminta izin sama suaminya untuk tinggal disithu karena dirumah tidak ada dan Ammar mengiyakan. Ammar kembali dengan pekerjaannya, Ranty duduk disofa membaca buku yang sengaja dia bawa, dan dia lihat Ammar begitu serius dengan pekerjaannya meski sibuk sesekali Ammar melihatnya dan tersenyum padanya. Tak jarang juga karyawan Ammar yang keluar masuk ruangan itu bahkan sering. Waktu ashar mahgrib dan isya' berlalu. Ranty merebahkan tubuhnya disofa masih menunggu Ammar, Ammar sudah menyuruhnya pulang dari tadi siang tapi Ranty menolak karena ingin terus bersama Ammar. Ranty melihat langit sangat cerah dengan sinar bulan, dia keluar dan berdiri dibukit bintang yang dibuatkan Ammar khusus untuknya. Dia tersenyum mengingat kembali apa yang sudah dia alami dengan Ammar selama ini. Ammar sudah selesai dengan pekerjaannya, dia melihat Ranty berdiri dibukit bintang itu, Ammar melepas jas dan dasinya ditaruhkannya dikursi, dia berjalan keluar dan menyusul Ranty
"masih aja suka." Ammar memeluk tubuh istrinya
"kak." Ranty memegang tangan Ammar "masih lah." Ranty menyandarkan kepalanya didada Ammar
"dan sampai kapan pun kakak juga akan suka selama kamu masih suka." Ammar mencium kepala Ranty, dari jauh terlihat romantis sekali dengan sinar rembulan yang sangat terang itu sungguh pasangan yang serasi.
Hari-hari demi hari telah Ammar lalui bersama istrinya Ranty semua terasa indah karena selalu bersama. Pagi ini Ammar harus berangkat pagi-pagi dan tak sempat sarapan. Ranty yang sedang duduk diteras rumahnya melihat mbak Ijah akan belanja kedepan
"mbak mau kemana." Tanya Ranty
"mau beli sayur Non kedepan itu ada tukang sayur." Mbak Ijah menunjuk kedepan gerbang ada tukang sayur dengan ibu-ibu tetangga Ranty
"ya udah Ranty ikut ya." Ranty berjalan didekat mbak Ijah
"gak usah Non biar mbak aja." Mbak Ijah melarang
"udah ayo." Ranty menarik tangan mbak Ijah
"tapi Non." Mbak Ijah tak enak
"udan gapapa." Ranty terus berjalan
Saat sampai "selamat pagi mbak." Salah satu ibu-ibu itu menyapa Ranty
"pagi bu, belanja bu." Jawab Ranty sopan
"iya tumben ikut." Salah satu lagi
"gak kok udah sering ikut tanya aja sama bapaknya." Mbak Ijah membela Ranty
"iya ibu-ibu mbak cantik ini sudah sering beli sama saya mungkin ibu-ibu gak pernah bareng." Bapak tukang sayur menjelaskan dan Ranty hanya tersenyum
Dari jauh terdengar suara orang ribut-ribut, "hmm mereka tu kok berantem terus ya bu." Bu Joko entah membicarakan siapa Ranty tidak tahu
"iya bu bener, suaminya sih yang gak bisa jaga mata, masak istrinya sudah canti kayak githu masih aja selingkuh." Bu Daryo menyaut
"bener itu gak bisa bersyukur ya, kurang apa coba istri sudah cantik githu." Saut ibu Syukur dan mereka bertiga saling melihat dan melihat Ranty yang sedang memilih sayuran dengan perlahan itu
"udah Non jangan dengarkan ibu-ibu itu mereka emang tukang gosip." Mbak Ijah berbisik pada Ranty dan Ranty hanya tersenyum
"emm mbak hati-hati loh sama alasan suami pulang malam terus." Bu Joko berbicara pada Ranty
"iya bener mbak wajib dicurigai tu apalagi suami mbak ganteng githu pasti banyak yang suka, ya kan bu." Bu Syukur ikut-ikutan
"bener banget Bu soalnya istri cantik kayak mbak ini gak menjamin lohh,buktinya itu istrinya cantik suaminya masih saja selingkuh emang sih suaminya ganteng jadi banyak yang suka." Bu Daryo panjang lebar
"hehh bu gak baik pagi-pagi gosip githu." Mbak Ijah kesel
"hehh mbak ini kami ini bicara sama majikan kamu bukan sama kamu, niat kami baik karena mengingatkan, ya kan bu." Bu Joko lagi
"iya ibu-ibu terimakasih atas peringatannya, tapi kita tu harus saling percaya agar hubungan kita selalu baik dan saya juga percaya sama suami saya bu." Ranty lembut
"hmmm saling percaya aja gak cukup mbak." Bu Daryo terus berbicara
"iya bu sekali lagi terimakasih, karena sudah selesai kami permisi dulu, mari bu Assalamualaikum." Ranty menyudahi bicaranya dengan tetangganya itu
"walaikumsalam." Ketiga ibu bersamaan
"ingat mbak hati-hati." Bu Syukur masih saja
"kalau sudah kejadian biar tau dia bu." Bu Joko lagi
"sudah bu jadi gak ini." Bapak tukang sayur itu sudah mulai bosan dengan pembicaraannya ibu-ibu itu
Mbak Ijah terlihat buru-buru mengejar Ranty sesudah menutup pintu gerbang "Non." Terengah-engah "Non jangan dengerin ibu-ibu tukang gosip itu ya, Non pasti percaya kan sama Den Ammar."
"mbak." Ranty tersenyum "udah gak usah khawatir."
"syukurlah." Mbak Ijah
Ranty kembali duduk diteras tadi, dia terlihat melamun "gak mungkin kak Ammar kayak yang ibu-ibu bilang tadi kan, hmmm Ranty percaya sama kak Ammar." Ranty mulai memikirkan perkataan ibu-ibu tadi
Malam sekitar pukul 10 Ammar belum pulang, Ranty sudah mulai gelisah ditambah dia mendengarkan omongan ibu-ibu tadi, dia mulai memikirkan hal-hal diluar kehendak dia. Dia mengambil ponselnya dan memanggil suaminya.
"kak Ammar masih lama." Tanya Ranty
"hehhemmm." Ammar terdengar menahan ketawa
"malah ketawa." Ranty kesel
"iya sayang ini udah dimobil bentar lagi nyampek sabar ya sayang ku cinta ku." Ammar terdengar masih menahan ketawanya
"ya udah ati-ati, Assalamualaikum." Ranty menutup ponselnya
"iya sayang walaikumsalam." Ammar juga menutup ponselnya juga "ne anak lagi dapet kali ya." Ammar tersenyum lalu masuk kemobil dan melajukan mobilnya
Sesampainya dirumah dia langsung masuk saat didepan pintu "walaikumsalam." Pintunya terbuka ternyata Ranty lalu mencium tangannya
"belum salam sayang." Merasa aneh "assalamualaikum sayang." Ammar tersenyum
"kan udah tadi walaikumsalam kak Ammar sayang." Ranty mengambil tas ditangan Ammar dan masuk kedalam tanpa menggandeng Ammar
"kamu kenapa salah makan ya."Ammar berjalan dibelakang Ranty "heii." Ammar menarik tangan Ranty dan langsung memeluk istrinya itu "kamu kenapa sayang." Ammar mencium kepala Ranty
"kak Ammar." Ranty memberontak tapi tangan Ammar terlalu kuat untuknya
"jawab dulu kenapa." Ammar masih memeluk istrinya
"hehh gak lucu tau." Ranty tersenyum sambil menutup mata Ammar yang menatapnya
"iya-iya ahh lepas tangannya." Ammar masih saja belum melepaskan tangannya
"kak Ammar sih pulangnya malam terus." Ranty cemberut lagi
"kayak biasanya gak,emm kamu kenapa udah bilang aja." Ammar menatap lagi mata Ranty, Ranty hanya diam hanya menerima tatapan Ammar. Ammar semakin dalam menatapnya
"udah ahh lepasin." Ranty melepaskan tangan Ammar, Ranty berjalan kekamar Ammar berjalan dibelakangnya buru-buru Ranty membuka pintu dan masuk, Ammar juga masuk
"sebenernya ada apa sayang." Ammar masih penasaran dengan perubahan Ranty
"udah sana mandi dulu terus makan sama Ranty laper kak." Ranty mendorong Ammar
"ooo jadi gara-gara laper, ya udah tunggu ya." Ammar tersenyum "gak mau mandiin." Ledek Ammar
"kayak anak kecil dimandiin." Ranty masih cemberut
"biar cepet katanya laper." Ammar tersenyum didepan pintu
"udah sana." Ranty melihat Ammar dengan wajah keselnya dan Ammar tersenyum lalu langsung masuk. Saat selesai Ammar keluar hanya memakai handuk
"aaaa." Ranty menutup matanya, Ammar kaget langsung masuk lagi
"kenapa." Ammar hanya mengeluarkan kepalanya
"pake baju kak." Ranty masih menutup matanya
"kirain apa, o...iya lupa." Ammar masuk lagi kedalam ternyata Ranty sudah menyiapkan baju untuknya, setelah selesai dia keluar
"sayang." Ammar duduk disebelah Ranty
Ranty kaget "hahh, apa."
"katanya laper ayo." Ammar memegang tangan Ranty
"duluan." Ranty berdiri
"iya,kamu kenapa sih." Ammar mulai aneh menghadapi istrinya itu
"buruan." Ranty masih saja dan Ammar pun keluar berjalan duluan dengan perasaannya yang semakin aneh menghadapi tingkah Ranty. Setelah selesai makan
"mbak." Ranty memanggil mbak Ijah
"kok pake teriak sayang kenapa sih sebenernya." Ammar makin bingung dengan sikap Ranty
"mbak Ijah." Ranty kalem tanpa peduli dengan Ammar
Mbak Ijah terlihat buru-buru "iya Non."
"beresein ya Ranty mau keatas dulu." Ranty berdiri tanpa mengajak Ammar
Saat Ranty sudah diatas "mbak tadi kenapa sih." Tanya Ammar sama mbak Ijah yang sedang beres-beres
"Non Ranty maksudnya Den." Tanya mbak Ijah balik
"iya siapa lagi." Ammar serius
"o...mungkin gara-gara tadi itu Den." Mbak Ijah bikin Ammar penasaran
"tadi kenapa." Ammar penasaran

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang