Bag. 10

187 5 0
                                    

"tu anak." Juan sambil berlari
"loe kenapa loe gapapa." Ammar panik sambil menarik Ranty dan tidak memperdulikan Ichal. Ranty hanya tersenyum
"ada yang sakit." Ammar masih panik aja
"dia gapapa kok lebay lu." Ichal menarik tangan Ammar dari tangan Ranty
"syukur kalau loe gapapa, loe beneran gapapa kan." Ammar bertanya pada Ranty dan tidak memperdulikan Ichal lagi
"gapapa kak." Ranty melepaskan tangannya dari Ammar
"tu gapapa kan, apa gue bilang." Ichal dengan PD nya
"ya udah kita lanjutkan perjalanan aja, silahkan yang lain." Juan menengahi. Akhirnya semua berjalan
"gue duluan ya." Ichal pada Ranty dan Ranty tersenyum
"loe udah gapapa kan." Ochi memegang tangan Ranty "kita lanjut jalan yok."
"loe duluan aja, gue masih mo ngomong sama Ranty." Juan mengehentikan Ochi yang menggandeng tangan Ranty. Ochi mengangguk tanda setuju dan dia berjalan duluan
"loe tadi kenapa sih." Tanya Juan pada Ranty dengan nada khawatir
"gapapa kak tadi Ranty kepleset untungnya kak Ichal yang nolongin Ranty." Ranty tersenyum. Tapi bukan Ranty yang dilihat Juan melainkan Ammar lah yang dia lihat. Juan melihat Ammar begitu gak rela mendengar cerita Ranty.
"ya udah kita lanjut jalan aja ya." Ajak Juan dan mereka pun berjalan bertiga Juan disamping Ranty dan Ammar berjalan dibelakangnya. Ammar berjalan sambil memperhatikan setiap langkah Ranty
"kenapa bukan gue yang nolongin loe tadi kenapa harus Ichal, terus kenapa sepertinya loe suka ditolong Ichal, apa jangan jangan, ahhhh tidak jangan sampai itu terjadi." Ammar terus berkelit dengan batinnya dan tanpa pikir panjang
"Ran semalem loe mimpiin seseorang gak." Ammar tiba-tiba berjalan ditengah diantara Juan dan Ranty
"kenapa kak Ammar." Ranty menjawab dengan sedikit menahan karena tubuhnya digeser Ammar dengan kuat
"sapa tau aja mimpiin gue, hehheee, ya gak Ju." Ammar sambil menoleh kearah Juan
"dasar tukang kode." Juan mendorong tubuh Ammar agar tidak mamaksa berjalan diantara dia dan Ranty. Ammar sedikit berlari karena dorongan Juan kemudian dia membalik tubuhnya menghadap Juan dan Ranty yang terus berjalan sedangkan dirinya berjalan mundur.
"gue kan ganteng keren kurang apa coba jadi pantes kan dimimpiin cewek, ya gak Ran." Ammar sesekali memainkan kerah jaketnya dan memainkan alisnya saat menatap Ranty dan Ranty tidak menjawab dia Cuma tersenyum melihat tingkah Ammar "semoga dia lupa kejadian tadi." Ammar dalam hati
"loe tu emang ya." Juan sambil melemparkan ranting kayu yang dia bawa dari tadi
"aishh." Ammar menangkap ranting itu "kakak loe jahat banget sih." Menghentikan langkahnya tepat didepan Ranty dengan tiba-tiba membuat Ranty menabraknya (Ammar sengaja tu biar ditabrak bidadari, Ammar modusss). Dan ternyata Ranty tidak melihat Ammar dengan benar sehingga membuat dirinya begitu tepat menabrak tubuh Ammar. Sakit sih tapi Ammar tak merasakan sakit pada tubuhnya hanya perasaan yang semakin membuatnya berdebar saat Ranty tepat dan begitu dekat denganya (aishhh Ammar pengen liat ekspresi wajah kamu). Ranty mengangkat kepalanya karena Ammar dirasanya sangat tinggi saat didepannya dan tanpa mereka sadari tubuh mereka saling menempel (hayooooo jangan mikir aneh-aneh ya, ingat! Gak sengaja hheehhhheeee). Ammar menundukkan sedikit kepalanya dan menatap Ranty (kok tatapan lagi ya kapan jadiannya coba, hayooo siapa yang nungguin mereka jadian). Juan hanya tersenyum melihat adiknya dan sahabatnya itu.
"ehem." Juan dengan keras dan cepat membuat Ammar dan Ranty kaget dibuatnya. Mereka berdua niatnya mau berjalan saling menjauh tapi karena mereka tidak mnegetahui kalau tubuh mereka saling menempel membuat mereka bertabrakan lagi dan lagi, Juan tertawa puas melihatnya.
"ahhaahhaaaa." Juan sambil menunduk menahan perutnya melihat tingkah Ammar dan Ranty yang saling bertabrakan. Ternyata tubuh Ranty tidak kuat menahan tabrakan tubuh Ammar membuatnya akan terjatuh kebelakang. Secepatnya Ammar menangkap tubuh Ranty dengan tangan kanannya dan melebarkan kakinya sedangkan kedua kaki Ranty berada ditengah-tengah kedua kaki Ammar (jangan ngeres jangan ngeres). Mereka saling bertatapan kembali kini wajah mereka sungguh sangat-sangat dekat. Tatapan Ammar sungguh dalam sekali sampai-sampai dia menahan napasnya tapi berbeda dengan Ranty yang merasa semakin aneh dengan perasaannya sendiri ketika bertatapan dengan Ammar, dia hanya mengerutkan keningnya tapi matanya begitu menusuk hati Ammar. "kenapa mata kak Ammar begitu tajam apa aku sanggup lama-lama menatap matanya." Ranty bergejolak dalam hatinya. Wajah Ammar berubah memerah karena gugup menatap mata Ranty yang begitu menusuk hatinya "ya Allah gue keanapa." Ammar menggerutu dalam hati juga, dan perlahan Ammar mengangkat tubuh Ranty dan membantunya berdiri. Lain dengan Juan bukannya menolong adiknya yang hampir jatuh malah duduk dengan tumpuan kedua kakinya melihat saja sambil senyum-senyum sendiri.
"maaf ya." Ammar tanpa melepas tangannya dari tubuh Ranty
"iya." Ranty gugup
"lepas kak Ammar tangannya." Juan meledek Ammar yang tidak melepaskan tangan Ammar, dengan cepat Ammar melepaskan tangannya, dan saat menoleh kearah Juan
"hahhahhhaaaa." Ammar tiba-tiba tertawa melihat Juan yang duduk dengan bertumpu dengan kakinya serta kedua tangannya diletakkan dibawah dagunya, melihat Ammar tertawa saat melihat Juan kini Ranty pun juga ikut tersenyum.
"kenapa coba ketawa kayak githu." Juan menggembungkan pipinya
"loe yang kenapa, loe kecapean apa kenapa." Ammar menarik tangan Juan agar berdiri
"gue, gue kenapa ya, gue barusan liat pangeran dan bidadarinya yang sedang jatuh cinta." Juan menggoda keduanya
"mak......sud nya." Ammar terbata
"ya itu." Juan membuat penasaran. Ranty juga bingung entah apa yang sedang dibicarakan kakaknya itu.
"ya kalian berdua kenapa bingung." Juan menjelaskan melepaskan tangannya dari Ammar. Ammar yang mengerti langsung tersenyum dan melihat Ranty yang tiba-tiba wajahnya memerah
"kakak ne, sudah ayo yang lain sudah jauh tu." Ranty dengan berjalan meninggalkan Juan dan Ammar. Juan dan Ammar mengikutinya dibelakang, sambil berjalan Juan menyenggolkan pundaknya ke pundak Ammar dan tersenyum pada Ammar dan Ammar pun juga ikut tersenyum dan mengangkat sedikit alisnya.
"loe suka kan sama adik gue." Tanya Juan disela senyumnya
"emmm." Ammar menahan bicara "gak tau." Lanjut Ammar yang membuat Juan langsung menarik pundaknya -untuk berlari kearah Ranty yang ada didepannya. Dan saat dekat dengan Ranty tiba-tiba Juan melepaskan tangannya, dan berlari kedepan mengahadap Ammar yang sudah berjalan sejajar dengan Ranty karena tarikannya.
"nah kan." Juan mengacungkan kedua jempolnya dan tersenyum. Ranty yang kaget dengan kedatangannya dan Ammar hanya mengerutkan keningnya tanpa berbicara dia makin bingung dengan kelakuan kakaknya yang aneh dari tadi.
"kak Juan tu kenapa sih, bukannya tadi sudah sarapan." Ranty masih bingung
"gapapa gue kan Cuma mau ngasih jempol aja, emang gak boleh." Juan sambil berjalan mundur dan Ranty lagi-lagi hanya mengerutkan keningnya tanda dia masih merasa aneh dengan Juan kakaknya itu. lain dengan Ammar dia langsung berlari kearah Juan melingkarkan tangannya keleher Juan dan memaksa Juan untuk menghadap kedepan dan berjalan bersamanya.
"udah loe diem." Ammar sambil menarik Juan
"kenapa, loe takut bidadari tau ya, ya kan ya kan hahhaaaa." Juan dengan puas. Tanpa menjawab Ammar menutup mulut Juan dan Juan pun melawan dan mereka pun ketawa bersama sambil saling menarik tangan satu sama lain, lucu melihat mereka Ranty yang ada dibelakangnya tersenyum sambil terus berjalan dibelakang Juan dan Ammar. Sesampainya dilokasi yang ditentukan pak Sam, OSIS langsung menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh tiap-tiap kelompok dipimpin oleh Juan. Ammar yang berdiri disamping Juan hanya tersenyum, ternyata dia memperhatikan Ranty yang sedang menulis sambil berdiri ya menulis apa saja yang harus dicari sesuai dengan arahan Juan. Setelah semua paham perlahan tiap-tiap kelompok bergegas meninggalkan tempat itu.
"loe mau ikut gue gak, senyum-senyum disitu aja." Juan memanggil Ammar
'hahh." Ammar kaget "apa.' Masih bingung "oo.... ikut lah." Kemudian berlari menghampiri Juan
"dasar." Juan berjalan duluan
"tunggu." Ammar berjalan cepat mengahmpiri Juan "napa buru-buru sih." Tanya Ammar sambil merangkul Juan
"menurut loe kenapa." Juan balik bertanya
"aishhhh loe tu." Ammar tersenyum "gue tadi gak denger loe ngomong apa, makanya gue tanya." Masih tersenyum bodoh
"makanya kalau nyawanya belum dibawa dikantongin biar gak kabur-kabur." Juan menutup cepat muka Ammar dengan tangan kanannya. Ammar tersenyum bodoh lagi dan Juan pun ikut tersenyum.
Ditempat lain Ranty, Ochi dan Ichal sedang mengamati satu tumbuhan dan terlihat mereka serius mengamati. Saat Juan dan Ammar sampai ditempat itu tiba-tiba
"kak Ammar boleh bantuin kita gak." Syahnas menghampiri Ammar
"iya boleh, kenapa." Ammar menjawab
"ini kak." Kali ini Syahnas berani menarik tangan Ammar. Ranty yang mendengar itu langsung memperhatikannya. Raut wajahnya berubah yang tadi segar menjadi murung. Ranty bingung dengan perasaannya sendiri.
"Ran loe kenapa." Ochi menghampiri Ranty, saat Ranty belum menjawab Ochi melihat kearah depan dimana arah yang dilihat Ranty. Disana terlihat Syahmas memegang tangan Ammar dan Ammar sedang menjelaskan tumbuhan yang ada didepan mereka. Kemudian Ochi melihat Ranty lagi
"loe cemburu ya." Menyenggol pundak Ranty
"hahh gak kok, udah ayo kita lanjutin tu liat kak Ichal sibuk, ayo." Ranty gugup sambil mencari alasan
"alasan saja." Berlalu menghampiri Ranty yang sudah berjalan kearah Ichal
"kalian tu ngapain darimana." Tanya Ichal
"gak kok kak." Ranty mencari alasan. Dan mereka pun melanjutkan tugas mereka. Sesekali Ranty melihat Ammar yang sedang mengawasi anak-anak yang lain. Saat Ochi dan Ichal perlahan berjalan untuk mengamati tumbuhan lain Ranty masih saja diam memperhatikan Ammar.
"temen loe kemana kok sndirian." Tanya Juan
"hahh apa Chi." Ranty kaget
"kok Chi, ini kakak." Juan menarik tangan Ranty yang masih saja memperhatikan Ammar "loe tu liatin apa." Juan melihat kearah dimana Ranty melihat sesuatu disana "Ammar loe lagi ngapain sih." Juan menggoda Ranty
"hahhh kak Ammar." Ranty bingung dan kaget
'nah loh hahaaaaa." Juan tertawa meledek
"kok ketawa sih kak, emang ada yang lucu ya." Ranty penasaran
"kak Ammar mana kak Ammar, hahhhaaaa." Juan masih saja tertawa
"kakak udah ketawanya, tadi tu Ranty pikir beneran ada kak Ammar tapi kan kak Ammar ada di......" belum sempat Ranty melanjutkan bicaranya dan saat dia menoleh ternyata Ammar sudah ada didepannya dan lagi-lagi Ranty menabrak Ammar. Juan hanya tersenyum. Ammar hanya mengerutkan alisnya dan menggembungkan pipinya (hayooo siapa yang menirukan gaya Ammar ngaku, hayoo senyum-senyum kan ngaku dech ya kan ya kan).
"kak Ammar." Muka Ranty memerah
"iya." Ammar dengan santai
"kok kak Ammar ada disini." Lanjut Juan sambil merangkul keduanya dan tersenyum, Ammar juga tersenyum tapi Ranty tersenyum dengan wajah polosnya. Mereka bertiga saling melihat satu sama lain. Ammar tersenyum pada Ranty saat Ranty melihatnya. Mereka saling melempar senyum dan Juan pun beraksi.
"terus gue jadi apa disini, jadi juri aja ya, komentnya kalian cocok." Juan mengacungkan kedua jempolnya. Ammar tersenyum dengan menggigit kecil bibirnya (jangan dipraktekin ya hheeeeehheee)

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang