Bag. 15

171 7 0
                                    

Paginya Ammar sudah siap untuk berangkat, membawa tasnya dipunggung mengambil kunci motornya
"naik mobil aja sama gue." Juan sambil mengambil kunci mobilnya
"kenapa." Ammar meletakan lagi kunci motornya
"loe itu baru pingsan kemarin gak usah naik motor aneh-aneh aja." Juan menarik Ammar
"oke." Ammar mengikuti Juan, saat didepan pintu
"loe duluan, gue mau." Ammar tersenyum menggelengkan kepalanya kearah kamar Ranty, Juan menepuk kepala Ammar sambil melebarkan matanya dan perlahan pergi. Ammar menyandarkan tubuhnya didepan pintu kamar Ranty, tak lama kemudian pintu itu terbuka dan
"hai." Ammar masih bersandar dipintu sambil tersenyum "selamat pagi cantik." Tersenyum lagi
"kak Ammar." Ranty kaget "iya selamat pagi." Seraya menutup pintu kamarnya dan berjalan tanpa memperdulikan Ammar, Ammar berlari menghampiri Ranty yang sudah ada ditangga
"loe udah gak marah kan sama gue, loe udah maafin gue juga kan." Amar berhenti ditangga tepat didepan Ranty, Ranty hanya mengangguk dan Ammar tersenyum. Mereka berangkat bersama kali ini Ammar yang membawa mobil, Juan memaksa dibelakang jadi didepan ada Ranty disamping Ammar (ciieeee Juan kakak yang pengertian dech). Sepanjang perjalanan Ranty diam saja, Ammar bingung harus memulai pembicaraan darimana sampai akhirnya mereka sampai dan Ranty langsung keluar tanpa berbicara sedikit pun pada Ammar atau kakak nya. Ammar buru-buru keluar berlari mengejar Ranty
"Ranty Ran." Ammar memanggil manggil Ranty dan Juan menghentikan langkah Ammar
"udah biarin aja ntar juga ketemu." Juan menarik Ammar
"tapi." Ammar berat untuk melangkah
"udah ayo." Juan menarik lagi "kita harus ke pak sam." Tetap memaksa dan akhirnya Ammar ikut. Setelah menghadap pak sam, Juan dan Ammar kekelas. Dikelas Ammar menggantikan pak Sam yang tidak bisa masuk
"oke, kita belajar sama-sama hari ini, hari ini kita belajar tentang peluang, nah di SMP kita sudah pernah belajar masih inget gak sih kita tentang peluang itu apa, ada yang masih inget." Ammar memulai belajar
"gue Mar, peluang itu dimana kita bisa menemukan sebuah jawaban dari sebuah pilihan." Juan menjawab
"oke." Ammar merespon jawaban Juan "masih ada yang lain." Tanya Ammar lagi
"peluang itu dimana sebuah pilihan harus ditentukan melalui cara yang kita inginkan." Salah satu murid lain
"kalau menurut gue Mar peluang itu dimana kita harus memilih cewek misalnya memilih sesuai dengan hati kita, ya gak." Salah satu murid dan semua tertawa (apa hubungannya coba, kebanyakan jatuh cinta tu anak, jangan ditiru ya)
"oke oke, nah berarti kita masih inget ya tentang peluang tapi bukan jawaban Baron ya (temen yang jawab barusan, ngasal aja namanya) ya heeee, oke gue pertegas ya peluang itu dapat didefinisikan sebagai sebuah cara yang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya sebuah peristiwa, nah sebagai contoh kita akan melempar sebuah dadu untuk menentukan peluang munculnya mata dadu yang berangka ganjil, caranya kita tahu mata dadu itu ada 6 yaitu 1,2,3,4,5 dan 6 nah mata dadu yang berangka ganjil itu ada tiga yaitu 1,3 dan 5 jadi kita tinggal membaginya yaitu 3/6 jawabannya ½ atau angka itu kita bagi sama-sama dengan angka 3, oke ada yang mau bertanya." Ammar menjelaskan materi sesekali dia menulis dipapan tulis dan disaat dia memberikan kesempatan untuk tanya jawab bel istirahat berbunyi. Dan semua keluar untuk beristirahat. Tinggallah Juan dan Ammar didalam kelas (o..ya masih pada inget kan tentang materi peluang, oke tinggal baca langsung inget kan heheee, semoga inget lagi yang lupa)
"siapa sih yang meluk bidadari semalem, loe tau gak." Juan mendekati Ammar yang masih sibuk mengisi absen pak Sam
"hahhh." Ammar kaget "jadi loe semalem ngintip ya." Ammar nyengir
"yee siapa yang ngintip, gak lah." Juan beralasan
"aishhh dasar loe, ehh.. tunggu kayaknya semalem loe udah molor dech kok tau sih, loe ngigo ya." Ammar menatap Juan heran
'loe aja udah jujur masak gue ngigo gak lah." Juan meledek
"o..jadi loe tadi mancing gue, huhhh." Ammar memukul Juan dengan pena yang ada ditangannya
"udah gapapa, lagian tu kan bidadari milik loe, ayo kekantin haus gue." Juan berlalu keluar kelas
"maksud loe Ju, bidadari itu milik gue, maksudnya apa heiii, apa." Ammar berlari mengejar Juan "apa maksud loe." Ammar merangkul pundak Juan
"apaan sih emang gue ngomong apa tadi loe salah denger kali." Juan mencari alasan
"yang tadi bidadari itu milik gue maksud loe apa." Ammar makin penasaran
"mending loe duduk gue pesenin makanan." Juan mndudukan Ammar disalah satu bangku kantin
"maksud loe tadi apa sih." Ammar masih penasaran saja tapi Juan tak peduli dan langsung memesan makanan dan minuman "bidadri itu milik loe, ahhh apa coba Juan tu bikin penasaran aja," Ammar menggerutu
"ne kesukaan loe, mie ayam." Juan datang membawakan semangkok mie ayam
"oke makasih, tapi beneran maksud loe tadi apa." Tanya Ammar lagi
"gue salah ngomong tadi udah makan aja ntar keburu masuk." Juan tetap tidak mau menjawab
"jadi loe salah ngomong, emm oke." Ammar menerima jawaban Juan, setelah selesai makan Juan kembali kekelas sedangkan Ammar mau keperpus dulu mengambil buku. Saat Ammar masuk dia langsung memilih buku di rak, Ammar memilih buku dengan membaca satu persatu buku itu saat dia mau mengambil buku itu ternyata buku itu ada yang menarik, Ammar membuka tumpukan buku itu agar terlihat siapa yang menarik dari lawan tempat itu, mata Ammar tak mau berkedip ternyata bidadari
"Ranty." Ammar masih tidak percaya
"kak Ammar." Ranty juga tidak percaya akan bertemu Ammar
"ya udah ambil aja." Ammar mempersilahkan
"kak Ammar aja Ranty besok aja pinjemnya." Ranty juga mempersilahkan Ammar
"udah ambil aja, gue salah buku tadi, ambilah." Ammar memberikan buku itu dan Ranty pun mengiyakan, kemudian Ranty duduk dibangku, saat dia baru duduk
"loe udah maafin gue kan." Ammar duduk didepan Ranty "dan semalem juga gue udah lancang pe.." Ranty menghentikan kata-kata Ammar dengan meletakkan telunjuknya dibibir Ammar dan membuat Ammar terdiam seketika
"udah kak jangan dibahas disini." Seraya melepaskan telunjuknya dibibir Ammar dan Ammar hanya mengangguk masih tak percaya apa yang dilakukan Ranty padanya barusan
PERCEPAT
Bel pulang berbunyi semua murid keluar kelas. Ammar buru-buru berlari keluar tanpa memperdulikan Juan
"hei." Ammar menghampiri Ranty yang baru keluar kelas dan Ranty hanya tersenyum, saat itu juga Ichal sedang menghampiri Ochi dan mereka bergandengan tangan pergi setelah Ochi berbicara pada Ranty sebelum Ammar datang tadi. Ranty memperhatikannya tanpa berkedip, Ammar tidak tega melihat Ranty merenung melihat ichal dan Ochi berjalan dengan bergandengan tangan itu
"yok kita pulang udah ditunggu kakak lo tu." Ammar menarik lembut tangan Ranty dan Ranty mengikuti Ammar. Sesampainya dirumah Ranty langsung masuk kamarnya, Ammar melihatnya.
"sepertinya loe harus hibur adik loe dech." Ammar mendekati Juan yang sedang meletakkan tasnya
"loe aja gue gak bisa kalau liat adik gue nangis, nanti gue gak bisa ngomong, gue yakin loe bisa." Juan menepuk pundak Ammar dan berlalu kekamar mandi
"tapi dia butuh loe bukan gue, loe kan kakaknya." Ammar sambil membuka seragamnya
"udah loe aja." Juan dari kamar mandi
"tapi jangan marah ya kalau adik loe gue bawa pergi." Ammar meledek sedikit kesal
"bawa aja asal dikembalikan." Juan menjawab dengan keras dari dalam kamar mandi
"terserah gue mau dikembalikan atau gak, gue mau keluar jangan teriak lagi." Ammar berlalu keluar kamar
"oke." Juan dengan lantangnya
Saat Ammar keluar dia melihat pintu kamar Ranty terbuka, Ammar berniat melihat kedalam tapi
"mau ngapain kak." Suara Ranty, dan Ammar bingung mencari darimana suara itu kemudian dia membalikkan badannya, salting cengar-cengir
"emm, gak kok, tadi gue liat kamar loe terbuka jadi gue mau liat aja loe ngapain." Ammar masih nyengir
"cowok tu gak boleh masuk kamar cewek sembarangan." Ranty masuk dan menutup pintunya
"tapi kan belum jadi, hei Ranty gue mau ngomong sama loe, Ran buka geh." Ammar mengetuk-ngetuk pintu kamar Ranty dari belakang dia dikagetkan Juan
"ngrayu cewek tu gak kayak githu caranya, hem-hem tes, emm sayang buka pintu nya dong kakak mau masuk ne, ada yang penting." Juan dengan nada yang sedikit aneh dan pintu pun dibuka oleh Ranty membuat Ammar bingung dia menaikkan alisnya dan mengerutkan keningnya sambil mengegelengkan kepalanya, "tu kan dibuka, hmmm gue." Juan menaik-naikkan kerah kaosnya
"kenapa sih kak." Ranty dengan nada jutek membuat Ammar seketika tertawa
"hahhhaaahahhahhaaa." Sambil memegangi perutnya dan menunjuk-nunjuk Juan dan Juan pun menggembungkan pipinya

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang