35

338 6 0
                                    

“iya.” Ranty datar
“hmmm ini sudah yang terbaik buat kalian, pilihan ini benar.” Juan menghela napas
“emm Ranty kekamar dulu ya Kak, selamat malam.” Ranty tersenyum berdiri dan berlalu pergi sesaat memegang pundak Juan
“loe harus bahagia adik ku sayang.” Juan memegang tangan Ranty yang ada dipundaknya dan Ranty hanya tersenyum.
Saat Ranty masuk mamanya sudah ada didalam memberikan sebuah kebaya putih, mamanya bilang itu dari calon suaminya setelah itu mamanya keluar lagi. Ranty hanya memandangi kebaya itu, air matanya keluar dengan perlahan, dia meraba kebaya itu dia teringat dengan kata-kata Ammar yang tidak akan meninggalkannya tapi sekarang itu semua hanya angan-angan saja semua sudah berakhir Ranty terus menangis kemudian dia merebahkan tubuhnya diatas kebaya itu.
*****
2 hari kemudian
Ammar terlihat baru turun dari kamarnya. Sudah banyak saudara yang datang Ammar tak sadar kalau nanti siang dia akan melaksanakan lamaran dan dilanjutkan dengan akad nikah. Masih pagi pukul 7 tepatnya. Tapi semua sudah terlihat sibuk
“mbak.” Ammar mengehentikan langkah mbak Ijem yang terlihat buru-buru
“iya Den.” Mbak Ijem ketika berhenti
“emang jadi ya.” Tanya Ammar datar
“jadi apanya Den.” Mbak Ijem terlihat bingung
“nikahnya jadi.” Ammar datar
“Aden ini kan yang mau nikah Aden bukan kok tanya mbak,udah ahh Den mau ambil seserahan dibelakang.” Mbak Ijem tersenyum merasa aneh dan kembali melaksanakan tugasnya, Ammar hanya menaikkan alisnya. Dia berjalan kesekeliling rumahnya itu dia mengamati semua barang-barang yang sudah dikemas rapi itu. dia berjalan keluar semua menyapanya ngobrol sebentar dengan saudara-saudaranya pindah ketempat lain ngobrol lagi dengan saudara yang lain setelah itu diamasuk memegang setiap seserahan yang sudah rapi ditempatnya. Dia tersenyum sendiri membayangkan itu semua untuk Ranty.
“sayang kamu sudah siap.” Bundanya memeluk dari belakang
“Bun hmmm.” Ammar menghela napas “insyaAllah ikhlas.” Ammar datar
“kalau udah siap yang lancar ya nanti baca ijab kobulnya.” Bundanya mencium keningnya “udah sana siap-siap.” Bundanya menyuruh halus
“ini tu masih pagi Bun masak udah siap-siap.” Ammar duduk dikursi
“coba kamu liat jam, jam berapa sekarang, acaranya jam 11 sayang.” Bundanya mendekati Ammar
“hahhh.” Ammar kaget melihat jam “kok udah jam 9 aja sih napa cepet amat, tu jam salah kali Bun.” Ammar masih saja duduk
“udah sana buruan mandi siap-siap, ya sana sayang.” Bundanya menarik tangan Ammar biar berdiri dan siap-siap, dan akhirnya Ammar berjalan keatas dengan malas dia berjalan keatas. Sekarang Ammar udah mengenakan baju penagantinnya pakai adat jawa warnanya putih, saat sudah selesai memakai baju dia bingung ternyata itu bukan celana tapi sejenis kain panjang haduhh Ammar mulai bingung dia menggaruk-garuk kepalanya
“ini mau dipake apa diapain sih,pakenya gimana coba Bunda ini diapain.” Ammar bingung sekali
“dipake ganteng, sini gue bantu.” Juan tiba-tiba datang dan memegang pundaknya
“Juan.” Ammar memeluk Juan “gua kangen sama loe, gimana kabar anak dan istri loe.” Ammar sungguh-sungguh
“iya juga kangen sama loe, alhamdulilah baik semua.” Juan menepuk-nepuk pundak Ammar “heh sudah ini udah jam 10 loh buruan pake’ bajunya.” Juan melepaskan pelukannya pada sahabatnya itu
“gimana mau cepet make’ aja gak tau,kemarin kayaknya bukan ini bajunya ehhh tiba-tiba yang tersedia ini.” Ammar dengan wajah merahnya
“udah sini gue pakein, gue pernah pake’ ginian kan.”Juan mengambil kain itu dan mulai membantu Ammar memakainya, akhirnya selesai juga Ammar sudah siap dia terlihat beda ganteng gagah dan meski terlihat raut wajahnya datar
“coba senyum pasti tambah ganteng.” Juan sambil membenarkan rambut Ammar dan memakaikan penutup kepala adat jawa itu kekepala Ammar
“emang harus ya pake kayak ginian.” Ammar menunjuk make up yang sudah selesai Juan pakaikan padanya
“udah diem aja.” Juan masih membenarkan tutup kepala itu
“kak Ammar.” Ibra masuk dan mengagetkan
“loe tu kebiasaan.” Juan kesal
“sory, haduhhh ganteng jadi tambah cakep sekarang hmmm beruntung banget tu cewek.” Ibra memperhatikan Ammar yang sudah berdiri
“udah ayo keluar.” Ammar berjalan
“kak Ammar pasti seneng banget ya mau nikah sama.” Suara Ibra tertahan oleh bungkaman tangan Juan
“udah loe duluan aja gue ada urusan dikit sama anak jail neh.” Juan tersenyum
“ya udah gue duluan.” Ammar berlalu keluar kamatnya, Juan mengeluarkan sedikit kepalanya melihat apa Ammar masih disithu apa sudah pergi sambil membungkam mulut Ibra
“loe tu.” Juan melepaskan tangannya “jangan sebut nama adik gue sekali lagi loe sebut gue hajar loe.” Juan mengacungkan kepalan tangannya pada Ibra
“emang kenapa sih.” Ibra mengejar Juan yang sudah berjalan keluar kamar Ammar
“udah mending loe diem dan lebih bagus loe diem.” Juan terus berjalan
“oke dech.” Ibra menerima
Ammar dan keluarga berangkat ketempat resepsi.
Ditempat Ranty terlihat Ranty juga sudah siap ditempat resepsi dengan dandanan adat jawa yang anggun sungguh cantik. Ternyata hari ini Ranty juga akan melaksanakan pernikahannya. Dia duduk dikursi seperti memikirkan sesuatu yang berat
Syahnas datang mendekatinya “sayang kamu cantik.” Syahnas tersenyum
“kak.” Ranty membalas dengan senyuman juga
“udah lepasin semua beban kamu, sebentar lagi kamu nemuin kebahagiaanmu.” Syahnas memegang tangan Ranty
“iya Ranty udah mencoba bebas kak.” Ranty tersenyum lagi
“ya udah nanti keluarnya kakak yang anterin ya sebentar lagi calon suami kamu dateng.” Syahnas kembali memberi senyuman
“emmm iya, o..ya kak Juan kemana kok gak kliatan dari tadi.” Tanya Ranty
“jemput calon suami kamu.” Syahnas menjawab
“jadi kak Juan sudah kenal sama laki-laki yang dijodohkan sama Ranty.” Ranty penasaran
“ya kan Cuma surut jemput gak harus kenal kan.” Syahnas mencari alasan
“o...kirain udah kenal.” Ranty menghela napas
Keluarga Ammar sudah datang ditempat resepsi. Ammar turun dengan gagahnya berjalan dibelakang orang tuanya didampingi Juan dan Ibra.
“jangan deg-degan ya.” Juan meledek Ammar yang kelihatan tegang itu
“hahh ini masalah ijab kobulnya gue gak tegang sama sekali yang bikin tegang tu sebenarnya siapa sih wanita ini.” Ammar keliahatan masih tegang
“udah dia cantik.” Juan kembali menenangkan Ammar
“semoga.” Ammar menerima
Mereka masuk kedalam ruangan resepsi Ammar yang terlihat tegang dan bingung itu makin dibuat bingung karena setelah dia sampai didalam matanya harus ditutup, awalnya dia menolak tapi akhirnya dia menerima saja. Dia dibawa kesebuah tempat didepan para tamu dia berdiri disana pasrah tanpa bertanya pada siapa pun. Ternyata Ranty juga dibuat bingung kenapa saat dia akan dibawa keruang resepsi matanya harus ditutup, dia juga berjalan ketempat resepsi dengan mata tertutup. Sekarang Ammar dan Ranty sudah saling berhadapan tapi keduanya belum tau karena mata mereka masih ditutup (ini jawaban buat yang penasaran ternyata Ammar dijodohkan sama Ranty yang sudah menebak selamat anda benar heheeee, dan horeeeee akhirnya)
“oke kita buka sekarang ya.” Juan bersemangat
Ammar makin deg-degan “Ranty aku sayang sama kamu.” Ammar dalam hati
“kak Ammar Ranty sayang sama kak Ammar.” Ranty juga dalam hatinya masih memikirkan Ammar
“1 2 3.” Juan melepas tutup mata Ammar dan Ammar membuka perlahan matanya begitu juga dengan Ranty dan
“Ranty.” Ammar kaget bingung merasa mimpi bahagia sedih senang semua jadi satu
“kak Ammar.” Ranty dengan perasaannya yang sudah bergejolak dari tadi matanya berkaca-kaca
“gak boleh nangis jelek, ini kejutan buat kalian dan apa Pa.” Juan mendekati adiknya
Papa Juan berjalan berdiri ditengah-tengah Ammar dan Ranty “ini rahasianya anak-anak Papa yang selama ini masih kami simpan, rahasia dimana kalian sudah kami jodohkan sejak bayi, awalnya kami tidak akan mengenalkan kalian tapi karena Ranty pindah ke Jakarta sebelum waktunya ya sudah gapapa kenal dulu, tapi kayaknya udah pacaran ya, ya gak.” Papa Ranty tersenyum meledek keduanya dengan matanya yang berkaca-kaca, Ranty langsung memeluk papanya itu
“kayaknya emang githu.” Ayah Ammar ikut meledek
“bener pak De mereka udah kayak surat sama perangkonya heee ya gak kak.” Ibra ikut meledek juga lalu merangkul pundak Ammar tapi Ammar hanya tersenyum tanpa menjawab sepertinya dia masih tak percaya
“hei jangan nangis ntar luntur itu.” Juan meledek dengan menunjuk pipinya sendiri, Ammar masih diam saja tak percaya dengan apa yang dia alami saat ini sesekali dia memejamkan matanya menghela napas panjang.
“nah sekarang kak Ammar harus bilang sama Ranty mau gak dia nikah sama kak Ammar.” Ibra masih merangkul Ammar yang masih diam seperti patung itu.
“dek udah sini berdiri.” Juan menarik lembut adiknya itu
“diapus ya air matanya.” Syahnas menghapus air mata Ranty perlahan
Sekarang didepan Ammar ada bidadari yang selama ini dia mimpikan, bidadari yang dia jadikan alasan untuk hidup dan alasan dia mengenal kata sayang. Tiba-tiba Ammar duduk berjongkok didepan Ranty memegang kedua tangan Ranty dengan kedua tangannya membuat semua diam hanya fokus melihat Ammar dan Ranty didepan mereka, orang tua masing-masing sudah terlihat meneteskan air mata.
“bidadari ku yang selama ini aku cari yang selama ini aku jadikan alasan buat aku hidup dan selalu tersenyum, kamu sudah ada didepan ku sekarang aku ingin mengatakan sesuatu dan aku mengharapkan jawaban ya dari kamu.” Mata Ammar berkaca-kaca “kamu mau gak nikah sama aku.” Ammar tersenyum, Ranty tersenyum dengan air matanya yang terus menetes dia menatap Ammar begitu dalam masih ada rasa tak percaya dihatinya, dan Ranty mengangguk tanpa menjawab Ammar tiba-tiba meneteskan air matanya dia tersenyum
“jadi.” Ammar masih menunggu jawaban
“iya kak Ammar.” Ranty tersenyum dan semua tepuk tangan ikut berbahagia. Tubuh Ammar diangkat Juan agar dia berdiri, saat Ammar sudah berdiri dengan tubuhnya yang terlihat lemas itu langsung dipeluknya
“gue yakin loe orang baik dan gue tau loe orang baik sahabat ku,gue titip adik gue sama loe, loe harus jaga dia sampai kapan pun ya.” Juan menepuk-nepuk punggung Ammar menangis dan tersenyum inilah air mata kebahagiaan Juan membuat semua yang hadir terlihat meneteskan air matanya.
“hremmmm.” Ibra menahan ingusnya “udah ahhh inikan acara bahagia kenapa pada nangis sih.” Ibra mengusap air matanya sendiri
“kayak loe gak aja.” Juan melepaskan pelukannya pada Ammar menepuk pundak Ibra dan menghapus air matanya sendiri
“iya tanpa loe minta gue janji sama diri gue sendiri bro emm kakak ipar ya.” Ammar tersenyum dengan matanya yang asih merah dan memeluk Juan
“Udah ahhh kasian pak penghulu tu nungguin, ya gak pak.” Ibra mencairkan suasana dan semua tersenyum. Ammar dibawa Juan ketempat akad nikah, sedangkan Ranty dibawa masuk ke ruang sebelah. Ammar duduk menghadap Papa Ranty dan pak penghulu, disamping kanannya ada Juan dan kakak Papa Ranty sedangkan dikiri Ammar ada Ayahnya dan pak Jaya (dosen Ammar masih inget kan)
“baiklah semua nya, sebentar lagi kita akan mendengarkan keseriusan Ananda Ammar mencintai dan menyayangi anak bapak Adji (papa Ranty namanya pak Adji to baru tau hee) Adinda Ranty, gimana sudah siap.” Pak penghulu tersenyum pada Ammar
“insyaAllah pak.” Ammar tersenyum
“alhamdulilah nanti bacakan dengan lantang ya dengan satu napas, mau latihan dulu apa gak.” Pak pengulu pada Ammar
“tidak pak.” Ammar menggeleng
“alhamdulilah sudah latihan kayaknya hemmm, baiklah disini akad nikah akan langsung disampaikan oleh papanya langsung tanpa perwakilan, pak Adji siap, kayaknya Ananda Ammar sudah siap.” Pak penghulu mencairkan suasana
“insyaAllah siap.” Pak Adji mengangguk
“baiklah silahkan dimulai, Ananda Ammar silahkan jabat tangan pak Adji dan tenangkan hati biar lancar, bismillah.” Pak penghulu
“bismillahirohmanirrohim Ananda Ammar saya nikahkan dan saya kawinkan engaku dengan putri saya Ranty Maria binti Adji dengan mas kawin uang senilai 21 juta 3 real 15 rupiah tuunai.” Papa Ammar menekan tangan Ammar dalam jabatannya itu
“saya trima nikah dan kawinnya Ranty Maria binti Adji dengan mas kawin uang 21 juta 3 real 15 rupiah tunai.” Ammar tegas dan lantang
“syah saksi.” Pak penghulu dengan cepat
“syah.” Para saksi
“barakallah amin.” Pak penghulu mulai berdoa (Aammiin ya Allah ini do’a untuk yang beneran semoga berjodoh Aammiin) dan semua khusuk berdo’a setelah selesai Ranty dibawa dan duduk disebelah Ammar, mereka menandatanngani buku nikah dan Ammar mulai membacakan janji suami. Stelah itu Ammar dan Ranty memakaikan cincin bergantian. Acara selesai Ammar dan Ranty menuju rumah yang sudah disiapkan untuk mereka. Ammar keluar mobil buru-buru membukakan pintu mobilnya untuk Ranty
“silahkan keluar bidadari ku.” Ammar tersenyum saat Ranty sudah diluar Ammar langsung menggendong Ranty dengan kedua tangannya tanpa persetujuan Ranty
“kak Ammar.” Ranty kaget
“kita masuk ke istana kita ya.” Ammar tersenyum lagi
“iya tapi turunin.” Ranty meminta
“udah gapapa nanti capek.” Ammar tetap saja menggendong tubuh Ranty, Ammar tersenyum melihat istrinya itu “kamu tau gak bintang itu sudah jadi milik ku.”
“hmmm.” Ranty menggembungkan pipinya
“yang udah syah.” Mbak Ijah didepan pintu
“loh kok.” Ammar heran
“kak turunin malu.” Ranty terus memaksa pengen turun
“udah gapapa, kok mbak ada disini.” Tanya Ammar pada mbak Ijah
“gapapa Non biasa aja, iya Den dari kemarin mbak udah kesini bersih-bersih dan mbak disuruh disini sama ibu.” Mbak Ijah tersenyum
“o..githu ya udah masuk dulu ya, Assalamualaikum.” Ammar dan Ranty bersamaan
“hmmm ikut aja.” Ammar tersenyum
“kak turunin nanti kak Ammar capek.” Ranty tetap ingin turun
“udah ahh kita keatas ya.” Ammar berjalan menyusuri tangga demi tangga dengan sesekali melihat istrinya
“kenapa.”  Tanya Ranty
“gak.” Ammar menggeleng
Sesampainya didepan pintu “Assalamualaikum.” Ammar memberi salam
“walaikumsalam ayah.” Ranty menjawab
“aishhh.” Ammar tersenyum juga
“gimana bukanya hayo makanya turunin.” Ranty melihat Ammar yang seperti bingung mau membuka pintu
“ya udah.” Akhirnya Ammar menurunkan Ranty, Ranty membuka pintu kamarnya
“assalamualaikum.” Ranty ketika membuka pintu
“walaikumsalam sayang.” Ammar memeluk Ranty dari belakang
“kak Ammar.” Ranty kaget
“kan sekarang udah syah jadi terserah aku mau ngapain aja sama kamu.” Ammar mencium pipi Ranty
“enak aja emang Ranty barang mau diapain aja.” Ranty mencubit tangan Ammar
“aduh, hhheehhee githu aja marah iya maksudnya kan gak usah takut salah kalau mau cium kayak gini misalnya.” Ammar mencium lagi pipi Ammar
“iya dech, tapi sekarang lepas dulu Ranty mau kekamar mandi.” Ranty melepas tangan Ammar tapi tidak bisa karena pelukan Ammar kuat sekali “kak.”
“ikut.” Ammar tersenyum
“mau ngaapin ikut.” Ranty merasa masih aneh dengan tingkah manja Ammar padanya
“ya udah sana.” Ammar melepaskan tangannya
Dan Ranty langsung kekamar mandi, Ammar tersenyum melihat Ranty yang berjalan lalu merebahkan tubuh diranjangnya yang penuh bunga itu “alhamdulilah terimakasih ya Allah atas semua nikmatmu tidak akan aku sia-siakan karuniamu ini tuntun aku selalu dalam lindunganmu, Aammiin.” Ammar mengusap wajahnya
“Aamiin.” Ranty duduk disebelah Ammar

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang