Bag. 8

166 4 0
                                    

"kenapa tu anak, woiii Ammar tunggu gue, emm....gue bantu Ammar dan yang lain dulu ya". Ichal pada Ranty
"woiii anak ganteng tunggu". Ichal memanggil Ammar dan berlari ke arah Ammar
"napa sih loe dipanggil juga gak nyaut, hehhh kita ne udah lama gak ketemu dan salah satu alasan gue kembali ke Indonesia buat jadi temen loe lagi, loe gapapa kan." tanya Ichal sambil meraih pundak Ammar
"iya gue tau itu, tadi gue cepet-cepet pergi karena mau bantu bus yang dipandu Arsya kayaknya tu anak lelet makanya gue cepet-cepet biar bisa berangkat bareng, oke gue minta maaf." Ammar menepuk pundak Ichal. Dan mereka pun menuju bus yang dipandu Arsya. Setelah semua siap Ammar memandu semua untuk berangkat. Ammar dan Juan masuk dalam bus yang sama mobil pertama. Ammar berfikir semoga tidak satu bus dengan Ranty dan Ichal karena tadi dia sedikit lupa Ranty ada di bus mana. Saat masuk semua kursi sudah penuh tinggal satu tapi Ammar menyuruh Juan untuk duduk dan Ammar mengambil kursi kecil dibangku paling belakang. Saat ia memperhatikan satu persatu anak yang duduk semua tersenyum padanya (maklum orang keceh jadi banyak yang suka apa lagi ketua OSIS jago basket juga hhaahhhaaa, kira-kira kalian senyum gak hingga baca ini, aku ketawa ajahhh lah biar gak tegang). Ammar begitu kaget saat melihat Ichal ada dikursi belakang Juan. "hallo cowok keren ternyata kita satu bus.' Ichal menyapa Ammar yang terlihat kaget dengan wajah sedikit memerah. Terlihat Ranty disebelah Ichal tersenyum pada Ammar dan Ammar menganggukan pernyataan Ichal dan Ammar mulai berjalan kebelakang telah itu ia meletakkan kursi kecilnya disamping Juan dia mengambil gitar yang dibawa Juan dari tadi.
"tuhan tlah pertemukan ku dengan dia, dia yang ku inginkan...." Ammar mulai mengeluarkan suaranya dan belum sempat dia melanjutkan tiba-tiba
"kak ada yang mau nyumbangin lagu ne boleh gak, kapan lagi kak kita kasih lagu buat kakak, kita fans kakak loh disekolah." Kata seorang anak
"aaiisshhhh, gue kan bukan artis napa ada yang ngefans ada-ada aja, ya udah ne tapi yang bagus ya." Ammar memberikan gitarnya pada anak itu mereka pun bernyanyi bersama pak sopir saja ikut nernyanyi. Ammar berdiri disela-sela kursi dan tanpa sengaja Ammar melihat Ranty tengah bernyanyi bersama Ichal kelihatannya mereka sangat nyaman padahal Ammar tau semenjak Ranty bertemu dengannya belum pernah Ammar melihat wajah senangnya Ranty. Oke mungkin Ranty suka sama Ichal pikir Ammar. Dia pun menghela napas dan mencoba menenangkan hatinya dan mencoba bernyanyi lagi bersama yang lain. Tiba-tiba pak sopir mengerem dengan mendadak membuat Ammar terjatuh waktu itu Ammar berjalan menuju kekursinya lagi dan dia jatuh ke arah kiri, dan ternyata ia jatuh tepat dikursi Ranty dan Ichal, tubuhnya menindih Ichal dan bahu serta kepalanya tepat dihadapan Ranty (tu pak sopir tau aja ngeremnya, sering-sering ya pak sopillll, hehhheeee, makasih tu sama pak sopir Ammar kapan lagi jatuh dipangkuan bidadari). Ranty menahan kepala Ammar dengan kedua tangannya karena kaget Ranty menatap Ammar yang ada tepat dibawahnya itu. Tatapan Ranty aneh menurut Ammar tidak seperti biasanya dia menatap Ammar dengan kosong. Ammar menatap dalam-dalam mata Ranty begitupun dengan Ranty (waduhhh jangan lama-lama tatapannya Ichal apa kabarnya Ammar). Ammar menghela napas dan "loe gapapa Mar." Tanya ichal sedikit khawatir. Ammar berusaha bangkit dibantu Ichal dan Ranty dan tanpa sengaja wajah Ammar terkena ranbut Ranty dan nyaris saja hidung Ammar mendarat dipipi Ranty (lanjut broooo, jangan mikir aneh-aneh bukan yang macem-macem ini, ingat! Tanpa S E N G A J A heheeee). Ammar menatap lagi Ranty yang begitu dekat dengan wajahnya. Tatapannya semakin lama semakin dalam, Ranty juga menatap Ammar seperti tak mau peduli dengan sekeliling.
"hati-hati pak, kalau bapak tidak hati-hati yang celaka kita semua pak." Juan pada sopir sambil membantu Ammar, seketika Ammar dan Ranty tersadar dari pandangan penuh rahasia itu.
"loe gapapa." Tanya Juan pada Ammar
"iya gue gapapa." Balas Ammar
"ada yang kecellakaan Mas didepan jadi saja ngerem mendadak, maaf semua." Kata pak sopir gemetar
"ada yang kecelakaan." Ammar buru-buru berjalan menuju kesebelah pak sopir. Ternyata ada tabrakan motor dengan padagang sayur tak lama kemacetan terurai bus pun berjalan lagi. Semua tenang kembali, Ammar duduk kembali dikursi nya. Dia mengusap muka dengan kedua tangannya menghilangkan dan berdiri lagi.
"oke semua lupakan kejadian tadi kita tetep semangat buat acara kita, semangat." Ammar membangkitkan semangat para siswa. Dan akhirnya semua mencair kembali seperti awal berangkat anak yang memegang gitar pun mulai bernyanyi lagi mennangkan semua. Ammar yang hendak duduk kembali tersenyum dan melihat kearah Ranty ternyata Ranty tengah memperhatikan dirinya. Ammar tersenyum dan menaikkan alisnya memberikan kode pada Ranty dia baik-baik saja, Ranty mengangguk seperti tau apa yang dimaksud Ammar. 30 menit kemudian sampai lah bus ditempat yang dituju, semua turun dan terlihat sangat bergembira karena akan segera melewati har-hari dengan teman-teman, sesuai petunjuk pak Sam semua anak-anak berkumpul dan pak Sam memberikan arahan agar segera membuat tenda ditempat yang sudah dipersiapkan. Semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing ada yang langsung membuat tenda ada yang menuju dapur umum sesuai aturan dari pak Sam. Ketika semua asyik membuat tenda masing-masing, Ammar melihat Ranty yang membuat tenda bersama Ochi, Aura, Icha dan Syahnas. mereka bercanda satu sama lain sambil bekerja. Ammar tersenyum sendiri mengingat kejadian dibus tadi saat melihat Ranty. Rasanya ingin kejadian itu terulang lagi.
"Ammar." Juan memanggil dan Ammar tak bereaksi "Ammarrrr." Juan dengan lantang
"apa, ada apa." Ammar kaget, seketika membuat tertawa yang lain yang berada dekat dengan Ammar
"loe kenapa." Juan bertanya lagi
"gak kok gapapa, emangnya ada apa sih loe teriak-teriak." Ammar mendekati Juan "malu tau." Ammar menarik tangan Juan menjauh dari tenda yang mereka berdua buat
"loe juga aneh, gue dari tadi manggil loe tapi loe nya diam aja, makanya gue perkeras suara biarpun gak ada pengeras, hahhaaaa, Ammar Ammar." Juan meledek Ammar. Dan akhirnya mereka pun meanjutkan memasang tenda. Akhirnya semua selesai memasang tenda masing-masing. Ammar duduk dibangku lipat yang dia bawa bersama Juan waktu survei lokasi. Ammar duduk melepas penat. Saat dia menutup mata dia melihat lagi kejadian saat dia dibus tadi. Ammar ingat saat hidungnya nyaris mendarat dipipi Ranty tadi seketika Ammar terbelalak saat Juan menyenggolkan sesuatu yang sangat dingin pada pipinya
"Juan." Ammar sedikit kesal
"hahhaaa, dingin ya, jelasah ini tu es Mar es Ammar." Juan membuka matanya lebar-lebar pada Ammar
"karena loe udah ngegetin gue sini." Ammar menarik tangan Juan
"apa!." Juan bingung
"bagi es nya haus tau." Ammar mengambil es yang ada ditangan juan
"haaaaa gue kira loe bakalan marah." Juan duduk dikursi depan Ammar
"emang gue pernah marah sama loe." Ammar dengan menelan es yang dia minum
"gak, emang lo gak boleh marah sama gue, loe kan calon.............." Juan tidak melanjutkan bicaranya. Sebenarnya apa yang mau Juan bicarakan kenapa dipotong sama Juan, apa ini ada hubungannya dengan Ammar sama Ranty juga. Hmmm..........entahlah.
"calon apa." Tanya Ammar dan seketika menyudahi minum es nya
"calon anak buah gue, mau." Juan mencari alasan (sebenarnya apa sih Ju, bikin penasaran aja, apa anda juga penasaran? Sama saya juga heeee)
"enak aja." Ammar melemparkan botol air minum pada Juan
"aishhhh, hahhhaaa." Juan tertawa puas karena membuat Ammar penasaran. Juan terus-terusan bercanda dengan Ammar seperti tak peduli dengan yang lain. Ditempat lain Ranty dan Ochi sedang asyik berbincang
"Ran loe tu beneran adik kak Juan ya." Tanya Ochi
"iya Chi, loe masih gak percaya, besok dech gue bawain kartu keluarga." Ranty sambil tersenyum pada Ochi yang masih penasaran
"loe tu apaan sih, gak githu juga gue kan Cuma tanya, o...iya loe kelihatannya deket sama kak Ammar, ya gak." Goda Ochi
"gak kok biasa aja." Ranty malu-malu
"udah ngaku aja, tadi buktinya dibus kalian ngapain, iya kan iya kan." goda Ochi lagi
"Ochi tadi kan....., ah loe tu gak bisa bedain ya, dasar emang." Ranty dengan muka memerah. Ochi terus-terusan menggoda Ranty tentang kejadian tadi, Ranty terus saja mengelak dari godaan Ochi.
"kalian ne becanda aja, ikut yok mumpung lom ada kegiatan." Ajak Ichal dengan tiba-tiba
"kemana kak." Tanya Ranty dan Ochi hampir bersamaan
"cari makanan aja didepan." Ichal sambil berjalan sambil mengajak Ranty dan Ochi. Dan akhirnya mereka pun pergi bertiga. Saat mereka menikmati makanan Ranty diam-diam memperhatikan Ichal yang ada didepannya itu. terlihat tatapan Ranty lain dengan biasanya (flashback ya, Ranty kenal Ichal sejak dia dibangku SMP. Ranty punya perasaan sama Ichal dan Ichal juga sering memberi perhatian dengan Ranty. Tapi tidak pernah ada kata jadian atau saling suka satu sama lain. Mereka saling memendam perasaan. Jika sekarang mereka dekat jangan heran ya. Cukup Ammar aja yang kesel (padahal aku juga gak rela). Sebenarnya Ichal juga suka tapi semua dia pendam sampai akhirnya dia pergi ke Jerman). Tanpa sengaja Ichal juga melihat Ranty dan mereka saling pandang. Ochi yang mengetahui hal itu
"ehemmm." Ochi pura-pura keselek
"kenapa Ochi." Ranty sedikit kaget dan panik
"gapapa keselek lalat." Ochi sekenannya
"ihhh jorok, gak lucu ahhh." Ranty sedikit kesal karena Ochi hanya mengerjainya
"heheee githu aja ngambek, maaf ya." Ochi merayu dengan meletakkan kepalanya dipundak Ranty. Ranty tersenyum tanda mengiyakan Ochi. P E R C E P A T. Siang nya semua siswa mengerjakan tugas dari pak Sam untuk mencari 5 tumbuhan baru yang ada disekitar lokasi, karena satu kelompok Ranty dan Ochi jadi satu dan saat mereka akan mencari teman satu lagi Ichal muncul menawarkan diri dan akhirnya mereka satu kelompok. Saat Ranty asyik mengamati satu tumbuhan,
'Chi kalau misalnya ini gue tulis mempunyai daun berbentuk jarum gimana menurut loe." Tanpa melihat dan memegang tangan Ochi menurutnya karena dia pikir Ochi lah yang ada disebelahnya
"iya emang itu tumbuhan berdaun jarum." Kata orang itu. Ranty begitu kaget karena itu itu suara laki-laki dan pasti bukan Ochi, tanpa melepas tangannya Ranty menoleh
"kak Ammar." Ranty memegang erat tangan Ammar. Ammar tak menjawab hanya menaikkan alisnya, kemudian Ammar melihat tangan Ranty yang sangat erat memegang tangannya. Ranty yang tersadar kemudian buru-buru melepaskan tangannya
"maaf kak maaf." Ranty salting. Lagi-lagi Ammar tak menjawab hanya tersenyum tipis, Ranty juga tersenyum pada Ammar karena malu
"emmm... kok kak Ammar ada disini." Tanya Ranty tersipu dan penasaran dengan keberadaan Ammar. Belum sempat Ammar menjawab Ranty terlihat aneh saat melihat kearah tempat dibelakang Ammar.
"Ranty." Ammar memanggil dan Ranty pun tidak meresponnya lalu Ammar menoleh kebelakang dia melihat Ichal dan Ochi sedang bersama mengamati satu tumbuhan dan sambil bercanda. Kemudian Ammar melihat ke Ranty lagi, wajah Ranty terlihat sedih dan murung.
"kita kesana aja yok." Ajak Ammar dan tanpa mendengar persetujuan Ranty memegang tangan Ranty dan menariknya menjauh dari tempat itu. sambil berjalan Ammar melihat Ranty yang berjalan tapi tetap melihat Ichal dan Ochi.
"loe tau gak ini tumbuhan yang hebat, indah tapi memiliki ketegasan yang gak bisa diremehin." Ammar menarik tangan Ranty agar duduk seperti dia. Ranty duduk disebelah Ammar karena tarikan tangan Ammar bahu mereka pun saling menempel dan Ranty pun melihat bunga mawar yang sangat indah didepannya.
"loe mau." Tawar Ammar
"jangan dipetik kak." Ranty melarang tangan Ammar dan menarik tangan Ammar, tanpa melepas tangan Ammar
"sayang kak nanti dia layu jadi ilang keindahannya." Ranty polos. Memdengar itu Ammar bergumam dalam hati "udah cantik hatinya baik lagi."
"bidadari tu benar-benar ada ya." Ammar menatap Ranty yang ada dekat sekali dengannya. Ammar menatap Ammar. Mereka saling bertatapan seperti orang yang sedang pacaran saja jika ada yang melihat pasti mereka akan bilang mereka bener-bener pacaran. Tiba-tiba Ranty berdiri dan tetap menatap Ammar yang duduk dibawahnya, bahkan tangannya masih menggenggam tangan Ammar. Ammar juga berdiri tanpa melepas tatapannya. Ranty mendonggak keatas mengikuti berhentinya mata Ammar. Mereka saling bertatapan tanpa melepas tangan mereka yang masih saling mengenggam. PERCEPAT.
Malam pun datang begitu indahnya dengan sinar rembulan dengan bintang-bintangnya yang bertaburan. Semua terlihat bergembira mengelilingi api unggun yang mereka buat tadi siang. Ditenda terlihat hanya Ranty dan Ochi yang masih tinngal. Ochi sedang asyik dengan hp nya sedangkan Ranty hanya duduk diam memikirkan kedekatan Ochi dan Ichal. Diluar terdengar suara lantunan lagu dengan gitar. Ochi yang mendengarnya langsung menghentikan aksinya.
"Ranty kita keluar yok, kayaknya seru tu." Ajak Ochi. Ranty mengangguk tanda setuju. Saat Ranty keluar dia langsung menuju tempat api unggun yang sudah dikelilingi banyak anak. Terlihat samar-samar seseorang memainkan gitarnya dengan lagunya yang merdu. Saat Ranty dan Ochi dekat dengan sumber suar
"tak perlu ku bermimipi yang indah karena ada dia dihidup ku, ku ingin dia yang sempurna untuk diriku yang biasa, ku ingin hatinya ku ingin cintanya ku ingin semua yang ada pada dirinya." Suara itu sangat indah didengar siapapun, semua mengikuti nada yang sama dengan tepuk tangan mengikuti nada yang serempak enak didengarnya. Ternyata Ammar lah yang bernyanyi dengan gitarnya diikuti semua yang ada disitu (ayo ikut nyanyi bareng Ammar pasti lagunya buat Ranty udah pada kenal kan sama lagunya, ayo aku aja udah nyanyi ne, heee). Saat bernyanyi mata Ammar melihat kedatangan Ranty, dia terus bernyanyi dengan tidak melepaskan pandangannya. Dibalik silaunya cahaya api Ranty juga menatap Ammar yang sedang menatapnya dari semenjak dia datang kesitu. Ochi yang melihat Ichal disamping Juan didekat Ammar langsung mengajak Ranty karena dipanggil Ichal.
"kita kesana yok." Berjalan tanpa melihat Ranty apakah ikut bersamanya. Tapi Ranty tetap berdiri tegak disitu. Ochi yang sudah duduk dekat Ichal langsung gabung bernyanyi dengan yang lain. Ranty perlahan pergi dari tempatnya. Ammar yang mengetahui perginya Ranty tidak melepaskan matanya untuk terus mengikuti kemana Ranty pergi dan berhenti. Ranty berhenti dan duduk dikursi tidak jauh dari tempat api unggun. Dia terlihat murung dengan menyandarkan tubuhnya setengah merebah menatap langit. Ranty berfikir dia harus melupakan perasaanya dan melegakan hati menerima kenyataan toh sahabatnya sendiri yang dekat dengan Ichal. Di tempat api unggun Ammar yang menyelesaikan lagunya
"ne Ju ganti loe, gua haus mo minum dulu.' Ammar memberikan gitarnya pada Juan
'oke." Juan menerima gitar itu "oke temen-temen kita nyanyi lagu yang seru-seru aja ya, kalau Ammar lagunya romantis aja dari tadi, meskipun pasangannya masih ghoib, hehheee." Juan meledek sambil tersenyum pada Ammar
"loe tu." Ammar menepuk pundak Juan, kemudian Ammar berlalu pergi setelah bilang pada yang lain mau ambil minum. Ammar tidak mengambil air minum dia hanya beralasan saja, ternyata dia sedang menuju tempat dimana ada ranty. Dia melihat Ranty yang sedang duduk setengah berbaring dikursi lipat tempat dia dan Juan berteduh tadi siang. Terlihat Ranty sedang menatap langit yah hal yang sangat Ranty suka dan biasa dilakukan melihat bintang Ammar sudah mulai paham hal itu karena cerita dari kakak Ranty yang tidak lain sahabatnya Juan. Ammar duduk disamping kursi yang ada disebelah Ranty. Ranty yang terus memandangi bintang dilangit tak menyadari datangnya Ammar bahkan sekarang Ammar juga sudah duduk disampingnya.
"sudah ada bintang jatuh belom, gue mau berdo'a biar bidadari tidak melamun lagi." Ammar memecah lamunan Ranty
"kak Ammar kapan kak Ammar datang." Ranty kaget "bukankah tadi kak Ammar masih bernyanyi dengan yang lain." Tanya Ranty penasaran
"mau tau aja apa mau tau banget." Ammar menggodan mencoba menghibur Ranty yang tegang. Ammar tersenyum pada Ranty dan Ranty terdiam kembali mendapat tatapan dari Ammar
'gimana udah ada bintang jatuh belum." Tanya Ammar dan Ranty pun masih diam sepertinya Ranty mulai nyaman didekat Ammar. Batinnya bergejolak bingung dan entah apa yang sedang dia rasakan. Mungkinkah Ranty mulai suka dengan Ammar entahlah.
"ada bintang jatuh." Ammar memecah kesadaran Ranty
"mana." Ranty salting "mana kak Ammar." Ranty memperhatikan langit
"di sini." Ammar dengan serius
"mana Ranty kok gak liat." Ranty masih mencari dilangit
"hei, disini bukan disana." Ammar serius tapi Ranty tetap tidak melihatnya "Ranty heh disini jatuhnya." Ammar memenggil Ranty
"mana kak." Ranty perlahan menoleh ke arah Ammar. Dan ternyata Ammar meletakkan telunjuknya tepat didadanya dimana jantungnya berdetak

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang