31

280 9 0
                                    

"hai." Ammar kaget dengan sapaan Linda "ngapain disini." Tanya Ammar heran
"Ammar mungkin ini terlalu cepat, tapi gue mau ngomong sama loe." Linda terlihat serius "kita duduk disana aja." Linda menunjukkan sebuah bangku dan perlahan berjalan dan duduklah dia "sini Mar." Linda mempersilahkan Ammar dan Ammar tak bisa menolak dia pun duduk
"loe mau ngomong apa." Tanya Ammar masih heran
"Ammar." Linda memegang tangan Ammar "gue sayang sama loe Mar gue cinta dan gue gak mau loe jauh." Linda dengan wajah yang serius
"hahhh." Ammar tak percaya
"iya Ammar gue sayang sama loe." Linda menggenggam erat tangan Ammar
"maaf." Ammar melepaskan tangan Linda "maaf gue gak bisa." Ammar hendak berjalan tapi Linda tiba-tiba memeluknya dari belakang dan tak disadari Ammar ternyata Ranty ada dibelakang mereka, Ranty meneteskan air mataya dengan tetap memperhatikannya. Ammar melepaskan pelukan Linda dan menghadap Linda, saat Ammar berbalik badan dia melihat Ranty yang tengah menangis lalu pergi "Ra tunggu." teriak Ammar "maaf Lin gue gak bisa membalas kata-kata loe barusan asal loe tau dan sudah gue bilang dari kemarin gue udah suka sama perempuan lain dan itu bukan loe,gue sayang sama dia jauh sebelum gue kenal loe, gue sayang banget sama dia dan gue gak mungkin jauh dari dia, maaf dan sekali lagi maaf,masih banyak laki-laki yang jauh lebih baik dari gue, jangan nangis lagi,loe pasti bisa."Ammar berlari mengejar Ranty
Ranty tak menghiraukan panggilan Juan dan Syahnas padanya, dia terus berlari sampai dipinggir jalan memanggil taksi sambil menangis, tapi taksi tak kunjung datang "kenapa kak Ammar tega sama Ranty, kita lagi deket kan kak." Ranty terus menangis. didalam Ammar terus berlari mencari Ranty dan Juan memberitahu kalau Ranty lari keluar, Ammar secepatnya keluar dan tak menjawab pertanyaan Juan lagi. Saat dia melihat Ranty berdiri dipinggir jalan Ammar langsung memeluknya dari belakang
"loe jangan nangis gue gak sanggup liat loe nangis." Ammar memeluk erat tubuh Ranty
"lepas kak Ammar." Ranty memberontak melepaskan dengan terus menangis
"loe kenapa sih." Ammar tetap memeluk Ranty
"lepas kak." Dan lepaslah Ranty "kenapa, tanya aja sama diri kakak sendiri." Ranty tetap menangis lalu berjalan menjauh dari Ammar
"hei loe salah paham, dengerin gue." Ammar menghentikan langkah Ranty, Ranty menghentikan langkahnya Ammar memegang kedua tangannya "asal loe tau gue sayang sama loe mungkin selama ini gue gak pernah ngomong langsung sama loe karena gue masih inget kata-kata loe waktu itu, jadi udah bisa deket sama loe aja gue udah bahagia, loe percaya kan sama gue." Ammar bersungguh-sungguh
"tapi tadi apa yang kakak lakukan sama cewek itu." Ranty tetap menangis
"alhamdulilah." Ammar tersenyum
"tu kan." Ranty ngambek dan hendak berjalan tapi Ammar menahannya
"maksud gue alhamdulilah berarti loe cemburu jadi loe juga sayang kan sama gue."Ammar tersenyum
"iya tapi." Ranty menghentikan kata-katanya
"tapi apa kalau sayang ya sayang aja gak usah tapi." Ammar semakin bahagia
"tadi apa yang kakak lakukan." Ranty masih saja bertanya
"sekarang hapus air mata loe." Ammar mengusap lembut pipi Ranty yang basah karena air matanya "sekarang senyum geh." Ammar menarik lembut pipi Ranty agar tersenyum "nah gini kan bikin hati adem."Ammar tersenyum "dengerin gue ya apa yang loe liat tadi tidak seperti yang loe pikirkan, hati gue cuma buat loe dan sampai kapan pun hanya buat loe, gue sayang loe bukan karena loe cantik kaya atau apapun itu, gue sayang sama loe dari hati dan loe tau kan hati gue udah penuh dengan nama loe jadi gak da tempat buat orang lain."Ammar menatap serius mata Ranty
"emmm." Ranty tersenyum tapi air matanya terus keluar
"loe kenapa lagi, oke gue gak kan ngomong sama loe lagi tentang perasaan gue, gue akan buktikan dengan tindakan gue, gue janji sama loe." Ammar memeluk Ranty "udah ya loe harus percaya sama gue." Dan Ranty tetap menangis didada Ammar, Ammar mengelus lembut kepala Ranty. Kemudian Ammar mengajak Ranty kemobil dan pulang, Juan yang sejak tadi disitu bersama Syahnas tersenyum ketika Ammar dan Ranty melewati mereka, Juan menepuk pundak Ammar.
Terlihat Linda sedang memperhatikan mereka dari atas, dia terus menangis dengan wajah marah, dia memanggil seseorang dengan ponselnya "loe semua jalan sekarang laksanakan apa yang gue mau ditempat yang sudah gue bilang kemarin, loe harus bunuh dia kalau perlu keduanya." Linda menutup ponselnya
Ammar dan Ranty sudah menuju kerumah sedangkan Juan masih belum menunggu acara selesai tidak enak rasanya. "udah ya loe percaya kan sama gue." Ammar memegang tangan Ranty
"iya kak." Ranty tersenyum "awasss kak." Teriak Ranty, terlihat didepan mobil ada 6 orang dengan tubuhnya yang kekar-kekar
"hmmm." Ammar tersenyum "mereka becanda sama gue." Ammar hendak keluar
"kak Ammar mau kemana." Ranty menarik tangan Ammar
"keluar loe." Teriak dari salah satu orang itu
"udah loe tenang aja, loe denger mereka teriak kan, loe tenang aja oke." Ammar mengelus lembut pipi Ranty tersenyum sesaat sebelum keluar.
"mau apa kalian." Bentak Ammar
"hhhaaahhaaa." Mereka semua tertawa bersama "kita semua mau loe mati sekarang."
"hehhh emang kalian siapa." Ammar masih saja menantang
"oke hajar dia." Salah satu dari mereka
Dan semua tanpa bicara langsung menghajar Ammar, Ammar terus melawan sebisa mungkin, tanpa lelah orang-orang itu terus mengahajar Ammar, Ammar merasa ada cairan keluar dari bibirnya
"hehhh."Ammar tersenyum dan mengahajar lagi orang-orang itu, Ammar pun tumbang dia terjatuh
"kak Ammar." Ranty berlari kearah Ammar yang terjatuh dijalan "kak Ammar." Ranty menangis "kalian mau apa"
"gue akan terus hidup buat loe." Ammar tersenyum berkata lirih pada Ranty yang tengah mengkhawatirkannya
"hhahhhaaaa." Mereka semua tertawa "sudah singkirkan perempuan itu kita habisi belakangan hhhahhhaaa." Salah satu dari mereka yang dari tadi tidak ikut mengahajar melainkan hanya memain-mainkan pisau ditangannya
"ayo." seseorang menarik Ranty paksa
"kak Ammar." Ranty memberontak tapi apalah daya
"lepaskan dia, lepassss." Ammar berteriak sempoyongan dan berdiri tegak "lepaskan dia gue bilang lepasss." Ammar maarah
"hhahhhaaa." Mereka tertawa lagi "sudah habisi saja dia." Teriak salah satu dari mereka dan tanpa ampun mulai menghajar Ammar, Ammar sekuat tenaga bertahan tapi dia tetap saja tak mampu, seseorang yang membawa pisau langsung memain-mainkannya untuk menyerang Ammar, Ammar berusaha mengelak agar terhindar dari pisau itu, tapi karena tubuhnya yang semakin lemah lengan kanannya yang pertama terkena dia meringis
"kak Ammar." Ranty terus menangis, Ammar tetap melawan meski sudah terluka, kali ini pundak kirinya terkena pisau itu, miris melihatnya tapi dia harus terus melawan. Dari jauh Linda terlihat ada didalam mobilnya menyaksikan itu semua.
'itu akibat loe nolak gue Ammar, gue mau loe mati agar tak satu orang pun miliki loe, selamat tinggal hahhhaa." Linda tertawa puas
Sebuah mobil berhenti tiba-tiba, ternyata itu Juan dan Syahnas
"itu ada apa kak." Syahnas terlihat panik
"sepertinya ada perampokan." Juan masih mengamatinya "astaga itu mobil Ammar." Juan panik "Ranty Ammar." Juan hendak keluar
"tunggu kak itu bahaya." Syahnas menghalangi
"tidak Nas gue harus nolongin mereka, loe tunggu disini aja, cepat hubungi polisi ya." Juan seraya keluar dan berlari, saat Juan sampai dia melihat Ranty tengah dipegang paksa oleh seseorang, sedangkan Ammar masih melawan tapi
"aaaahhhh." Ammar kesakitan dan terjatuh sekarang lengan kirinya telah tertancap pisau dia terus mengerang kesakitan
"woiii." Juan berlari "Ammar loe, apa mau kalian hahhh apa."Juan berteriak dengan wajah marahnya
"cari mati loe disini." Seseorang itu berteiak dan Juan pun melawan mereka tanpa ampun sekuat tenaga Juan melawan, saat Juan sudah mulai lunglai kecapean
"polisi." Suara itu menghentikan mereka, semua orang bertubuh kekar itu berlari dan polisi memberikan timah panas kesemuanya dan lumpuhlah mereka. Ambulan datang langsung membawa Ammar, Ranty ada disamping Ammar yang sudah tak sadarkan diri, dia terus menangis Syahnas menenangkannya. Juan sedang dimintai keterangan oleh polisi tapi tak lama kemudian Juan menyusul mobil ambulan itu. Ammar langsung dibawa keruang UGD. Ranty menangis didepan pintu dan Syahnas terus mencoba menenangkannya. Juan datang tapi dokter langsung memintanya menyumbangkan darah, saat berjalan buru-buru dia melihat Ranty yang tengah menangis itu. suster keluar masuk dengan wajah panik membuat Ranty makin takut.
"Syahnas." Ranty memeluk Syahnas
"Ran kamu yang tenang ya, sudah tenangkan diri kamu." Syahnas terus menenangkan Ranty, Juan datang sambil memegangi tangannya
"kak Juan kenapa." Ranty kian panik
"gapapa kok cuma nyeri aja abis diambil darahnya." Juan sedikit meringis menahan nyeri ditangannya "sudah loe yang tenang." Juan duduk dikursi mengadahkan kepalanya
"kak Juan gapapa." Syahnas mendekati Juan, dan Juan hanya tersenyum "Syahnas belikan air dulu ya, Ran gue pergi sebentar." Dan Ranty pun mendekati kakaknya
"gimana dengan orang rumah kak, kasih tau gak." Ranty dengan wajah lesunya
"sebaiknya dikasih tau apapun akibatnya, tapi loe bilangnya pelan-pelan saja ya." Dan Ranty pun segera menghubungi orang tua Ammar dan orang tuanya. Tak lama kemudian polisi datang, polisi memberitahukan bahwa kasus nya sudah ditangani dan polisi sudah menangkap siapa dibalik kasus ini, betapa kagetnya Juan dan Ranty serta Syahnas ternyata itu semua Linda yang merencanakan. Sekarang Linda dan anak buahnya sudah dimasukkan didalam penjara. Setelah melewati masa kritisnya Ammar tersadar dan setelah dua hari kemudian Ammar sudah bisa pulang. Saat sampai dirumah Ranty membenarkan selimutnya
"calon istri yang sangat sempurna." Ammar tersenyum
"lagi sakit bisa gombal juga ya." Ranty tetap membenarkan selimut Ammar
"kak Ammar." Ibra datang langsung mendekati Ammar "kak maaf Ibra baru pulang dari Jogja, kak gimana ceritanya sih." Ibra iba
"sudahlah yang penting gue udah ada disini dan sehat."Ammar tersenyum
"iya apa lagi ada yang spesial cepet sembuh ya kak." Ibra tersenyum dan Ranty terlihat malu
"loe udah tau siapa Ranty." Tanya Ammar heran
"udah lah jangan panggil Ibra kalau gak bisa bongkar rahasia, lagian waktu itu kak Ammar pernah bilang kan sama Ibra kalau laki-laki itu harus berjuang, yah jadi Ibra buktikan, dan hasilnya ternyata Ranty tu cinta nya kak Ammar, maaf ya kak Ibra gak da maksud kok, maaf ya." Ibra memegang tangan Ammar
"iya." Ammar tersenyum lagi, dan akhirnya Ibra sudah mengetahui bahwa Ranty adalah perempuan pujaan hati Ammar sedangkan Linda sudah tertangkap untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Setelah subuh berjamaah, "Bun tidur lagi ya, capek Yah." Ammar berjalan keluar
"udah subuh kok tidur lagi." Ayahnya seraya berdiri
"hari ini gak ke kampus Yah, kantor juga udah Ammar serahin ke pak Danu." Ammar tersenyum dengan bersandar dipintu
"udah sana ntar malah ngorok disini." Bundanya mengelus lembut
"yeee emang Ammar ngorok, gak kaleee." Ammar memeluk bundanya
"ya udah sana." Bundanya mengelus pipinya lagi, Ammar mencium bundanya
"nanti jangan bangunin Ammar ya Bun, Ammar capek bener." Ammar seraya berjalan
"oke, ntar kalau ada yang dateng ayah aja yang ngobrol sama dia ya." Ayahnya berjalan disamping Ammar
"emang siapa Yah yang mau dateng." Ammar penasaran
"siapa tau, ya gak Bun."Ayahnya membuat Ammar penasaran lagi
"udah ahhh pokoknya Ammar mau tidur dulu." Ammar masuk ke kamarnya, Ammar membanting tubuhnya keranjang memeluk guling "gue sayang sama loe." Ammar tersenyum memeluk erat guling itu membayangkan wajah Ranty dan tertidurlah dia.
Pagi menjelang dengan indahnya mentari bersinar cerah, sampai pukul 8 Ammar juga belum keluar dari kamarnya, karena hari ini hari Jum'at ayahnya pun hanya dirumah sedang olahraga bersama bundanya dihalaman belakang.

Hallo CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang